"kawan dari kecil, tak mungkin hanya sebatas teman, pasti ada rasa suka di antara kedua belah pihak, atau mungkin ini cinta sepihak" - baekyung
*
"aku mencintai dia karena satu alasan, suka duka-ku selalu bersamanya" - Ara
Baekyung a.k.a Lee Jae Woo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yeo Juda
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kim Do Hwa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baekyung
***
Jam perlahan berdetak seperti biasa, matahari tampak berseri menunggu sang empu untuk kembali menghangatkan diri, terlalu silau untuk detik ini. Dan juga terlalu berisik. Sekarang tepat pukul jam 10, istirahat kembali membawakan bising para murid. Semua orang senang, tentu para guru dan petugas pembersih lainnya ikut merasakan. Namun tidak bagi sosok wanita yang sedari pagi terus menopang tangannya sebagai bantal untuk tertidur diatas bangkunya, sengaja menghadap ke arah jendela untuk melihat langit biru disana, lebih tepatnya agar pikirannya tenang tidak terlalu berpikir keras soal masalah tadi pagi yang disebabkan kawan kelasnya, Juda. Wanita itu faham betul apa yang sedang Juda bicarakan waktu pagi. 'Aku menyukai Dohwa' kata-katanya terlalu masuk dalam pikiran Ara, bukan hanya itu, terlebih kata terakhir Juda yang sangat membuat masuk kedalam relung hati dan pikirannya, 'Sudah kubilang. Aku menyukai Dohwa. Kau bodoh! Itu tandanya peringatan untukmu, jangan pernah dekati dia!'ck! Semakin membuatnya berpikir, semakin dahinya berkerut menyatu tanda berpikir keras. 'kenapa harus memaki? Bisa kan baik-baik' batinnya menahan amarah. Selesai Juda berucap kalimat terakhir, ia meninggalkan Ara dengan beribu bahasa tanpa ada pamitan akrab. 'sial' pekiknya.
Lelah, padahal tidak ada masalah berat untuk dia hadapi. Hanya saja jika menyangkut hati, bisa saja pikirannya akan tekuras habis. Tak ada yang bisa menghentikan hatinya, kecuali jika masalahnya ia biarkan dalam larutan positif. Mungkin dia akan berbaik hati untuk mengikhlaskan semua.
Ha! raut wajah malas itu mendongak dengan sigap menghadap ke atas, bola matanya membelalak tajam. Mulutnya refleks terbuka beriringan dengan degupan jantung yang berkobar. Apa benar Dohwa menyukainya? Apa benar Juda memperingatkan itu karena Dohwa saat ini sedang menyukai Ara? Oh god! Jika memang benar nyatanya, kau sangat beruntung Ara! Hati nya kian memanas. Pipinya merah merona, ada sedikit bahagia dalam hatinya. Tentu saja dia senang, Dohwa yang sering murid lain kagumi atas keramahan dan kepintarannya. Murid yang paling diincar oleh seluruh murid wanita di sekolah ini. Seperti dalam komik, tokoh utama-lah yang paling bersinar. Persis seperti peran dohwa saat ini.
Tangan ara melayang tinggi dan mendarat mulus menampar pipi kirinya. "Oh tidak ara-ah, halusinasimu terlalu tinggi. Sadar! Kau sudah dengan haru!" Ucapnya pelan sambil memastikan tekadnya untuk sampai akhir hayat bersama haru. Lagipula tidak mungkin dohwa menyukai dirinya. "Palingan juda salah faham" benaknya sambil mengangguk menyakinkan. "sedang apa" Tanya Baekyung dari balik punggung dengan membawa dua susu rasa pisang. Sigap badannya berbalik menuju suara yang ia dengar. "ya! Kau mengagetkanku ish! Ada apa?". Tangan Baekyung mengangkat kedua susu itu sambil menggerakkan pelan tanda ayo kita minum bersama.
***
"masalah bunga haru?" tebak Baekyung. Sambil menyeruput susu nya dari sedotan kecil itu. "bukan, ini masalah lain" mata Ara memelas lelah. "lagi? Apalagi?" matanya menatap lurus mata Ara, mata hangat yang selalu ia berikan entah dari kapan awal mulanya. Yang jelas ia sendiripun tidak pernah tau. "itu hm-" nafas Ara tercekat dan merasakan penat kembali saat mengingat nama kawannya. "sudah, lupakan" ucapnya malas. "ya! Ini tidak seperti dirimu. Ayo lanjutkan, aku penasaran apa yang membuat temanku ini jadi kewalahan" telinganya benar-benar siap untuk mendengarkan isi hati Ara. "hm Dohwa-" alis Baekyung terangkat sebelah saat nama itu meluncur ringan dari mulutnya. 'kenapa bawa-bawa dia' pikir Baekyung curiga.
Wajah Ara sungguh berekspresif, mulutnya sedari tadi menjelaskan apa yang sedang terjadi. Mulai dari keanehan juda sampai terakhir sebuah peringatan. Baekyung diam, tanpa ada pembalasan. Ia hanya ingin mendengar dahulu sebelum memberi saran pasti. 'sudah kuduga ada yang aneh dengan dia' benak Baekyung sambil memikirkan sahabat karibnya, Dohwa. "lalu bagaimana menurutmu?" Tanya Ara dengan menyeruput kembali susu yang sedari tadi dalam genggamannya.
"kemungkinan ya dan tidak. Jika memang dia menyukaimu. emang sudah ada tanda-tandanya? Misal, dia diam-diam menatapmu, atau apapun mungkin, ada?" Tanya balik Baekyung berhati-hati.
"hm tidak ada sepertinya" jawab Ara lemas sambil mengerucutkan bibirnya.
"tidak usah seperti itu" tangan dohwa memukul pelan kepala Ara, sebal dengan ekspresi itu. Ekspresi yang sama sekali baekyung tidak sukai, "ya! Sakit" jeritnya sambil mendengus kesal. "sudah sekarang jangan dipikirkan. Cepat makan sebelum bel masuk" Baekyung beranjak sambil mengusap pelan kepala Ara dengan gemas. "ya! Aku tau itu. Nanti aku nyusul ya" teriaknya sambil mengeluarkan ponsel di balik saku jas nya. Apa yang dilakukan Baekyung adalah hal biasa. Hal yang sering ia lakukan sejak dulu, jauh dari sebelum Ara dan dirinya masuk sekolah menengah pertama. Sudah seperti saudara yang saling menjaga satu sama lain. Padahal tidak sedarah. Hanya saja dipertemukan untuk saling bersama, dalam artian saat ini mereka bersahabat. Persahabatan yang indah. Walau ada sebelah pihak yang terluka untuk menunggu kisah itu indah layaknya komik yang ber-ending bahagia. Siapa lagi jika bukan Baekyung? Ara maksudnya? Tidak, ara yang kita kenal hanyalah orang biasa yang menginginkan kekasihnya itu terkenal.
Saat kedua kaki itu hendak melangkah keluar, baekyung berpapasan dengan haru. Seketika raut wajahnya sebal dan bebal, tarikan helaan nafas itu terdengar pada telinga haru yang saat itu hendak mendekati Ara dan mendengar perkataan terkahir nya sebelum ia benar-benar melangkah pergi keluar. "dapat! Kau kemana saja?"
***
Jam waktu istirahat hampir habis, banyak segerombolan kawanan mulai masuk kembali dengan tergesa-gesa. takut-takut akan telat kembali untuk masuk jam pelajaran.
Semilir angin menyapu wajah tampan sesosok pria yang terbaring di kursi panjang itu. Ingatannya kembali bernostalgia. Ada rasa senang dan bahagia jika mengingat hari itu. Hari dimana ia mengajak sosok wanita terkasihnya berkencan. Wajahnya yang tak bisa dikontrol, membuat pria tampan itu tertawa. Konyol jika mengingatnya. Seiringnya waktu berjalan ia mulai beranjak dengan gusar. Baru saja ia menenangkan pikirannya, sudah mulai diburu waktu kembali, "oh ya ampun" desahnya sambil melepas jas sekolah dengan kasar. Badannya kembali beranjak dengan langkah guntai. Merasa malas untuk melangkah masuk ke dalam kelas. Ketika kakinya hendak melangkah, suara itu mengalihkan pusat perhatian nya. 'Haru?' batinya
"Sisanya akan aku bayar nanti" ucap salah seorang kawanan pria yang dikenalnya, kim bo tong.
Pria tampan itu yang tak lain dan tak bukan, dia Baekyung. keningnya mengernyit heran. Apa yang dilakukan Haru disana? 'dan sisa bayar?' batinnya. transaksi apa yang dilakukan kedua orang itu sehingga kim botong masih berhutang kepadanya.
Haru ikut meninggalkan tempat dan berlari mengejar waktu untuk segera masuk kedalam kelas.