Minggu pagi yang tak begitu cerah, Lea menyusuri tempat pemakaman umum, mencari satu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang ia rindukan. Ditentengnya sebuah keranjang bunga dan sebotol air mineral ditangan kanan, sedangkan tangan kirinya, ia masukkan ke saku celana. Akhirnya ia sampai pada makam yang dituju, gadis itu pun segera berjongkok didekat makan tersebut.
Lea's POV
Akhirnya kita ketemu ya, walau dalam dimensi yang berbeda. Tatapan Gue semakin nanar tatkala memandang nisan yang bertuliskan nama Leonard Aldebaran, dia kakak kembar Gue. Gue elus nisannya berharap rasa rindu ini tersalurkan.
Meninggal enam tahun yang lalu, dimana usianya tepat menginjak sebelas tahun. Gue mulai menaburi bunga di pusaran Leo, nama panggilannya. Tak luput siraman air untuk membasahi pusaran agar tak kering dan nisannya yang kini nampak kusam karena debu yang menempel.
Le, Gue kangen banget sama Lo. Gue yakin Lo juga kangen sama Gue, ehhe lucu ya Gue ngomong sendiri, tapi walaupun Gue ga bisa denger jawaban Lo, tapi Gue yakin kalau Lo denger Gue dari sana.
Oh iya, kemarin Gue ketemu sama Azka lho, temen kita semasa kecil itu. Lo pasti inget kan, yang kalau setiap kalian main berdua tanpa ngajak Gue, pasti Gue merajuk. Dulu kalian suka balapan sepeda, trus Gue selalu pengen ikutan walaupun sebenarnya belum bener-bener bisa naik sepeda, ya akhirnya Gue nyebur ke selokan, ehhe.
*Flashback on*
"Leo aku mau ikutan..." Rengek Lea kecil pada kakak kembarnya, Leo kecil.
"Ihh, kan kamu belum bisa naik sepeda." Kata Leo kecil.
"Iya nanti kalau kamu jatuh gimana? Kan nanti kamu sakit." Ucap Azka kecil.
"Pokoknya aku mau ikut." Rengek Lea kecil.
"Kamu ih kalau dibilangin suka ngeyel." Kesal Leo kecil.
"Udah biarin aja dia ikut, biar sekalian dia belajar naik sepeda." Jelas Azka kecil.
"Tuh kan boleh sama Azka, Leo nakal emang." Kata Lea kecil.
Mereka bertiga pun mulai bersepeda bersama menyusuri kompleks perumahan, pelan tapi pasti Lea menaiki sepedanya, tiba-tiba sepedanya goyah dan membuatnya hilang kendali.
"Leo...." Teriak Lea dari belakang, *brugh* Lea terjatuh bersama sepedanya ke sebuah selokan kecil, tangisnya pun pecah. Sedangkan Leo dan Azka yang mendengar itu pun langsung dengan asal meletakkan sepeda mereka untuk segera menolong Lea.
Lea dibantu naik dari selokan dan masih menangis sesenggukan. "Udah gausah nangis, gapapa, namanya juga belajar." Jelas Leo lembut. "Iya gapapa, jangan nangis." Sambung Azka. Mereka bertiga pun pulang bersama sambil menuntun sepedanya. Sepeda Lea dituntunkan oleh Azka, dan Leo memapah Lea sambil menuntun sepedanya sendiri.
*Flashback off*
---Author's POV
Lea masih menatap nisan Leo dengan tatapan sendu setelah memanjatkan doa untuk Leo, tak terasa setetes air turun dari matanya membasahi pipi.
"Le Gue bener-bener kangen sama Lo. Gue selalu berharap buat bisa ketemu sama Lo meski dalam mimpi, trus Gue bisa peluk Lo, nyalurin setiap rasa rindu ini." Kata Lea yang semakin menjadi kesedihannya.
"Kayaknya udah mau hujan nih, Gue pamit dulu ya, kapan-kapan Gue mampir lagi ntar kita ngobrol lagi ya." Ucap Lea lalu berdiri meninggalkan pusaran Leo.
Langit sudah mulai gelap karena mendung, tetesan air pun turun dari langit, Lea sedikit berlari untuk menuju tempat dimana mobilnya diparkir. Belum sampai di mobil hujan mulai turun begitu lebat, membuat Lea basah kuyup. Setibanya di dalam mobil ia pun segera meraih beberapa lapis tissu untuk mengelap wajah dan tangannya. Dinyalakan mesin mobilnya dan kemudian melaju meninggalkan area parkir pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEANOR
Teen Fiction"Kian merdu suara rindu, mendayu merasuk dalam kalbu, memecah sendu menjadi pilu, merubah halu menjadi candu, meski tau akhirnya tak tertuju" Eleanor Aldebaran. "Mengapa harus menghindar untuk saling melupakan, tak usah bersapa layaknya orang tak ke...