Sudah dua hari mereka berada dirumah peristirahat Steven, selama dua hari itu pula Rania tak bisa kemana-mana dirinya terjebak disini bersama Steven yang terus menerus memasukinya.
Tubuh Rania rasanya sudah tak sanggup lagi menerima semua hujaman Steven yang tak pernah puas. Dirinya teringat selama dua hari ini dia tak meminum pilnya.
Rania berjalan terseok menuju meja kecil disebrang ranjangnya. Tubuh bagian bawah terasa sakit dan juga nyeri akibat seringnya pria itu memasukinya bahkan terkadang tanpa pemanasan dahulu. Rania merogoh setiap jengkal tasnya namun tak menemukan apa yang dicarinya.
"Looking for this honey??" tanya Steven yang berdiri menyandar pada pintu sambil memperlihatkan botol kecil padanya.
Mata Rania membulat tak menyangka bahwa obat itu berada dalam tangan Steven.
"Be-berikan obat i-itu Stev." pinta Rania padanya takut-takut. Takut bila Steven tahu obat apa itu.
"Aku akan kasih ini sama kamu kalau kamu bilang ini obat apa. Setahu ku kamu gak sakit apa-apa Rania. Jadi...??" desak Steven padanya. Rania meneguk ludahnya susah payah, isi kepalanya berputar mencoba mencari alasan tentang obat itu.
"I-itu hanya vitamin aja bukan apa-apa. Tolong aku harus minum itu Stev." jelasnya dan meminta kembali obat itu pada Steven.
"Hm vitamin ya." gumam Steven mendengar jawaban Rania sambil menimbang-nimbang obat itu ditangannya.
"Kenapa Rania??" tanya Steven ambigu, membuat Rania menatapnya bingung.
"Kenapa kamu lakukan ini?? Kenapa kamu coba untuk menggugurkan anak kita??" tanya Steven menekankan kata terakhirnya membuat Rania terkejut.
"Kaget??" desak lagi Steven melajukan langkah perlahan mengintimidasinya. Rania menggelengkan kepalanya panik.
"Kamu pikir aku gak tahu obat apa ini, hem?? Selama tiga bulan ini kita selalu melakukannya dan aku tak pernah menggunakan pengaman. Pernah mikir kenapa kamu belum hamil juga dan sekarang aku tahu jawabannya." ucapnya lirih mengurung tubuh Rania yang terdesak di tembok kamar.
"Kenapa kamu lakukan ini Nia!!? Kenapa kamu mencoba menggugurkan anak kita!!?" teriak Steven melempar botol obat itu hingga berhamburan semua isinya.
Rania menggelengkan kepalanya takut menghadapi kemurkaan Steven. Ia terisak setiap kali Steven bertanya kenapa dan kenapa padanya.
"Aku mencintai kamu Rania dan juga bayi itu. Aku sudah bilang kalau aku akan tanggung jawab tapi kenapa kamu malah mau menghilangkannya?? Kenapa Nia kenapa!!! Jawab!!!" teriaknya lagi mengguncang tubuh Rania.
"Karena aku gak percaya kamu Steven!!" jawab Rania ikut menjerit.
"Aku gak percaya kalau kamu mencintai aku dengan mudahnya. Selama ini kamu datang hanya untuk melampiaskan nafsu kamu. Apa pernah kamu berpikir gimana perasaan aku saat harus melayani kamu berjam-jam!!? Kemarin aku mencoba percayakan hati aku buat kamu tapi apa yang aku lihat!! Aku dan Catherine menunggu kamu disekolah, menghubungi kamu berkali-kali tapi kamu gak jawab dan saat aku datang aku HARUS melihat pemandangan menjijikkan.
Kamu menikmati sentuhan wanita lain sementara aku berusaha meyakinkan hati aku buat kamu.
Brengsek kamu Steven!!" jerit Rania mengungkapkan seluruh perasaannya dengan airmata mengalir deras dipipinya.Steven merasa ditampar saat mendengar Rania-nya tak pernah mempercayainya, ia juga baru menyadari bila selama ini dirinya selalu melampiaskan hasratnya tanpa menanyakan kesediaan wanita itu untuk melayaninya.
Dan semakin merasa bersalah saat mengingat kejadian dikantornya saat Pamela memuaskan miliknya dengan mulut wanita itu dan benar ia menikmatinya meski mati-matian ia sangkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialah Duniaku
RomansaSteven Williams Alexander II (35th) seorang CEO dari Williams Corp juga seorang duda beranak satu dari seorang putri bernama Catherine Alexander II (5th). Jatuh cinta pada wanita muda yang merupakan guru dari putrinya. Rania Kirana (23th) seorang gu...