“Vind parah banget Vind! Si Varo ngasih foto Nay ke temennya,” adu Andra pada Revind.
Revind langsung menyorot tajam.
“Boong Vind!” Varo menabok lengan Andra.
“Bener Vind!”
“Ngapain lo ngasih foto cewek gue ke orang?” tanya Revind.
“Kaga Vind. Orang temen gue nanya nya, coba liat foto ceweknya Revind. Yaudah gua kasih,” ujar Varo. “Kaga ada niat apa apa gue mah Vind, sueeer!”
Sandy hanya tertawa melihat wajah ketakutan Varo. Padahal santai aja sih.
“Dah, mending gue pergi daripada ngurusin lo berdua yang makin gila,” ujar Revind. Ia mengambil kunci motornya diatas meja lalu melenggang pergi.
“Gue juga.” Andra mengikuti jejak Revind.
“Heh sialan! Mau kemana lo?”
“Fallen,” jawab Andra tanpa menoleh.
***
Revind pergi mengunjungi rumah Nay. Mereka memang sudah memiliki janji untuk pergi bersama. Revind ingin menemani Nay pergi belanja sekaligus menghabiskan waktu untuk gadis itu.
“Janjiannya sih jam sepuluh,” ujar Nay menggerutu. Pantas dia melakukan itu, Revind baru menjemput nya pukul 12 siang, sedangkan ia sudah rapih dari setengah 10.
“Maaf sayang.. Tadi aku mabar sama temen. Gak enak kalo ninggalin,” kata Revind.
“Yaudah.. Jangan diulangin lagi,” ujar Nay.
Revind tersenyum, ia mengusap tangan Nay yang memeluk pinggangnya. “Iya sayang..”
Sepanjang jalan, suasana terasa hening. Keduanya sama-sama tenggelam dalam khayalan indah masing-masing. Nay merasa posisinya saat ini, adalah posisi yang selalu dimimpikan setiap perempuan dengan pacarnya.
“Kalo aku pergi, kamu sedih gak?” tanya Revind tiba-tiba.
“Kok tiba-tiba ngomong gitu?” tanya Nay keheranan.
“Ya aku mau tanya aja,” ujar Revind.
Nay kembali memeluk Revind dan menenggelamkan wajahnya. “Gak ada yang boleh pergi dari hidup aku. Kamu gak akan pergi kemanapun,” ujar Nay.
Revind tersenyum, Nay ikut tersenyum ketika melihat dari kaca spion. Keduanya sudah sampai di sebuah Mall besar yang lokasinya tidak jauh dari rumah Nay. Mereka masuk ke dalam Mall itu, dan mencoba mencari apa yang Nay butuhkan.
Setiap kali Nay belanja dan mengantri untuk bayar. Revind selalu ada di belakangnya. Apalagi jika orang di belakang gadis itu adalah laki-laki. Revind tidak mau membiarkan apapun mengganggu Nay disaat gadis itu sedang berbelanja.
“Kamu mau beli apa?” tanya Nay.
“Aku gak mau beli apa-apa,” sahut Revind sambil menggelengkan kepala.
Nay mengangguk, tapi kakinya bergegas pergi ke sebuah toko pakaian laki-laki. Disana, ia mencoba mencari jaket bagus yang akan ia berikan pada Revind.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAY (SEGERA TERBIT)
Teen FictionIstilah benci jadi cinta memang benar adanya. Itu dirasakan sendiri oleh gadis cantik bernama Nay yang famous dan dikenal sebagai primadonanya SMA Brawijaya. Gadis yang membentengi dirinya dari jangkauan laki-laki. Tidak pernah mengizinkan satu hati...