Ragu

9 1 0
                                        

" Kamu mau ga jadi pacar aku?"
Tiba-tiba Alvin mengatakan kata-kata yang tak pernah terpikirkan oleh Ralla sebelumnya. Apa-apaan Alvin ini, kenapa dia tiba-tiba menyatakan perasaannya kepada Ralla di waktu yang seperti ini? Di parkiran lagi. Kenapa dia tidak menyatakan perasaaannya di taman atau di cafe agar lebih romantis. Tapi yang menjadi pikiran Ralla sekarang bukan itu, dia memikirkan apakah benar Alvin mencintainya? Kenapa tiba-tiba seperti ini?

Ekspresi Ralla yang terlihat terkejut dan masih menatap mata Alvin. Dia menyusuri manik mata itu, dia tidak terlalu yakin jika Alvin benar-benar serius dengannya. Dia tahu betul bahwa Alvin belum bisa melupakan Rania, bahkan dia bilang tadi di motor, dia masih sangat perhatian kepada Rania. Alvin becanda?

"Ral? Kamu kok jadi bengong gitu sih? Kamu mau nerima aku ga?" Tanya Alvin lagi, dia agak ragu juga dengan perasaannya. Dia nyaman bersama Ralla. Setiap ada masalah, Ralla bagaikan penopangnya, namun jujur dia masih belum bisa melupakan Rania. Disisi lain dia juga butuh seseorang yang selalu ada untuk menemaninya setiap saat. Egois memang sikap Alvin. Dan sekarang dia malah mengharapakan Ralla menjadi pacarnya. Karena dia tahu Ralla mulai sayang kepadanya. Tak bisa dipungkiri Ralla diam-diam menyukai Alvin dan Alvin tau itu.
Dan dia juga yakin, pernyataannya ga akan di tolak Ralla.

"Vin, aku boleh mikirin ini buat sehari dulu kan. Aku ga bisa jawab sekarang." Jawab Ralla sambil menatap mata Alvin ragu.
"Aku ke kelas dulu ya, Vin."  Lanjut Terburu-buru Ralla meninggalkan Alvin dan melangkah dengan cepat kekelasnya. Namun, dia tidak langsung kekelas. Perasaannya sangat kacau sekarang, dia antara senang, kaget, dan ragu. Apa benar? Dia tahu Alvin sampai saat ini belum move on dan ga akan bisa move on.

Ralla berlari ke WC kampusnya, perasaannya campur aduk saat ini. Dia benar-benar kaget. Kenapa harus mendadak gini? Perasaan saat di motor tadi Alvin masih membicarakan Rania, bukan? Dia takut, dia sangat takut jika Alvin hanya main-main dengan hatinya atau lebih parah lagi dia hanya sebagai pelampiasan buat Alvin. Ralla tidak boleh tergesa-gesa, dia harus berpikir secara matang. Dia memang sayang kepada Alvin, tapi entah kenapa feeling dia berkata jangan. Tapi disisi lain, dia sungguh tudak ingin Alvin pergi dari hidupnya. Dia akan membuat keputusan. Keputusan yang dia sendiri pun tidak yakin.

Continue...

HEART, HURT, and RALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang