•••
"Jeno, ngapain kamu malam-malam kesini?"
Jeno memandang Aera aneh, "salah kalau aku kangen sama pacar aku?"
"Pacar kamu kan Siyeon jen, aku cuma pacar rahasia." Aera tertawa miris.
Jeno memeluk Aera dan mencium pelipis gadis itu, dia tersenyum dan menaruh dagunya di kepala Aera.
"Kamu ngomong apa sih. Kamu kan juga pacar aku."
Aera tersenyum miris, entah kenapa wajah Felix terlintas begitu saja di pikirannya. Sontak ia langsung melepas pelukan Jeno membuat pemuda itu menatapnya bingung.
"Ah, itu.. Apa kamu mau minum jen, biar aku buatkan." Aera menggaruk tengkuknya kaku.
"Buatkan yg enak ya."
Aera mengangguk dan langsung melesat ke dapurnya, ia melirik ke arah Jeno yg sedang asik menonton acara TV.
"Ini." Aera menaruh secangkir coffe latte di hadapan Jeno. Melihat lelaki itu meminum minumannya.
"Jen." Panggilnya pelan yg langsung di saut deheman Jeno. "Apa kita terlalu jahat ya?"
"Maksud kamu apa?" Jeno mengernyit bingung.
Aera menghela napasnya, apa iya dirinya harus mengutarakan isi hatinya ini. Tapi ia terlalu takut jika nantinya Jeno akan marah kepadanya.
"Kita jen, hubungan kita. Apa itu tidak terlalu jahat untuk menyakiti pasangan kita masing-masing."
"Kamu bicara apa sih ra, kita udah sepakat dari awal kan. Aku sayang kamu dan sebaliknya, lalu hal mana yg menurutmu jahat. Soal kita bermain belakang dari pasangan kita?"
Aera mengangguk kecil, "Aku takut jika salah satu dari mereka mengetahui hubungan kita jen."
"Aera dengar, jika tidak ada yg mengetahui hubungan kita selain kita itu tidak masalah, yg terpenting kita harus berhati-hati." Jeno menatap Aera datar, "apa kamu sudah tidak menyayangiku lagi, ra?"
"Bukan begitu... Aku sayang kamu jen, aku hanya takut jika nanti ada mereka akan tahu hubungan kita." Aera menatap mata obsidian Jeno, "Renjun sudah tahu tentang hubungan kita."
Jeno melebarkan matanya, "hah! Bagaimana bisa?!"
"Aku gak tahu."
"Sial!" umpat Jeno.
"Jen," panggil Aera pelan, "apa kita akhiri saja ya hubungan ini?"
"GAK BISA AERA!!" Seru Jeno, bahkan deru nafasnya memburu.
Mendengar Jeno yg kali pertama ini membentaknya membuatnya sedikit ketakutan, ia tak menyangka jika aura Jeno saat marah akan semenakutkan ini. Bahkan sekarang yg ia lakukan hanya menunduk, tak berani menatap atau bahkan melihat Jeno.
"Aku mau pulang, aku pusing."
Aera mendongak menatap Jeno yg sudah berdiri dan bersiap untuk pergi, ia tak melakukan penahanan, yg ia lakukan hanya menatap pergerakan Jeno saja.
Namun, saat Jeno sudah sampai di depan pintu apartemen Aera dia berhenti sebentar.
"Pikirkan baik-baik tentang permintaanmu tadi Aera."
Dan, setelah berkata seperti itu Jeno memutar knop pintu dan pergi keluar.
Aera hanya diam mematung setelah mendengar ucapan Jeno. Apa Jeno harus semarah itu ketika dirinya mengajak untuk berpisah, apa Jeno memang sangat mencintainya.
Ugh! Kenapa makin kesini malah semakin rumit seperti ini. Renjun memang benar, ini semua karena ego nya yg terlalu menginginkan Jeno untuk menjadi kekasihnya.
Jika waktu dapat di putar lagi, Aera pasti akan menolak ajakan Jeno kala itu. Jadi sekarang yg harus ia lakukan hanyalah mengikuti alurnya, apakah akan berakhir manis atau malah pahit.
____________
Next?
Vote dan comment juseyo😚
Kamsahamnida♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake // Lee Jeno
Short Story[Complete] "Kita mempunyai hubungan khusus, saling mencintai satu sama lain juga. Namun, tetap saja kita berdua salah dalam hubungan ini." A Fanfiction by sweetvar ©2019 sweetvar