🌕
Pernah gak sih kita ngerasa kaya hampa banget hidup kita. Seperti ngga ada lagi yang bisa memotivasi kita untuk bangkit dan bersemangat. Seperti menghembuskan nafas setiap pagi seperti tanda lelah dan bosan tapi kita, tidak siap mati.
Itulah yang aku rasakan saat ini. Setiap hari aku berangkat setiap pagi menggunakan bus untuk bekerja. Mengantri bus, lalu naik bus, terkadang aku dapat tempat duduk terkadang aku berdiri, sambil mendengarkan lagu, tapi terkadang aku tidak bersemangat sama sekali mendengarkan lagu apapun, hanya ingin mendengar suara pintu bus terbuka atau termenung melihat jalanan.
Lebih tepatnya aku tidak tau apakah seluruh karyawan di alam semesta ini merasakan hal yang seperti ini. Apakah semua orang harus berakhir dengan tragis karena kebosanan yang harus di rasakan setiap hari. berulang kali.
Aku pernah mempertanyakan hal ini kepada temanku. Temanku hanya menjawab. Nikmati saja.
Menikmati hal seperti ini hanyalah satu jawabannya, karena kita butuh uang dari bekerja. Aku iri melihat anak sekolah yang masih bisa merasakan tawa yang tulus dan belum mengerti bahwa seiring mereka tumbuh, tawa itu terbagi menjadi dua yaitu tawa yang sesungguhnya dan tawa yang penuh dengan kepalsuan.
Kestatisan hidup ini rasanya seperti membunuhku perlahan.
🌕
*Suara Alarm*
Alam bawah sadarku terkejut sampai akhirnya menyadarkan ku. Aku hanya refleks mematikan alarm itu tanpa melihat jam berapa saat ini dan aku kembali tidur lagi.
*Suara Alarm kembali berbunyi*
Emosiku meningkat pesat, lalu aku terbangun dengan penuh amarah yang menyatu di wajahku dan mematikan alarm itu. Aku melihat sudah jam 7.30 dan aku ingin segera bergegas tapi badan ku terlalu lemah dan menolak untuk menjadi semangat. Aku memulai hari dengan membuka handphone-ku dan melihat apakah ada notifikasi masuk atau tidak. Notifikasi yang masuk hanya kupon makanan, promo promo dan promo. Aku membuka Instagram dan aku hanya melihat orang orang yang berbahagia.
" Harusnya aku ikut berbahagia ". Gumamku sambil menggeser layar timeline Instagramku. Ketika rasanya aku sudah terlalu lama melihat Instagram aku menutupnya dan menghembuskan nafas dan melihat ke arah cermin yang berada di samping tempat tidurku. Sambil tersenyum aku mengatakan. " Aku pasti bisa ".Dengan semangat yang sangat kecil itu, aku bangkit dari tempat tidur ku lalu aku pergi mandi. Sebelum mandi aku memilih-milih lagu untuk aku dengarkan sembari aku mandi. Tapi kali ini aku milih untuk hanya mandi saja dan keramas. Selesainya mandi, jam sudah menunjukan pukul 7.10 dan aku masih belum meninggalkan rumah dan masih memilih-milih baju. Rasanya ingin memakai baju apa saja yang terlihat tanpa menyesuaikan harus memakai baju yang sama warnanya kah atau sepadankah. Serumit itu.
Setelah selesai aku berangkat dengan keadaan baju lecek dan rambut tidak di sisir. Pikirku, aku bisa rapih-rapih ketika di kantor. Yang penting berangkat saja dulu.Seperti biasa aku menunggu Bus dan mengantri di jalur antriannya. Kali ini bus sangat ramai yang mengharuskan aku harus berdiri jika tidak mau terlambat masuk kantor. Setelah menaiki bus, aku termenung melihat jalanan, sangking termenungnya aku tersadar sudah sampai di tujuan. Di tempatku turun, aku berhenti sejenak dan memutuskan untuk membeli kopi.
Sambil tersenyum nakal aku merasa dengan membeli kopi aku bisa lebih ceria dari biasanya. Dasar aku.Setelah aku membeli kopi lalu ketika akan keluar toko, mendadak handphone-ku berbunyi dan ketika aku mengambil handphone-ku di tas, aku tak sengaja menumpahkan minumanku. " Si bego ". Omel ku dalam hati. " Melayang deh 35ribu ku ". Sambil cemberut menahan malu, aku melihat sekeliling untuk mencari tisyu. Aku merasa aku sangat bertanggung jawab atas kelalaian yang aku lakukan yang merugikan ini. Dari jauh aku melihat tisyu didekat kasir dan aku berjalan mengambilnya. Ketika aku ingin mengambilnya, ada seorang lelaki juga yang ikut mengambilnya.
"Biar aku bantu kak". Katanya sambil mengambil Tisyu dengan takaran agak tebal.
Aku terdiam karena pertama, dia ganteng banget. Kedua, dia baik banget. Jujur, aku sangat luluh tapi aku kayanya ingin menolak tawarannya saja.
"Ngga usah..., Bisa sendiri kok, Makasih ya!". Aku ikut mengambil tisyu sambil tersenyum. Sungguh senyuman palsu ini, aku tertawa geli dalam hatiku karena aku sedang tidak ingin tersenyum karena ini seperti sangat memalukan."Gapapa kak, kakak bersihin aja yang ada di baju kakak, aku bersihin yang ada di lantai, karena kayanya yang di baju kakak parah juga deh..". Jawab dia sambil menunjuk ke arah bagian kanan bajuku yang terkena kopi dan sebagian di tasku.
" Oh iya juga ". Gumamku.
Tanpa banyak bicara dan memerlukan persetujuanku, lelaki itu langsung pergi ke arah tumpahan kopi ku dan membersihkannya. Sesekali dia melihat ke arah ku yang termenung melihat kebaikannya. Seakan aku belum pernah melihat kebaikan seperti itu didepan mataku dan aku yang mengalaminya.
Lamunanku pecah ketika dia melihat ke arahku dan dia tersenyum dan menunjuk ke arah bagian kanan baju ku dan mengingatkan untuk segera membersihkan tumpahan kopi sebisaku. Aku tersentak dan langsung buru-buru membersihkan tumpahan kopi yang masih bisa di bersihkan sambil berjalan ke arahnya."Maaf ya merepotkan". Kata ku kepada nya.
"Gapapa kak, kakak kelihatan repot sekali soalnya... untung ice coffee ya kak, jadi ngga terlalu pekat di baju". Jawabnya sambil membuang tisyu yang basah ke tempat sampah terdekat.
"Iya, hehehe.... Terima kasih ya". Kataku sambil tersenyum yang benar-benar bermaksud tulus untuk berterima kasih kepadanya.
"Iya kak sama-sama". balasnya dengan senyuman yang manis sekali. Aku sangat gugup melihatnya.
"Sekali lagi terima kasih ya,... saya duluan ya". Aku pun meninggalkan nya terlebih dahulu.
Dilihat dari wajahnya memang dia terlihat lebih muda jauh dariku. Terlihat seperti mahasiswa. Disamping ke sialan ku, aku sangat beruntung bisa melihat lelaki tampan dan di tolong oleh nya. Aku tersenyum-senyum malu.
🌕
![](https://img.wattpad.com/cover/204645165-288-k832207.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
World Isn't Only Earth But Us
RomanceHave we ever dreamed about an ambition or something like that, what we really want to do in the future and love? Are we going to be that complicated as we grow older? Will our type always be the handsome prince in most fairytales? Will we always dre...