F.R.I.E.N.D

32 8 0
                                    



Persahabatan adalah sebuah motivasi dan inspirasi, bukan hanya sekedar gengsi dan basa- basi.

♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤

Zea menutup bukunya, lalu mengubah posisi duduknya agar nyaman. Kedua sahabatnya itu memperhatikan lalu mengikuti posisi duduk Zea.

Zea menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya sesaat dengan perlahan, lalu menceritakan semua kisahnya dengan Rafa Syahputra. Cindy dan Vanda pun mendengarkan dengan seksama. Sesekali raut wajah Zea berubah menjadi merah karena menahan tangis.

"Udah Zee, tenang. Everything is well. Trust me!" Cindy mengusap pundak Zea yang sedang menangis.

"Keluarin semua air matamu. Jangan ditahan- tahan Zee." Vanda membantu menenangkan perasaan Zea yang lagi hancur.

Kemudian Zea tertegun, menghentikan tangisnya dan berjalan menuju toilet tanpa berkata apa- apa pada kedua sahabatnya itu. Cindy dan Vanda pun mengikuti Zea dari belakang.

Blam!! Zea membanting pintu toilet dengan keras. Faruq yang berada di depan toilet laki- laki yang bersebelahan dengan toilet wanita terkejut. Lalu ia melihat Vanda dan Cindy menyusul siswi yang masuk ke toilet barusan.

"Eh Vanda, itu siapa didalem? Zea?" Tanyanya penasaran.

"Iya Ruq." Cindy yang menjawab.

"Zea kenapa? Ada masalah sama Rafa?" Tanya Faruq.

"Sebenarnya engga ada masalah hari ini sama si Rafa, cuma Zea-nya udah sadar kalau hal terbodoh yang ia lakukan adala mencintai Rafa. So, dia nangis tadi." Vanda menjelaskan dengan sabar.

"Zee!" Faruq memanggil Zea pelan- pelan. Tapi tidak ada jawaban.

"It's okay kalau kamu mau nangis Zee, keluarin semua isi hati kamu, tapi satu yang perlu kamu ingat, kita sahabatan. Aku, Cindy, Vanda, kami bertiga ada untuk dengerin cerita kamu. Keluar dong Zee." Faruq merayu Zea agar keluar dari toilet.

Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam sana.

"Zee, come on! Kita bertiga cemas disini!" Faruq menambahkan lagi.

"Guys, cara ngusir kodok gimana ya?" Suara Zea terdengar serak dan bergetar. Ia phobia sekali dengan binatang yang suka melompat itu. Keringat dingin pun mulai membasahi dahinya, sesekali ia mengepalkan tangannya yang bergetar.

"Ya ampun Zea! Kami panik loh!" Belum selesai Cindy mengomel, terdengar teriakan Zea yang menggema dari dalam toilet.

"Kyaaaaaah kodok!!! Guys pintunya! Huwaaaaa!!!" Suara air pun menyertai teriakan Zeandira Aqilah.

Dengan sigap Faruq menendang pintu toiletnya. Pintu toiletpun terbuka, dan disaat yang bersamaan Zea menyiram air tepat ke kepala Faruq.

Faruq dan Zea terdiam meskipun saling bertatapan, penampilan Faruq sungguh berantakan, sedangkan Zea masih rapi dan bersih.

"Eh Zee, perasaan yang auto panik ngeliat kodok itu kamu deh. Tapi kenapa aku yang berantakan ya?" Faruq berbicara dengan ekspresi datar.

"Faruq, a..a..aku bener- bener minta maaf loh. Beneran engga tau kalau kamu bakalan nendang pintunya." Zea mulai panik. Karena ulahnya penampilan Faruq jadi berantakan.

"Ahahahaha santai aja Zee, aku mah gini ga apa- apa kali! Tadi tuh aku kira kamu kenapa-kenapa didalem. Soalnya dipanggil enggak ngejawab!" Tawa Faruq pun pecah melihat reaksi Zea yang mulai merasa bersalah.

AnonymousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang