Rasa sakit pada payudaranya dan juga malu karena saat ini ia tengah menyusui seorang gadis kecil dihadapan pria dewasa yang entah bagaimana caranya bisa membuatnya bungkam dengan segala pesona dan tatapan mata tajamnya. Padahal dirinya bukanlah wanita yang menikah apalagi pernah melahirkan lalu bagaimana caranya gadis kecil dalam pangkuannya itu begitu nyamannya menghisap payudaranya seolah akan mengeluarkan air susu dari sana.
Puas dengan hisapannya Catherine menjauhkan kepalanya dan terlelap meninggalkan puting merah muda yang mengeras itu. Dengan perlahan Rania mencoba memasukkan kembali bongkahan daging itu dalam bungkusannya namun segera saja tangannya ditepis oleh sang Ayah dari gadis kecil itu.
Entah kapan mobil itu telah berhenti dan dengan santainya kepala Steven merunduk lalu menyentuhkan ujung lidahnya keputing Rania membuat dirinya lagi-lagi menahan nafasnya.
"Sekarang giliranku." ucap Steven dengan suara serak berbisiknya membuat Rania bingung.
"Hah?" belum hilang rasa bingungnya tiba-tiba ia mendesah kecil saat Steven menghisap kuat payudaranya membuat sesuatu berdesir dalam darahnya dan basah dibawah sana.
"Enghh.." lenguh Rania saat mulut Steven dengan ahli menghisapnya sementara tangan lainnya mencoba mengeluarkan payudaranya yang lain dan memainkannya dengan menekan dan memilinnya.
Hampir sepuluh menit kegiatan itu berlangsung dengan hisapan panjang hingga membuat puting itu tertarik Steven melepaskan mulutnya dari benda yang kini menjadi favoritnya, mungkin.
"Kita sudah sampai, rapihkan bajumu aku akan menggendong Cathy." ucapnya tegas tanpa bantahan lalu keluar dan memutari mobil membuka pintu Rania. Dengan perlahan ia menggendong Catherine dan sebelum ia mengeluarkan tubuhnya ia mengecup bibir Rania menggigitnya sedikit lalu menyeringai tampan.
"Mine!" ucapnya mengklaim bahwa gadis manis itu adalah miliknya.
Rania hanya mendengus sebal karenanya lalu ikut turun dan menutup pintunya.Steven merangkul pinggang Rania posesif sementara tangan lainnya menggendong sang putri yang sudah terbangun dari tidur singkatnya. Rania yang risih dengan rangkulan Steven pada pinggang berusaha melepaskannya namun semakin kuat dia melepaskan maka semakin erat pula rangkulan yang diterimanya.
"Selamat siang dan selamat datang Tuan dan Nyonya." sapa pelayan direstoran yang cukup terbilang mewah itu.
"VIP room." ucap Steven pada sang pelayan kemudian mereka di arahkan pada salah satu ruangan pribadi yang terlihat seperti sebuah kamar, terdapat satu meja panjang dengan 6 kursi dua sofa dengan meja kecil dan juga sebuah kulkas kecil disudut ruangan.
"Kami akan memesan sebentar lagi." ucap Steven setelah ia meletakkan Catherine di sofa tersebut yang melanjutkan tidurnya lalu menarik kursi dan meminta Rania duduk setelahnya ia pun duduk disampingnya.
"Ingin makan apa?" tanya Steven padanya sambil melihat daftar menunya.
"Saya tidak lapar Pak. Anda saja berdua dengan Catherine." jawab Rania yang kembali menggunakan bahasa formalnya, membuat Steven menoleh padanya dan terpancar aura ketegangan dimatanya.
Ia tak menyukai tutur bahasa formal Rania.
Damn! Bisakah ia melepaskan bahasa formal itu setelah apa yang terjadi pada mereka barusan di mobil!? rutuk Steven dalam hati.
"Katakan sekali lagi dan kita akan bercinta disini saat ini juga, Sayang!" tukas Steven yang menekankan kata Sayangnya.
"Apanya?? Saya memang tidak lapar dan belum lapar, lebih baik Anda dan Catherine saj..." ucapannya teredam karena kini bibirnya di bungkam oleh ciuman panas dan juga ganas milik Steven.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialah Duniaku
RomansaSteven Williams Alexander II (35th) seorang CEO dari Williams Corp juga seorang duda beranak satu dari seorang putri bernama Catherine Alexander II (5th). Jatuh cinta pada wanita muda yang merupakan guru dari putrinya. Rania Kirana (23th) seorang gu...