Movement 5

2 0 0
                                    

Kita berjalan, diam seribu bahasa, naas... sepertinya pada saat itu tuhan menghardik dengan menurunkan hujanya, seketika kita berlari menantang hujan aku mengikutinya.

Benar - benar seperti teguran dalam seketika hujan melebat tanpa aba - aba, lari kita kian kencang, aku mengikutinya tidak berusaha menyusul namun berlari dibelakangnya, aku mengikuti tujuanku...

Aku terus mengikutinya hingga sampai di satu rumah di pinggir jalan berlawanan arah dari gedung kos ku, sesampai dirumah itu badan kami telah basah kuyub, berteduh di teras hingga menggigil

"Berteduh dulu vin, aku ambilin handuk"

Aku masih terdiam, ditambah dingin basah ini membuat mulutku makin bungkam, mungkin ini rumahnya? Lalu aku harus bertemu dengan orang tuanya? Kuteruskan untuk berfikir agar tubuhku menghangat

"Vin..."

Ia menyodorkan handuk untuk mengeringkan kepalaku

"Sepertinya temen - temen kontrakan masih di kampus."

Mengatakan itu ia duduk disampingku sembari mengeringkan rambutnya, masih dalam diam yg aneh sibuk mengeringkan rambut

"Masuk yuk, udah gapapa basah, dingin di luar gini, sekalian aku mau ganti baju."

Aku menurutinya tanpa mengatakan apapun

Ahhh ternyata ini rumah kontrakan tempatnya singgah selama perantauan, ternyata ia juga perantau sama sepertiku, semakin aku mengenalnya...

Aku memasuki rumah itu dan duduk di sofa ruang tamun yang sederhana sedang ia berjalan memasuki kamarnya

Aku berdiam di ruang tamu dengan badan yang masih basah, semoga hujan cepat reda agar aku dapat pulang ke kamarku dan mengganti sandang mungkin bisa kumulai dengan mandi agar tidak terserang penyakit kemudian tidur, aahhh semoga hujan ini cepat reda...

Kurogoh kantong jaketku mengambil bungkus rokok

"sial..." naas, rokoku ikut basah... 

Mungkin diperjalan pulang nanti mampirlah aku ke warung rokok-

"Vin, nih"

Aku sedikit terkagetkan dengan kehadiranya, ia menyodorkan rokok, sembari aku menyulut ia duduk di sampingku

"Hujanya bakal lama nih..."

"Mungkin..."

Aahhh dengan helaan asap akhirnya aku bicara, memecah sunyi tadi

"Disini dulu aja vin, temen - temen juga paling masih kejebak hujan."

"iya gapapa, makasih lo rokoknya."

Ia tersenyum kecil, kulihat baju rumahnya memang biasa namun melihat gadis dalam baju rumah merupakan sebuah pemandangan yabg tak biasa kulihat setiap hari

Hujan kian deras tak menunjukan tanda akan segera reda aahhh terjebak hujan... bukankah ini roman picisan masa muda yg berapi? 

Masa muda ku telah hilang terenggut dan roman? Hah! Candaan apa lagi dari tuhan

"Vin... maaf tadi aku sedikit teriak..."

Ia mengatakan sumber dari kecangungan ini, dan tentu sebagai mana seorang manusia aku menjawab

"Iya, gapapa kok..."

"Kamu mau dengar ceritaku?..."

Menawarkan itu, tak ada alasan untuk menolaknya, aku mengangguk kecil tanda mengiyakan tawaranya

"Keluargaku... bilang saja adalah pembisnis perhotelan di kota kelahiran, estafet bisnis ini jatuh juga ke tangan ayahku, hotel yang dimiliki keluargaku cukup besar dan terkenal untuk bisa memiliki cabang di berbagai kota, seperti sebuah kerajaan, hidup keluargaku tak pernah kehabisan uang, hidup dalam lebih, namun orang tuaku tidak memanjakan anak - anaknya, tetap hidup dengan sederhana dan tak lupa akan kewajibanya sebagai yang lebih punya yaitu membantu yang kurang..."

MenggapaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang