2

25 10 0
                                    

"Sudah ku bilang. Kau anak tak berguna"

Lagi-lagi zara mendengar suara itu. Dia menjadi makin gila. Pikirnya.

"Siapa kau? Apa maumu?"

"Tak bisakah kau merasakanku lebih dari mendengar suaraku?"

Angin berhembus sangat dingin menembus jendela dan membuat tirainya berliuk-liuk.
Membuat gadis ini ketakutan setengah mati.
Ini sungguh gila. Tidak masuk akal. Oh tuhan,,tolong aku.-zara

Zara pun segera keluar dari ruangan itu dan mendapati seorang nenek berdiri dihadapannya dengan tersenyum.
Senyum yang dingin.
Zara sulit mengartikan arti senyuman itu.
Wajah nenek yang keriput,dengan bola mata hitam pekat. Kulitnya putih tapi menurut zara sedikit pucat. Dengan rambut putih yang digelung.
Zara memperhatikan nenek ini dari ujung kepala hingga kaki. Bukan tidak sopan. Dia hanya ingin memastikan apa kaki nenek ini menyentuh tanah atau tidak.

"Oh,syukurlah." Suara zara sedikit ringan tanpa getaran. Rasa takutnya mulai mereda. Dia lega akhirnya telah menemui manusia.
"Kau mau bertemu ibumu?" Tanya nenek dengan sopan tapi tetap dingin.
"Iya nek."
"Ayo ikut saya".

Kini mereka berjalan menuju ruang depan.
Disana sudah ada ibu dan wily. Juga ada beberapa warga. Entah siapa mereka. Tapi zara yakin mereka adalah orang yang sudah membantu keluarganya.

"Kau lihat ada siapa saja disini?" Tanya nenek,kali ini suaranya lembut dan rendah. Nyaris berbisik. Tapi zara masih bisa mendengarnya
"Ada banyak orang. Memang kenapa?"
"Bagus. Ada berapa yang kau lihat selain ibu dan adikmu?"
"Ada tiga nek."
Seketika itu nenek tersenyum. Senyum yang sama. Tak bisa ditebak oleh zara.

"Apa sekarang kau sudah mengerti?"
"Kita akan bertemu"

"DIAM!!" Zara berteriak setelah mendengar suara itu. Semua orang terkejut. Kecuali nenek yang bersamanya.

"Tak terjadi masalah. Ini memang sering terjadi. Dia hanya belum bisa mengontrol diri dan belum memahami apa masalahnya."
"Oh iya, zara. Nama saya Suri Atmaja."
Nenek itu memperkenalkan diri.
"Saya zara marlove." Suara zara masih bergetar, dia ketakutan sekaligus merasa gila.
"Lalu bagaimana hasilnya?" Tanya ibu pada nenek suri. Seperti tergesa-gesa dan menyimpan kekhawatiran. Ibu terus memandang zara.
Membuat zara makin takut.
"Dugaan kita benar. Apa yang dia lihat tidak bisa kalian lihat. Sampai sini kalian pasti paham." Nenek itu kemudian akan duduk ditempat yang seharusnya dia tidak duduki. Merasa itu salah,zara mengingatkan
"Nek, jangan disitu. Tidak sopan. Disitu ada or.."
Nenek sudah duduk. Tanpa terganggu.
"Rang.."
Kenapa bisa? Kemana orang tadi?-zara

Seketika itu ibu langsung menangis dan memeluk zara
"Zara..kau harus tau segalanya."
"Apa bu?"
"Kau bisa melihat mereka yang tidak seharusnya kau lihat" suara ibu rendah sekali. Tapi cukup membuat zara terpukul dan takut.
Itu artinya zara adalah indigo?
.
.
Wily tidak begitu mengerti dengan keadaan yang terjadi.
Ada apa dengan kakaknya.
"Kak,bu. Kalian gapapa?"
Tak ada jawaban. Tapi wily tidak ingin bertanya lebih jauh lagi. Karna menurutnya ini bukan saat yang tepat.
.
.
.
Malam harinya,willy memutuskan berbicara dengan ibu. Hanya berdua.

"Bu sampai kapan kita disini? Kita kan punya rumah. Apa sebaiknya kita pulang?"
"Tunggu sampai 1 minggu. Ayahmu baru dimakamkan kemarin. Ini masih dalam masa berduka. Ibu minta kalian yang sabar"
"Tapi bu,kasihan ka zara. Dia sering menangis. Wajahnya mendadak pucat. Sebentar dia normal. Lalu dia akan aneh. Bu..kita harus lakukan sesuatu untuk ka zara. Atau paling tidak cepatlah kita mengurus data-data ayah. Dan tinggalkan tempat ini. Kumohon."
Wily khawatir dengan kondisi kakak nya itu. Tapi ibunya hanya diam tak ada respon. Wily curiga ada yang disembunyikan darinya.
.
-dikamar zara-

Tokk
Tokk
Tok. Tok
Tokkk tokk.

"Siapa?"
Suara ketukan pintu semakin keras. Hampir tak berjeda. Sampai membuat tembok bambu yang menutup ruangan itu bergetar.
Zara heran, siapa yang mengetuk pintu sekeras itu.
"Wil. Itu kamu? Masuk aja."

Tokk tok tokk tok tokkkk tok tokk

"Tunggu sebentar!."
Zara bergegas akan membukanya. Tapi saat dia memegang gagang pintu..ketukan itu berhenti. Semua menjadi sunyi. Segera saja zara membuka pintu dan memastikan siapa yang mengganggu ketenangannya.

Saat dibuka tidak ada siapapun atau jejak apapun. Tidak ada tanda-tanda ada orang didepan kamar. Zara makin takut. Menutup pintu dan langsung menyembunyikan diri dibalik selimut. Lagi-lagi dia menangis.

Kenapa kau menjadikanku seperti ini. Aku ingin normal.-zara
.
.
Kini sudah satu minggu keluarga Sanata bermalam di rumah Nenek Suri.
Saatnya mereka kembali ke rumah baru. Jaraknya hanya 1Km saja dari rumah ini. Tapi perjalanan menuju rumah itu terasa jauh karena melewati hutan dan tanah kosong. Jarang sekali ada rumah didaerah sini
"Kami permisi dulu nek, terimakasih sudah membantu keluarga kami." Ucap ibu dengan sopan.
"Tak masalah. Semoga kalian bisa menerima semuanya" nenek suri berkata dengan gelagat yang mencurigakan.
"Ayolah. Tunggu apa lagi. Kita harus ke rumah baru dan mengurus pembatalan mengajarnya ayah. Setelah itu kita bisa kembali ke kota." Wily sangat bersemangat. Dia merasa tidak nyaman berada di dusun ini.

"Sepertinya kau terburu-buru. Tenanglah." Lagi-lagi. Nenek suri tersenyum dengan ciri khasnya. Selalu dingin. Dan sulit ditebak.
"Iya nek,saya ingin cepat kembali ke kota. Disini sangat.." belum selesai wily berbicara,ibu segera saja memotong kalimatnya
"Maaf nek, wily memang begitu. Kami pamit."

Setelah itu keluarga sanata pergi meninggalkan nenek.

-didalam mobil-
"Sudah ibu katakan. Kamu harus sopan. Kita itu sudah di bantu. Jadilah anak yang baik."
"Iya bu,maaf. Wily kan hanya.."
"Sudah. Cukup. Jangan banyak alasan. Kita tidak boleh menunjukan hal yang menyinggung perasaan orang lain. Itu tidak baik. Mengerti?"
"Selalu saja begitu"
Kali ini wily yang mengendarai mobil. Dia bersenandung lirih. Sedangkan keluarga yang lain masih terdiam.
Zara merenung. Memikirkan masalah yang menimpa keluarganya selama 1 minggu terakhir, terutama masalahnya sendiri dengan para makhluk  itu.
.
.
.

Kira-kira apa yang zara pikirkan?
Apa yang terjadi pada zara dan keluarganya selama 1 minggu di rumah nenek suri? Penasaran. Kuyy follow dulu. Keep reading ya.
Jangan lupa beri dukungan. Terima kasih

The Unwanted Visitor [CERPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang