obrolan di jalan

8.5K 1.1K 131
                                    

vomments jgn lupa bebski





🙊🙈🙉



"halo"

"Bang jemput gue dong!! udah sepi nih gue takut naik ojek!"

"iyeeeeeee"

"cepetan ya bang, ini udah sepi banget gelap lagi— eh bangsattt"

Yaya menggeram, pasalnya si Yuta alias abang kesayangannya main mematikan sambungan telpon padahal Yaya belum selesai ngomong.

Yaya baru aja selesai les. Sebenarnya udah dari tadi sih, cuma dia tst dulu atau konsul sama kakaknya buat memantapkan persiapan uasnya. Jadi Yaya baru keluar dari tempat lesnya jam 10 malam.

Yaya bisa aja menelfon Jaemin, minta anak itu menjemputnya. Apalagi tempat les Jaemin dekat sama tempat les Yaya, tapi dia gak enak. Soalnya padangan Yaya dan Jaemin berbeda mengenai tempat les. Mereka pernah berantem gara-gara tempat les.

Yaya merasa maju bersama gajah lebih membantunya buat ujian. Tapi Jaemin tetep kekeuh mau maju bersama Allah.

"lama banget dah" gerutu Yaya, mengeratkan jaket rajutnya. Kebetulan lagi gerimis.

sebuah mobil mini cooper berhenti tepat didepan Yaya.

perasaan mobil bang atuy nissan juke dah.

Kaca mobil itu perlahan turun menampilkan sosok pengemudinya.

"Kak Doyoung?"

"masuk" Yaya buru-buru masuk ke mobil tersebut.

"Kok kakak yang jemput?" Tanya Yaya setelah memasang seatbelt.

"tadi gue lagi keluar, atuy nelfon bilang lo minta jemput jadi sekalian aja"

"Kakak ngapain keluar jam segini?" Doyoung menunjuk jok belakang yang dipenuhi 3 bucket kfc.

"dirumah ada kak Jaehyun sama kak Johnny juga ya?" Doyoung mengangguk.

Yaya tiba-tiba pengen ngalus lagi.

"kak"

"hm"

"barusan aku belajar loh"

"Iya tau, masa lo dugem ditempat les"

"haha, tapi bukan belajar pelajaran aja..."

Yaya mencondongkan tubuhnya ke arah Doyoung.

"Aku juga belajar menjadi istri dan ibu yang baik!"

"Baru tau di go ada gituan, lo ikut paket yg apa?"

Yaya mengerucutkan bibirnya. Mobil Doyoung berhenti di lampu merah.

"sayang"

"hm"

"eh kok jawab?!" Doyoung menoleh dia memijit batang hidungnya.

Salah jawab dia.

"jadi resmi nih?"

"resmi apa?"

"panggilannya sayang"

"astaghfirullah"

Yaya cuma cengengesan.

"sayang"

Kali ini Doyoung diam aja.

"hih dipanggil juga"

"gak denger pake jam"

Yaya tertawa mendengarnya. Mobil Doyoung kembali berjalan saat lampu berubah hijau.

"kak sadar gak sih?"

Doyoung hanya melirik Yaya lewat kaca.

"kalau kita nikah nanti pasti anak kita gen super semua"

"tau dari mana?"

"udah keliatan"

"sok tau"

"makanya ayo kita coba bikin satu buat liat hasilnya"

Doyoung mengacak rambutnya, enteng banget itu mulut.

"bikin lo pikir donat apa"

"ya apa dong namanya?"

"produksi"

"hahahahahh" Yaya ketawa sambil mukul pelan lengan Doyoung.

"sering-sering gini dong kak"

"gini gimana?"

"maksudnya luwes gitu, jangan kaku banget. Kalo gini kan aku makin sayang"

"serah Ya" tiba-tiba Yaya menyenderkan kepalanya di pundak kiri Doyoung. Doyoung melirik Yaya.

"berat"

"enak aja! kak elus-elus kepala aku dong"

"dih ogah"

"jahat banget sih, sayang"

"elus sendiri aja, gue lagi nyetir"

"anggap aja latihan jadi pacar Yaya kak, sebelum jadi pacar beneran" Doyoung mengela nafas. Tapi tanganya terulur kemudian mengelus kepala Yaya pelan.

Yaya mematung. seperti baru saja tersambar petir, Yaya gak tau kalau mengelus kepala bisa membuat dadanya kayak lagi perang gini. Pipi Yaya terasa panas, lemah emang si Yaya hobinya ngalus tapi kalau diladenin baper.

Yaya buru-buru menegakkan tubuhnya membuat Doyoung menoleh bingung.

"kenapa?"

"g—gak papa kak"

Yaya beralih menatap jendela. Dia gak bisa berhenti senyum walaupun pipinya terasa pegal.

modusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang