"Aku sudah tau dare-ku apa, jadi aku tidak pantas untuk hidup," ujar Seiya sambil mengambil tali plastik yang berada di atas meja lalu mengikatnya ke dahan pohon beringin yang gosipnya mempunyai banyak penunggu.
"Sei? Dirimu mau mati?" Seiya mengangguk. "Daripada kena dare yang menyiksa seumur hidup, hohoho i don't want it," lanjutnya sambil membuat sebuah lingkaran pada tali.
"Ooh iya juga ya. Yaudah, mati aja sana," ujar Zuya dengan santainya.
"Astaga, kamu ini bersoda banget," ucap Seiya sambil mempraktekkan yang sedang booming sekarang.
"Bersoda-bersoda, berdosa!" bentak Zuya geram akan sikap Seiya yang ingin mati sebelum waktunya, Zuya masih ingin Seiya hidup. Bukan karena apa, jika Seiya mati maka Zuya akan kehilangan satu pelayannya.
"Sei, jangan mati napa! Yang biayain Saori sama anak curut yang bernama Kouga nanti siapa? Aku gamau nanti si Kouga nangis-nangis minta tinggal di rumah aku, big no." Yuna nama orang yang barusan mengucapkan beberapa kalimat itu.
"Ho'oh, 'kan kasihan nanti tiba-tiba ada berita di Sanctuary mengatakan kalau ada Ibu dan Anak yang terlantar gara-gara sang Ayah yang gak mau menjalankan dare-nya akhirnya--" Seiya memotong. "Stop, iya-iya turun nih. Jangan dilanjut."
"Oiya dare-ku apaan dah?" tanya Seiya sambil memasang wajah tertekuk, untuk tidak ditekuk oleh tekuk dan ditekuk tekuk.
Apaan si.
"Nah ke-uwu-annya."
UwU, dari Salsabila2612
"Sadarkanlah orang ini karena dia menyiksa orang ganteng," ucap Seiya yang membuat wajah Zuya dan Yuna menatap jijik makhluk yang belum mandi di depannya ini.
"Tapi kok gaboleh makan? Apa salahku?"
Haruto datang tiba-tiba. "Apa salah dan dosaku sayang, cinta suciku kau buang buang."
"Duh serigala konser datang," ucap Yuna.
"Yuna, jadi pacarku ya," ujar Haruto sambil menggenggam tangan halus Yuna yang seperti kayu.
"Gomenne, kamu terlalu baik buat aku," ucap Yuna sambil tersenyum cerah yang membuat sebuah panas menusuk ke kokoro Haruto. Sedangkan Zuya sudah tertawa seperti kuntilanak yang sering nongkrong di pohon beringin dan tertawa setiap jam dua belas malam.
"Udah-udah, say no to buchen." Yuna memukul kepala Zuya. "Situ sendiri yang menghalukan anime fandom sebelah sampai nyari anime x reader itu gak bucin?" tanya Yuna to the point.
"Jangan buka aib orang napa! Bucin ke 2D itu sehat!" sarkas Zuya.
"Lho? Bergelud kita?" Yuna sudah memasang ancang-ancang untuk berkelahi. "Ayok, siapa takut?"
Sementara Zuya dan Yuna beradu mulut, Seiya memanfaatkan kesempatan ini untuk lari. Toh, kesempatan tidak datang dua kali 'kan?
Belum sempat Seiya melarikan diri, bajunya sudah terlebih dahulu ditarik oleh Haruto. "Mau kemana? Lari dari dare? Cemen amat jadi laki, situ laki bukan?"
Seiya mendengus kesal, pipinya dikembungkan sehingga membuat Haruto jijik. "Gausah sok-sokan ngambek trus pipinya dikembungin gitu, bukannya imut malah jijik udah gitu tua lagi," sarkas Haruto.
Seiya tersenyum kepada Haruto, perempatan imajiner sudah terbentuk di kepalanya. "Haruto udah pernah coba mati?"
"Gak makasih, nanti kau kalah. Kasihan tuh tulangmu, encok entar." Seiya sudah mulai ancang-ancang untuk membunuh Haruto.
"Gak usah berantem! Gelud aja," ujar Yuna sambil makan popcorn yang sudah ia siapkan. "Gak sia-sia juga kita nungguin ayam jantan bertelor demi popcorn ini, ya 'kan Zuya?"
Zuya menganggukkan kepalanya. "Iya benar. Untung ayamnya betina yang diubah jadi jantan, jadi gak perlu lama-lama nunggu."
Yuna berdiri lalu menepuk bagian belakangnya yang kotor karena sempat berkelahi dengan Zuya walau sebentar. "Nah, Seiya ayo," Yuna menyeret Seiya yang marah-marah ke Haruto.
Sampainya di penjara Sanctuary, terlihat Seiya yang sudah kayang di lantai karena tidak dikasih makan selama seminggu.
"Astaga Kak Seiya, mau ciki gak?" tawar Raki sambil memberikan permen kenyal yang berada di tangannya.
"Permen ciki mana bisa buat kenyang Raki, duh gemes pengen mukul," batin Seiya
"Seiya, kalau kau bilang seperti itu di batinmu, nanti kau mati lho," ujar Fudo yang datang tiba-tiba.
"Astaga setan! Bisa gak sekali aja gak ngagetin?! Dah kek Eden aja!" Seiya mengusap dadanya pelan. "Dan masalah kematian itu, heh jangan ngadi-ngadi! Jangan jadi akhlakless ya, setidaknya doain kek temennya sehat-sehat."
"Lu bukan teman gue."
Skakmat.
"Jahat lu Do! Gak like aku," ujar Seiya memasang wajah yang bersalah. Keadaan kembali sepi, wajah Seiya memucat.
Duh, laper. Kenapa nasibku gini amat, pikirnya.
Rasa lapar mulai menjelajahi seluruh bagian tubuh Seiya. Pandangannya perlahan memudar hingga menggelap tidak bersisa tanpa meninggalkan kenangan indah.
Kayak doi.
"Eh gaes, Seiya udah mati nih. Yok dikubur."
"Boleh nih, yok-yok bawa badan busuknya. Dah berapa lama dia gak mandi?"
"Sudah seminggu."
"Pantas bau, gak pake rex*ona ternyata."
Seiya membuka matanya perlahan, seketika seluruh atensi menghadap ke arahnya.
"Lho? Sey, gak mati?" ujar Aldebaran, Mū pun mengangguk setuju.
"Heh! Gaada akhlak kalian ya! Setidaknya bersyukur kek kalau temennya hidup, ini enggak. Benar-benar berdosa kalian," teriak Seiya tanpa mempedulikan suaranya yang serak.
"Yah, Sey. Padahal kami mau menguburkanmu lho, biar bisa makan-makan," ujar Kouga sok sedih.
"Gaada akhlak kalian semua."
- In your mind, 25 January 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ask And Dare [Saint Seiya Omega]
Fanfiction[ Versi Revisi ] Mau menistakan mereka? Tentu bisa. Mau melihat mereka nangis-nangis kayak anak ayam? Tentu bisa. Mau liat mereka yang sengklek setiap hari? Tentu bisa. Aku rajin update? Tentu tidak bisa. •✎↻ • You have to read this. ──────────────...