Holly yang paling cepat meninggalkan meja makan malam itu, mencoba tidak mengindahkan keberadaan semua orang di meja. Holly bahkan tak berani membalas tatapan khawatir Sarah, juga tak berani mendongak karena takut bertemu mata dengan Chris, yang sepertinya mencuri pandang ke arahnya setiap lima detik.
Siang tadi dia kembali ke cottage sendirian, sebelum yang lainnya pulang dari pantai. Chris tidak menyusulnya, syukurlah, karena dengan begitu Holly jadi punya waktu sendirian di kamar, menekapkan wajah ke bantalnya, dan menangis tak terkendali.
Holly sebetulnya merasa malu, dia selama ini berhasil berpura-pura tegar di hadapan ketiga temannya, Sarah, Pat dan Vera. Tapi kenapa pertengkarannya tadi siang dengan Chris, yang bahkan baru dikenalnya selama kurang dari dua hari itu, mampu menjebol benteng pertahanannya? Holly benar-benar kehilangan muka mendapati dirinya meledak-ledak di hadapan cowok sial itu.
Maka, ketika dia menggeser kursinya dan bangkit, berdalih pada yang lain bahwa dia sudah terlalu ngantuk, dia tidak heran ketika tatapan khawatir Sarah menjadi-jadi.
"Kau kan pulang duluan dari pantai." Gary terheran-heran, "Chris bilang padaku kau agak lelah."
Chris terbatuk pelan. Holly menatap Gary sinis, dia tak tahu bagaimana yang diinginkan Holly saat ini hanyalah menenggelamkan wajah tampannya itu ke dasar mangkuk supnya.
"Apa kau sakit?" Vera menatapnya cemas, "Kau seperti kurang tidur, matamu merah."
"Sepertinya begitu, aku mau tidur duluan." Holly berkata.
"Yaah, kau nggak ingin nonton DVD bareng kami nanti?" Pat memohon. Holly hanya tersenyum sekenanya.
"Aku benar-benar capek, 'met malam semua."
Diiringi gumaman 'selamat malam' dari yang lainnya, Holly menaiki tangga, berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu. Sempat bingung akan melakukan apa, dia akhirnya mengambil handuk dan pakaiannya, memutuskan untuk mandi saja.
Setengah jam kemudian, setelah selesai berpakaian, Holly membuka pintu kamarnya dan tercengang mendapati kamarnya terang benderang, Sarah sudah duduk di kasur, menatapnya tajam, mengingatkannya pada tatapan sengit wali kelasnya apabila mendapati muridnya tak mengerjakan tugas.
"Jadi, kau mau jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Chris tadi siang, di pantai?" tanyanya tanpa basa-basi. Holly tergagap-gagap dengan air masih menetes-netes dari rambutnya.
"Apa mak—"
"Aku melihat kalian, seperti adu mulut di ujung jalan setapak. Aku belum pernah melihatmu begitu emosi di depan cowok sebelumnya. Ada apa sebenarnya?"
Holly ternganga. Dia tak tahu bagaimana menjelaskannya, bahwa bahan pertengkarannya dengan Chris tadi siang tak lain tak bukan adalah Sarah sendiri. Dan sekarang, hal terburuk terjadi. Sarah sendiri sedang menyudutkannya, meminta penjelasan. Maka tidak ada pilihan lain. Sarah sahabatnya. Seolah dipaksa menelan obat yang teramat pahit, Holly membuka mulutnya enggan.
"Dia memberitahuku kalau dia dan Oden pernah bertaruh, mempertaruhkanmu, dulu. Makanya aku marah dan... mendampratnya."
Dahi Sarah yang semula mengernyit tak mengerti kini mengendur, menyiratkan pemahaman.
"Oh, itu."
Holly melotot tak percaya. Sarah tak kelihatan marah, bahkan dia tak kaget sama sekali.
"Kau nggak kaget?"
Sarah mengangkat bahu tak peduli, "Aku sudah tahu tentang hal itu."
Holly serasa ditempeleng dari dua arah. Sarah hanya balas memandangnya, campuran antara ekspresi cemas dan geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Beach Cottage
Teen FictionHolly Fadden punya alergi terhadap lawan jenis. Bencana datang ketika sobatnya, Sarah, mengajak Holly berlibur di cottage pinggir pantai Australia tanpa memberitahu bahwa mereka akan pergi bersama serombongan cowok; Gary si pacar Sarah yang cute, Za...