Movement 3

1 0 0
                                    

Paginya,di lorong kampus aku berjalan sendiri menuju kelas, sepertinya aku terlalu pagi ahh biarlah, dari belakang seseorang seperti sedang menyusulku

"Vin!" sapa gadis itu

"Hey-" sial, aku tidak tau panggilanya... Zes? Tri? Put?-

"kita sekelompok ya, temen - temen juga udah setuju nanti gue invite ke grup kelompok"

"okee, yaudah ntar invite aja tri!"

"hah? Hahahahaha-"

ia tertawa, apa yg lucu kupikir... ohh sial panggilan-

"tri? Hahahahaha haduhh... putri, puput aja biar gampang hahahaha, makanya bergaul lo sama temen - temen dasar! Yaudah gue duluan ke kelas ya"

Sial... pada akhirnya aku mempermalukan diriku, ahh sudahlah yang sudah biarlah sudah

Satu langkah maju untuk lebih mengenalnya

Kerutinan hari ini terasa berbeda, tidak drastis namun aku tau ada yg berbeda, sedikit... hangat...mungkin ini rasanya memilikli tujuan untuk menjalani hari, sebuah tujuan ya, 

Se-sederhana itu kah?

Tidak, tidak mungkin se-sederhana itu, manusia di takdirkan untuk bisa berfikir kompleks dan realita ada untuk menjaga kemasukakalan.

Hari ini terasa berbeda karena aku memiliki tujuan untuk melangkahkan kaki, terasa berbeda karena tujuan itu keluar dari diriku sendiri bukan karena terpaksa biasa bukan karena dorongan untuk sama dengan masyarakat mengikuti aturan, hanya dari diriku, kapan terakhir kali aku memiliki tujuan?

Aahh aku terlalu biasa untuk hidup tersetir, diarahkan ombak kehidupan, selalu kupaksa untuk biasa karena aku takut untuk gagal menjadi manusia normal, takut untuk tidak bisa menjadi bagian, seperti kawanan hewan jika ada dikelompoknya yang berbeda atau memiliki kecacatan tentu akan tersingkir dari kumpulan.

Aku takut akan hal itu, aku takut jika dunia tidak menerimaku, menyingkirkanku paksa, maka aku terbiasa untuk mengikuti arus agar sama seperti mereka.

Aku harus belajar untuk menjadi manusia, harus mampu untuk menjadi manusia yg sesungguhnya, orang bodoh mana yg gagal untuk menjadi manusia? Aku pun telah berkontribusi walau masih terbilang kecil, terkadang aku pun juga menyisihkan uang untuk diberikan pada pengemis - pengemis pinggir jalan, dalam beberapa kesempatan akupun mendonorkan darahku pada yang membutuhkan

Pada akhirnya aku terbiasa untuk disetir mereka yg lebih tua sebagai yg lebih mengerti kehidupan ketimbang diriku, tapi sampai kapan? Retorik yg membosankan, tak ada habisnya jika terus kupikirkan.

Hari ini terasa berbeda, terasa baru dan aneh, namun ada sedikit suka...

Tidak seperti hari - hari lalu yg sangat terasa hampanya, apa karena mereka itu bukan pilihanku? Kenapa kuliah yg seharusnya menjadikanku manusia yg lebih sempurna tak bisa memberikan sensasi yang sama yg kurasakan hari ini?

Tak paham...

Mungkin yang harus kulalukan sekarang adalah menjaga agar setiap harinya aku memiliki tujuan, jika tujuan sekecil ini saja aku bisa merasakan hal baru, bagaimana bila tujuan besar? Apakah aku akan merasakan puas nantinya? Mungkin ya mungkin juga tidak namun layak untuk dicoba.

Tujuan, tujuan, tujuan.... mungkin ia adalah tujuanku, jika dalam skala kecil adalah untuk ingin mengenalnya, dalam skala yg besar adalah untuk memilikinya?

MenggapaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang