Hidup Atau Mati?

43 8 0
                                    

" Langit,  ada kecelakaan... Mama takut."

" Mama tenang aja di sini, Langit mau cek dulu. Tunggu di sini ma. "

Gue berjalan cepat menuju tempat kejadian kecelakaan, berharap banyak apa yang gue pikirkan salah. Tapi kenyataan nggak sesuai dengan harapan gue, apa yang gue lihat sekarang sama persis dengan apa yang gue lihat saat kontak mata dengan Fero.

" Bapak-bapak,  Ibu-ibu baiknya korban segera dibawa keluar dari mobil, saya panggilkan ambulance. " Himbau gue dengan banyak orang yang mengerumuni mobil Fero yang remuk menabrak palang jalan.

Setelah ambulance datang, gue memastikan bahwa ketiga korban di mobil itu termasuk Fero keadaannya masih bisa selamat. Syukur alhamdulillah, mereka masih hidup.  Gue mengecek denyut nadi mereka, dan masih menunjukkan detakan jantung walaupun agak lemah. Melihat Fero terbaring dengan luka lebam di kepalanya, gue jadi inget Miami. Mungkin, apa yang dirasakan Fero saat ini tidak sesakit apa yang dirasakan miami saat itu. Rasanya,  gue ingin meninggalkan mereka dan pura-pura tidak tahu mengenai kejadian ini. Tapi, apalah daya rasa iba selalu menggangguku untuk berbuat jahat.

"Langit, lhoh... Itu bukannya temen kamu yang tadi ya, yaudah mama ikut ke rumah sakit ya. Itu kasian ceweknya, lukanya parah banget. " Teriak mama

" Apaan sih ma...  Nggak usah deh ikutan ke rumah sakit, Langit mau beli es buah pak Ogah dulu. "

" Langit!!! Kamu nggak punya rasa perikemanusiaan ya, siapa yang ngajarin kamu kaya gini??! Ayo cepet angkat mereka ke ambulance. "

" I.. Iya ma Langit bakal nganter mereka sampai rumah sakit. Mama ikut ambulance aja, Langit biar ngikut pake scoopy dari belakang. "

" Yaudah, mama duluan ya Ngit. "

---

Beberapa menit kemudian, tibalah gue beserta ambulance dan isinya di salah satu rumah sakit Jakarta.

" Mohon maaf, pihak yang tidak bersangkutan mohon di luar. " kata beberapa suster seraya mendorong ketiga korban kecelakaan tadi

Gue dan mama lalu duduk di ruang tunggu UGD.

" Langit, itu kan temen kamu,  apa kamu nggak berniat menghubungi keluarganya?"
Tanya mama

"Maksud mama Fero? Tapi Langit nggak kenal sama ceweknya tadi. "

" Yaudah, kamu hubungi orang tuanya Fero dulu aja. " Jawab mama

" Ya bentar, cari dulu nomornya. "

"..."

Tuut... Tuut...

"Hallo, Assalamualaikum. Maaf ini dengan ayahnya Fero? "

" Iya saya sendiri, ini siapa? "

" Maaf om, ini saya Langit temannya Fero. Beberapa menit yang lalu, Fero bersama kakaknya kecelakaan om, dan sekarang dibawa ke rumah sakit. "

" Apa?? Dimana?? Saya akan segera kesana, tolong kamu share lokasi. "

" Iya om, akan saya share. "

"..."

Gue merasa lega setelah bisa memberi kabar sama papanya Fero tentang kejadian ini. Setidaknya, gue akan membuktikan ke Fero bahwa gue bukan seorang yang psikopat. Buktinya, gue masih punya hati dan perasaan dan  gue masih punya rasa iba sama orang lain. Gue dan mama termenung beberapa saat, kemudian kembali berdiri setelah dokter keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana kabar teman saya dok? " Tanya gue ke pak dokter

" Maaf, salah satu dari teman Anda tidak bisa terselamatkan, mungkin ini sudah kehendak Tuhan. " Jawab pak dokter

" Apa??? " untuk kedua kalinya tangis gue pecah untuk Fero dan orang yang terlibat dengannya.

" Dok, apa kami boleh masuk? " Tanya mama

" Ya mari... "

Gue masuk ke ruangan itu dengan langkah gemetar, benar-benar tidak menyangka bahwa apa yang gue lihat akan menghasilkan ending seperti ini. Pertama gue menuju ranjang pasien yang tubuhnya tertutupi dengan kain semacam selimut.
Gue membuka kain itu, dan...

Ceklek...

Gue kaget, dan melepaskan kain yang baru saja gue pegang.

"Putra... " teriak suara serak-serak basah dari laki-laki yang baru saja masuk

Gue yakin, beliau adalah papa dari Fero dan kakaknya, tanpa basa-basi beliau langsung membuka kain itu. Seketika gue tahu, bahwa yang meninggal adalah kakaknya Fero, yaitu Putra. Beliau menangis sejadi-jadinya,  kemudian kembali menutup jenazah anaknya itu dengan kain yang semula menutupinya.

" Nak... Terimakasih atas bantuannya, coba kalau kalian tidak membawa anak saya ke rumah sakit secepatnya, saya nggak tau jadinya gimana. " Kata papa Fero

" Iya pak, kita ini makhluk sosial, ya memang seharusnya saling membantu. "

" Terimakasih sekali lagi nak, bu.. "

---

" Maaf boleh saya bertemu dengan salah satu keluarganya? " Ucap pak dokter

" Iya,  saya dok ayah dari mereka. Bagaimana dok dengan keadaan mereka? "
Tanya papa Fero

" Alhamdulillah, untuk pasien laki-laki lukanya tidak terlalu parah, mungkin 2 sampai 3 hari nanti bisa segera pulih. Tapi... "

" Tapi apa dok? " tanya gue dan papa Fero bersamaan

" Tapi, untuk pasien perempuan. Ia mengalami benturan yang sangat keras, dia harus menjalani masa kritisnya pak. Dan saya tidak bisa memastikan kapan dia akan sadar. " jawab pak dokter

" Maksud dokter koma? " tanya papa Fero

" Iya pak, mari ke ruangan saya sebentar. " ajak pak dokter

"..."

"O iya om, saya dan mama izin pulang dulu om. " kata gue dengan sengaja tidak ingin berlama-lama di rumah sakit

" Oh,  iya iya nak. Terimakasih nak, saya sudah merepotkan kamu. "

" Tidak pak, kami tidak merasa kerepotan. Mari pak,  assalamualaikum " jawab gue

Gue keluar dari rumah sakit dan berangkat pulang bersama mama tercinta. Selama perjalanan, tumben sekali mama nggak cerewet sama gue, malah di alam pikiran gue sedang berimajinasi mengapa papanya Fero dengan Fero jauh berbeda 180°.

Gimana dengan part ini? Ada yang udah tau jalan ceritanya setelah ini gimana aja? Apa masih bingung sama ceritanya?

Terimakasih sudah membaca cerota ini, jangan lupa tekan tanda bintang... 😍

Done For Me! ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang