Prolog

266 148 181
                                    

Hari itu pukul 16:30 disebuah taman dekat alun-alun kota aku menunggu dia yang akan datang menyapaku dari kejauhan, sudah lama sekali aku merindukanya dan 4 bulan yang lalu adalah pertemuan aku dan kekasihku itu yang keterakhir kalinya. Terlalu terobsesi mungkin untuk anak SMA sepertikku sudah sangat dimabuk cinta sedalam ini. Dan dengan rasa yang tidak sabar aku menggu dia sambil duduk di kursi panjang. suara kerumunan orang yang memecahkan keheningan akan kerinduan dikepalaku, sudah kubayangkan wajah Vano walaupun aku belum melihatnya hadir sedikitpun di hadapanku.

Itu, akhirnya dia datang namun dengan tatapan yang sungguh berbeda dengan hal yang sangat-sangat berbeda dari pertemuan yang sudah-sudah. Aku mengalihkan semua perasaan curiga akan hal yang menghantuiku itu, dan bertingkah positif saja seperti biasanya, Kalian tentu tahu bagaimana rasanya rindu dengan orang yang sangat kalian cintai karena lama tidak bertemu, Via telfon? itu tidak cukup untuk penyakit rindu yang diderita oleh pasangan LDR. Obat terbaik adalah bertemu dengannya, melihatnya tersenyum lalu selamat tinggal kembali diucapkan.

Kemudian aku megandeng tangannya seperti biasa ketika aku bertemu denganya. Kali ini responya berbeda dia menolak untuk aku gandeng, banyak pertanyaan muncul dikepalaku. Tidak pernah pertemuan aku dan dia sedingin ini entah apa yang merasukinya sampai sebegitu risih dengan kehadiranku. Aku merasa diabaikan dan kegembiraanku perlahan memudar mood-ku pun menghilang aku hanya diam dan menatapi dirinya saja tanpa melakukan apapun. Heran dengan perilakunya yang begitu dingin. Hingga akhirnya dia angkat bicara "aku mau kita putus" katanya.

Suaranya terdengar begitu ringan, seringan itu dia memutuskan hubungan yang telah dibina hampir 2 tahun lamanya. Kata itu yang pertama dan terakhir kalinya dia ucapkan di pertemuan terkhir aku denganya, Kacau fikiranku, ingin menangis namun (untuk apa aku menangisinya), sesak rasanya menahan isakkan deretan air mata yang hendak jatuh. Aku hanya lari menjauhi dirinya. Tidak ingin memandang wajahnya yang detik itu juga sangat-sangat aku benci. Wajah yang sangat aku rindukan dulu, kini adalah wajah yang paling aku benci.

Memang aku ini wanita bodoh yang mudah dibongi oleh pria hidung belang, aku menyesal rasanya sampai aku tidak ingin menyentuh cinta lagi aku tidak igin rasa sakit menerpaku lagi. Aku tidak ingin menjadi bodoh untuk yang kedua kalinya sudah cukup, kataku.







Aku berharap kalian bisa suka sama prolognya 😊

-Jangan lupa vote dan komen gaes itu bener-bener berarti untuk saya

-Saya akan coba penuhi keinginana pembaca

-trimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua🙏

-Boleh lah folow juga 😅

-Dukung terus ceritanya yaaa, sampai jumpa di part selanjutnya🔥

-Komen aja gaes gapapa, bagi saya masukan itu sangat berarti :)


Linear JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang