(08) - Message

5 1 0
                                    

Hari ini sekolah libur, Lea masih bermalas-malasan di kasurnya yang empuk. Untuk sekadar mencuci muka pun ia enggan. Tiba-tiba benda pipih yang terletak di atas nakas itu berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk.

Azka Fajr Hananta : Hai, Lo hari ini ada acara ga?

Terdapat satu pesan yang dikirim oleh Azka. Seulas senyum terukir di bibir Lea.

Eleanor Aldebaran : Hai, ga ada acara sih.

Itu jawaban yang diberikan oleh Lea. Memang hari ini ia tidak memiliki acara apapun.

Azka Fajr Hananta : Gue lagi di Jakarta nih, ketemuan yuk.

Tak berselang lama Lea mendapatkan balasan dari Azka.

Eleanor Aldebaran : Boleh, jam berapa?

Azka Fajr Hananta : Ntar sore aja, paling jam 5 an, Gue jemput ya, sekalian ntar main ke rumah Lo.

Eleanor Aldebaran : Okey.

Lea yang masih saja di atas tempat tidur itu pun tersenyum kegirangan. Entah apa yang dirasakan dalam hatinya, bahagia? Pasti. Mengapa? Apakah ia menyukai Azka? Entah ia pun tidak tahu perasaan apa yang ada di dalam hatinya. Yang ada ia selalu bahagia mengenai apapun yang menyangkut Azka.

Dirasakan perutnya berbunyi, ia lapar. Gadis itu pun turun meninggalkan kasurnya untuk mandi kemudian sarapan.
***

Ditempat yang berbeda, seorang anak muda sedang bermain basket bersama seorang pria yang lebih tua darinya. Terlihat pria yang lebih tua berhasil mencetak score kembali. Yang lebih muda terlihat kelelahan.

"Ah cupu kamu, masak kalah sama papa." Kata pria itu yang diketahui namanya Arya.

"Papa sih mainnya brutal." Balas anak muda itu dengan sedikit terkekeh walaupun napasnya masih ngos-ngosan.

Ia memang terkenal jago bermain basket di sekolah, bahkan ia adalah ketua ekskul basket di sekolahnya. Namun, jika telah bermain bersama papanya, sudah berbeda cerita.

Dikta, sejak kecil ia telah diajarkan oleh papanya bermain basket. Di rumahnya pun telah disediakan halaman yang cukup luas dengan dilengkapi ring basket.

"Semangat, latihan lagi biar tambah jago. Papa laper, masuk yuk makan dulu." Ucap Arya menepuk pundak anaknya lalu berjalan memasuki rumah yang diikuti oleh Dikta.
***

Di sebuah ruang makan terdapat empat orang yang sedang menikmati santapannya.

"Ini oma masakin khusus buat cucu kesayangan oma. Dihabiskan ya sayang." Ucap wanita yang masih terlihat bugar di usia tuanya.

"Iya oma, makasih ya." Respon anak muda itu sembari tersenyum hangat. Dua orang yang lain pun ikut tersenyum bahagia.

"Gimana kuliah kamu? Lancarkan?" Tanya sang oma.

"Lancar oma, lancar semuanya, doakan ya biar cepat-cepat wisuda." Jawabnya antusias.

"Baru aja tahun ini masuk kuliah, udah minta wisuda aja." Sahut pria yang duduk disebelah wanita yang diketahui adalah istrinya.

"Iya gapapa pa, kan biar cepet." Sambung pemuda itu.

"Azka, Azka, mau cepet apa sih? Cepet nikah?" Celetuk mamanya sambil tertawa. Dan yang ada disitu pun ikut tertawa.

"Ya ampun ma, ya biar cepet kerja lah ma." Ucap Azka santai diiringi dengan tawa.

"Ya kan siapa tau." Sambung omanya.

"Apasih oma ini." Kata Azka terkekeh.
***

Seusai sarapan, Lea kembali menuju kamarnya. Drrrtttt.... Drrrtttt... Handphone di saku Lea berbunyi tanda pesan masuk. Dirogohnya saku itu, diambil benda pipih didalamnya. Ternyata itu dari grub teaternya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELEANORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang