"Kyung!" Dohwa merangkul-nya bersahabat, pria tinggi 175cm itu seperti biasa memperbincangkan suatu hal yang telah terjadi. Entah itu momen bersama kawan lain-nya, entah dengan masalah pribadi-nya atau dengan masalah apapun. Asal yang menurut-nya perlu untuk diceritakan. Namun ada satu hal yang belum Baekyung ketahui, lebih tepat-nya menunggu dia memulai bercerita terlebih dahulu, sebelum ia menghujani-nya dengan berbagai pertanyaan.
"waeyo?"
tada! tangan-nya menarik paksa mengeluarkan buku yang ada didalam tas punggung-nya. Dibalikkan-nya tas itu mengarah kedepan dada untuk bisa meraih dengan leluasa. Kening Baekyung mengernyit.
"aku menemukan komik romansa!" ujar-nya semangat. Baekyung terkekeh kecil dalam diam, lagi-lagi dia dibuat tidak habis pikir oleh teman-nya. Wajah Dohwa yang tampan itu menutupi kekonyolan atas tindakan yang sering ia lakukan sebagai guyonan.
"aku tidak pernah tau jika akan semenarik ini. Wah rasanya aku harus belajar dari buku ini. cara mendekati seorang wanita. Yak! Kamu harus pelajari. Lalu praktekkan. Lepas itu beritahu aku jika cara ini berhasil?" lanjut-nya panjang lebar. Diberikannya buku itu pada Baekyung sambil menghela nafas panjang, berharap buku itu dirilis kembali untuk season kedua-nya.
"menjijikkan, kau saja yang baca, jalan ceritanya sudah jelas bisa ditebak. Dan terlalu banyak kalimat murahan" balas-nya bergidik geli, tidak bisa membayangkan atas masa depan-nya yang cerah menjadi curam jika dibandingkan dengan ekspetasi.
"bagaimana bisa kau menyebut itu murahan. Tega sekali" buku-nya diambil paksa kembali dan memasukkan-nya kedalam tas punggung itu, lalu menutup sleting-nya dengan cepat. kalau begitu akan ku berikan pada Daniel lanjut-nya bersemangat.
"tumben" ucap baekyung sambil menatap curiga. firasatnya tiba-tiba mengatakan apa karena Ara?. Kalaupun memang benar nyata-nya apa yang dipikirkan Baekyung saat ini terhadap Dohwa ialah fakta. Maka, dia tidak bisa memaksakan wanita itu kemana hati-nya akan berlabuh. Toh hubungan-nya hanyalah sebatas sahabat. Tak ada yang lebih.
"hm kau cepat tanggap. kurasa aku sudah menemukan cinta pertama-ku" bisik-nya sambil mengangkat kedua alis-nya. "siapa" Tanya-nya dengan tergesa, hati-nya belum siap jika memang nama Ara yang keluar dari mulut Dohwa. "sepenasaran itukah?" melihat Baekyung, rasa-nya ingin sekali terus menggoda-nya dengan terus menerus membuat dia semakin penasaran. Ekspresi-nya terlalu kentara, wajah Baekyung merah padam. Entah kesal atau cemburu, yang pasti saat ini hati-nya sedang bergelut ria antara menenangkan dan menyudutkan.
"kalau tidak mau bilang, yasudah" dilanjutkan nya kembali langkah itu untuk masuk kedalam kelas dengan meninggalkan dohwa yang diam berdiri sambil menyeringai sukses. Rasa-rasanya tidak pernah se-mengasyikan ini. 'tenang baekyung-ah, wanitamu tak akan kupilih' batin-nya tersenyum getir walau hati-nya bergetar hebat.
***
Lambat laun awan gelap kembali menutupi matahari yang sedang terang berderang menerangi sebagian planet bumi. Dingin, angin kencang membuat taman berantakan, banyaknya dedaunan berserakan. Jelas sama sekali tidak menyejukkan.
Langit cerah itu kembali redup dengan seiring-nya waktu berjalan, bulan ini musim hujan datang memenuhi titik lokasi daerah kami. Kenapa harus hujan, bisakah salju cepat datang? Ah pria itu, merasa rindu akan sosok santa clause dan juga ibu kandungnya. Lama tak bertemu, menjadikannya pria nakal.
Selalu seperti ini, ketika jauh dari pandangan sekitar-nya. Langkah kaki-nya terlihat gontai dan raut wajah menyebalkan-nya itu tergantikan dengan mimic muka lemah tak berdaya. Begitu kentara, hingga siapapun bisa menebak-nya. Guratan wajah kosong, ia kesepian. Ada banyak ruang dihatinya yang begitu merindukan kehadiran ibunya.
Sesekali Namju menguap lelah. Lesu yang dirasakan saat ini dikarenakan pagi tadi ia sama sekali tidak sarapan. Perutnya tidak di isi. Untuk minum air putih pun rasa-rasanya tidak usah. Lebih baik berpuasa pagi daripada ikut sarapan dengan keluarga baru-nya, keluarga yang ia benci sampai detik ini dan keluarga yang menurutnya telah merenggut masa kebahagiaan dari hidup-nya. Tentu ini bukan yang pertama atau kedua kali-nya ia berangkat sekolah tanpa perut terisi.
Beruntung sepeninggalan ibu-nya dahulu, tabungan yang dirancang untuk masa depan namju, jadi terlaksana. Tidak sia-sia bisnis yang dirintis Ny. Kim malah semakin pesat hingga sampai detik ini. Jadi ia tidak perlu susah payah untuk mengemis uang kepada ayah-nya lagi. Namun naas-nya, selepas ibunya pergi meninggalkan namju untuk selama-lama-nya, mental namju sedikit terganggu, seringkali ia depresi tanpa henti, hingga sampai berakhir hidungnya mengeluarkan cairan darah, yang biasa orang lain sebut dengan mimisan.
"kim nam ju" ucap Seohyun saem dari kejauhan, lalu mendekat menghadap diri namju.
Seketika raut wajah-nya kembali bebal, ingin sekali menepis orang yang menghalangi-nya, sekalipun itu guru-nya. Diam tak ada jawaban, mata datar itu menatap lurus bola mata saem. Nyali seohyun kembali ciut, bukan karena takut di amuk-nya, tetapi karena takut ditarik-nya kembali uang donasi yang sudah diberikan. Mengerikan sekaligus menyebalkan jika memang itu terjadi.
"kenapa tidak masuk kelas?" tanya-nya hati-hati. Namju mendesah panjang, bukankah seohyun saem sudah terbiasa dengan hal ini, toh satu sekolah pun sudah terbiasa dengan-nya, malah sudah menjadikan pengecualian untuk namju bersekolah layaknya orang bermain.
"hm-, itu terserahmu. Jika ingin hidupmu berubah, ayo ikuti aturan" Wajah namju tampak dingin, sengaja agar guru-nya tidak lagi menegur-nya kembali. Tau jika akan terjadi hal yang tidak-tidak, seohyun saem langsung menyudahi perbincangan sepihak yang sangat singkat itu.
"hm-, tentu itu terserahmu. Bebas, itu hakmu. Hanya saja kamu perlu aturan jika ingin berbenah diri" jelas-nya lagi dengan sangat berhati-hati.
Namju mendesis dengan mata dingin-nya. "jadi maksudnya, aku ini buruk" lidah-nya mendesis bersamaan dengan sudut bibir kiri-nya tertarik membentuk seringaian remeh.
"bukan. Bukan begitu namju-ah. Saem hanya-" ucapannya terpotong dengan pertanyaan namju yang semakin lama semakin kesal mendengar celotehan Seohyun Saem. "sudah cukup, siapa yang beritahu aku ada disini?" tanya-nya ketus.
"tidak ada, saem hanya melihatmu dari atas. Memang-nya kamu pernah bolos tanpa ketahuan seluruh satu sekolah?"
benar juga, pikirnya. Seohyun saem melangkah pergi menjauhi namju yang berdiam diri dengan hanya menatap punggung itu lambat laun menghilang dari pandangan-nya.
Saat dirasa dirinya terlalu jauh dengan anak didik-nya, punggung-nya bergerak cepat untuk menempelkan pada tembok dingin itu, nafasnya berburu, khawatir apa yang dilakukannya akan berakibat fatal. Fatal dalam karirnya. jika kepala sekolah tau dia melakukan hal ini, seohyun bisa dikeluarkan tanpa terhormat.
"anniya, anniya- kamu sudah melakukan yang terbaik seohyun-ah" kedua tangannya mengepal, menyemangati diri.
.
.
.
Who likes me? | 3 (part 2) on November, 17th.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKE ME UP!
Fanfiction"kawan dari kecil, tak mungkin hanya sebatas teman, pasti ada rasa suka di antara kedua belah pihak, atau mungkin ini cinta sepihak" - baekyung * "aku mencintai dia karena satu alasan, suka duka-ku selalu bersamanya" - Ara Baekyung a.k.a Lee Jae Woo...