Day 7 : Quit Playing Games With My Heart

168 37 8
                                    

"Kumohon, ikutlah..."

Vera sedang duduk di kasur Holly, tatapannya memelas. Berhubung ini adalah malam terakhir mereka di Australia, semuanya—kecuali Holly—sepakat mengadakan makan malam di pusat kota.

"Aku sedang malas." Holly berguling membelakanginya.

"A-yo-lah!" Vera menarik selimut yang menutupi Holly dengan paksa, "Aku tahu kau nggak mau ketemu Chris, tapi ini kan acara bersama, masa kau tega!"

"Bilang saja aku masuk angin..."

"Seenggaknya lakukan ini untukku." suara Vera mendadak sendu. Holly berbalik dan mendapati temannya itu sudah berkaca-kaca.

"Astaga, ada apa?" dia langsung terduduk siaga. Vera tersenyum lemah.

"Timmy uring-uringan semenjak tadi siang. Kau tahu, dia sedang jengkel sekali dengan Chris. Tahulah, soal tadi siang. Akibatnya dia jadi diam sekali waktu kuajak bicara... kupikir jika kita semua keluar jalan-jalan, suasana hatinya mungkin akan membaik."

Holly memperhatikan raut wajah Vera yang sedih itu. Dia jadi tak tega.

"Baiklah... aku ikut. Tapi ini demi kau."

Setelah berganti baju, Sarah memesan taksi dan mereka semua berangkat menuju pusat Torquay pukul enam petang. Langit sudah berubah keunguan. Dari jendela taksinya Holly dapat melihat puncak pohon-pohon palem di pesisir pantai yang gelap bergoyang-goyang tertiup angin. Lampu-lampu jalanan di kiri-kanan mereka sudah dinyalakan dan bangunan-bangunan dihiasi petak-petak cahaya. Australia di malam hari memang indah.

Vera tampil dewasa. Dia mengenakan gaun semi-formal sederhana warna krem. Matanya masih sembab namun entah bagaimana dia tetap sangat cantik. Pat kelihatan imut dengan mini dress motif mawarnya. Rambutnya yang biasanya pendek acak-acakan di ikat rapi ke belakang. Sarah? Tak ada kata lain untuk menggambarkannya. Sempurna. Dia kelihatan seperti model profesional yang melangkah keluar dari sampul Vogue. Dia mengenakan gaun selutut motif abstrak yang seksi. Rambut pirangnya tergerai lembut di bahu. Gary adalah cowok paling beruntung seantero Baltimore.

Sementara Holly? Dia sendiri tak tahu dan tak peduli bagaimana penampilannya. Dia memang ikut acara makan malam ini hanya untuk meyenangkan hati Vera. Holly cuma membawa pakaian-pakaian kasualnya untuk digunakan selama liburan—dia toh tak tahu akan ada acara semacam ini—sehingga Sarah berbaik hati meminjamkannya mini dress mirip punya Pat namun berwarna hitam dengan tali spaghetti. Karena Holly bukan tipikal cewek yang senang bermini-mini ria di malam yang berangin seperti ini, dia memadukannya dengan jaket jins—semi-formal dengan lengan seperempat—terbaiknya. Dia hanya memulas bedak tipis-tipis dan membubuhi sedikit lipgloss pada bibirnya. Rambutnya pun hanya dikuncir asal.

"Kau kan bisa pinjam selopku." Sarah menatap Converse Holly dengan sorot mencela. Holly mengangkat bahu.

"Toh acara ini cuma formalitas di antara kita berdelapan saja kan?"

Kurang dari setengah jam kemudian, mereka sudah tiba di depan sebuah gedung bereksterior megah. Cahaya gemerlapan yang berasal dari lampu-lampu kristal menembus jendela-jendelanya yang besar-besar. Ketika Holly meyusuri lobi dan melewati pintu masuknya, kesannya memang mewah. Suasananya sangat nyaman walaupun lumayan ramai.

Taksi kedua berhenti tak jauh di belakang mereka, mengeluarkan Gary, Timmy, Zach, dan—Holly langsung menghela napas jengkel—Chris. Keempatnya kelihatan sedang mengagumi restoran dan mereka juga terlihat....

"Ooh... bukankah mereka empat makhluk tertampan di sekitar sini?" Pat berbisik antusias dari balik tangannya kepada Holly, "Sarah mengancam supaya mereka mengenakan pakaian terbaik yang mereka punya."

From The Beach CottageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang