Movement 1

1 0 0
                                    

Hari demi hari menjalani kerutinan yang terpaksa biasa,

Hari demi hari kaki ini berpijak pada keasingan yang tak ingin kuanggap biasa. Sering ketika bangun di kamar aku harus bergelut dengan batin mengutuk hari menghitung jatah bolos, namun lagi... selalu logika memenangkan debat itu, aku bangun, membersihkan diri mengganti sandang yang pantas diperlihatkan dunia, kukunci kamar dan beranjak siap menghadap hari terkutuk ini.

Untuk menuju kampus aku hanya perlu berjalan beberapa meter, tak perlu menggunakan motor walau memang kebetulan aku diberi kemewahan itu. Aku selalu memutuskan untuk berjalan, hitung - hitung sedikit berolahraga dan disamping itu aku hanya tak ingin cepat - cepat sampai, sembari berjalan aku menipu diriku mencari alasan bagus jika aku harus kuliah hari itu, berusaha menjaga agar logika tetap menang.

Hari ini kumulai seperti biasa ...

Kujalani hari ini dengan biasa, mendengarkan dosen, menulis catatan kemudian tidur di tengah sesi kuliah.

Seusai jam kuliah kawan - kawanku berdiskusi topik klasik para mereka mahasiswa baru "habis ini mau kemana?" aahhh aku tak tertarik, aku menarik tasku dan bergegas untuk keluar ingin melanjutkan tidur di kamar-

"VIINN!!" Salah satu teman wanitaku berteriak menghentikan langkah

"Temenin aku makan yuk? Males langsung pulang nih!"

Ahhh, sepertinya kawan - kawan lain memutuskan untuk pulang dan ia mengajak diriku untuk menjadi pengganti

"Yasudah ayo, tapi yg dekat aja ya? aku gak bawa motor..." kataku malas.

"Iyeee, makan di warung deket kampus aja kok!"

Kita memutuskan untuk pergi berdua.

Di sela - sela makan siang, aku hanya terdiam menikmati santapan, memang tak pandai aku memulai pembicaraan dan lagi akupun tak hafal nama perempuan yang mengajaku makan. Ahhh memang memalukan walau sudah hampir 1 semester kami sekelas aku masih tak bisa mengingat nama - nama hampir semua teman kelasku dan tentu tak sopan bila tiba aku menyeletuk "eh, nama kamu siapa ya?" sungguh memalukan... maka dari itu aku memutuskan untuk diam.

"Vin, lu udah mutusin untuk ikut masuk kelompok mana buat tugas semesteran pak agung?"

Dengan pertanyaan itu Aku tersentak dari lamunan-

"eh-, belum, belum..."

"cepetan putusin, sekali - sekali keluarlah di grup kelas buat sekedar masukin nama lo di kelompok mana kek"

"iya iya..."

Perempuan yang sok mengatur... tidak, aku tidak membencinya, justru mungkin... aku menyukai sok mengaturnya itu, tentu jika seseorang repot - repot untuk mengatur org lain berarti orang itu menunjukan rasa pedulinya kan? Dalam kata lain ia peduli padaku.

Mungkin bukan dunia yang mulai gila tapi aku yang sok gila.

Tapi mengapa... mengapa aku tak bisa mengingat nama perempuan ini, mungkin aku hanya perlu berkata "boleh pinjem KTM?" bodoh...

Setelah sepenggal percakapan tadi kulanjutkan makan dengan tenang, kulihat ia sudah hampir menghabiskan santapanya dan entah kenapa itu membuatku juga ingin mempercepat fase makanku.

MenggapaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang