[ Versi Revisi ]
Mau menistakan mereka? Tentu bisa.
Mau melihat mereka nangis-nangis kayak anak ayam? Tentu bisa.
Mau liat mereka yang sengklek setiap hari? Tentu bisa.
Aku rajin update? Tentu tidak bisa.
•✎↻ • You have to read this.
──────────────...
"Kalau bersantai sambil minum jus mangga memang surga dunia." Yuna menyeruput minumannya sambil membolak-balikkan lembaran halaman yang dibacanya.
Brak!!
"EH AYAM, KUTU, SEMUT, GAJAH LAGI KOMPROMI SAMBIL DITEMENI PASIR," teriak Yuna sambil melempar buku yang dipegangnya hingga melayang mengenai wajah Zuya.
"Akh! Mukaku yang suci!"
"Heh! Kalau mau masuk itu ketuk dulu, dong!" Yuna berkacang pinggang sambil mengambil buku yang jatuh.
"Yah ... lagian lo, sih. Pakai stereofoam di semua dinding lo. Mana kaya bioskop lagi, gak kedengaran suara gue dari luar," ucap Zuya sambil menunjuk semua stereofoam yang melengket di dinding dengan indah.
Amazing!
"Oh, iya, hehe. Btw, kenapa manggil gue?" tanya Yuna to the point.
Zuya menyerahkan dokumen penting. Eh, tidak, kok. Cuma setumpuk kertas aja. Yuna yang melihat itu pun merampas semua kertas itu dengan kecepatan cahaya. Wah, gila sih wanita ini.
"Apa?! Gue dapat dare?! Akhirnya setelah beribu tahun juga!" Yuna melompat-lompat di kasurnya seperti tarzan baru masuk ke hutan.
"Heh! Lo jangan tsundere gitu. Gue tau lo suka sama gue dari dulu."
Kouga terdiam, mulutnya membuka sebentar ingin mengucapkan sesuatu tetapi ia menutupnya kembali.
Dalam hati, jantung Kouga sudah jedag jedug. Kouga menelan salivanya kasar, lalu bertanya, "Tau darimana, lo?"
"Eh! Asal lo tau ya, Dek. Gue ini cewek yang pastinya update terus di sosial media. Intel gue ada banyak di sini," ucap Yuna sambil menyombongkan dirinya.
"Serius, lo?" Kouga bertanya lagi berusaha memastikan agar ia tidak terhempas nantinya.
"Iya dong." Yuna berbohong, padahal dia kan menjalankan dare. Memang akhlaknya minim.
"Oke, gw mau," terima Kouga dan langsung disambut pelukan hangat dari Yuna. Yaelah, baru mulai udah romantisan.