Part 1

751 66 9
                                    

Jo Jinho melanjutkan merapihkan bunga-bunga itu, setelah ia melayani pembeli ke 5nya hari ini. Ia sangat bahagia dengan pekerjaanya ini meskipun sebenarnya tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak, maksudnya kehidupan keluarganya.

Jinho terlahir di keluarga yang bisa di bilang sangat berantakan. Ibunya yang meninggal 2 tahun lalu karna bunuh diri membuat adiknya pergi meninggalkan rumah dan sesekali datang hanya untuk meminta uang sampai akhirnya sang adik juga bunuh diri karna masalah yang menimpanya. Sekarang ia hanya fokus bekerja untuk hidupnya dan juga ayahnya bahkan gajinya hanya cukup untuk makan dan membayar hutang-hutang ayahnya yang tak kunjung lunas.

Jinho merasakan ponselnya yang bergetar di dalam saku celana jeans lusuhnya. Ia hanya diam mendengarkan setiap kata yang keluar dari orang yang berada di sebrang telpon itu. Setelah ia menjawab dengan kata 'baiklah' akhirnya telpon itu di putus dari sebrang sana.

Jinho memijat pelipisnya memikirkan bagaimana caranya ia membayar hutang ayahnya tanpa harus kehilangan rumahnya. Orang tadi memberi waktu selama satu minggu jika tidak rumahnya akan disita.

"Jinho-ya."

"Oh Changgu?"

"Kau selesai kapan?"

"Setengah jam lagi mungkin?"

"Okay aku akan menunggumu."

"Ada apa?"

"Aku akan memberimu solusi atas masalahmu selama ini."

Pria yang bernama Changgu tadi langsung kembali keluar dari toko bunga ini. Changgu adalah sahabatnya Jinho. Satu-satunya sahabat mungkin? Karna Jinho merasa hanya Changgu yang mau berteman dengannya.

Sebenarnya Jinho seperti terlihat baik-baik saja bahkan orang-orang sekitar menyebutnya bunga anggrek karna Jinho memang terlihat indah terutama senyumnya. Jinho sangat di sukai oleh para pedagang sepanjang jalan rumahnya.

Itu sebabnya ia merasa Changgu satu-satunya yang benar-benar menjadi sahabatnya. Karna selama ini Jinho hanya sering mengobrol dengan para pedagang pinggir jalan yang mayoritas adalah orang tua. Jinho tidak pernah merasakan yang namanya pergi bermain bersama teman. Dari umur 10 taun Jinho hanya sibuk sekolah dan membantu ibunya berdagang.

Ia selalu menolak jika teman sekolahnya mengajak bermain karna ia lebih memilih menemani ibunya. Bahkan setelah lulus sekolah pun waktunya hanya di habiskan untuk bekerja. Dan Changgu adalah satu-satunya teman Jinho yang selalu setia bersamanya.

Sekarang Changgu dan Jinho sudah berada di sebuah tempat makan, dan sekarang mereka berhadapan dengan seorang pria dengan pakaian sangat rapih bahkan terlihat kaya.

"Kau Jinho?"

"Ya, saya Jinho."

"Aku Hui, aku di beritahu oleh Changgu katanya temannya sedang butuh banyak uang? Benar begitu?"

"Ya, semacam itu. Aku butuh banyak uang untuk membayar hutang Ayahku."

Pria bernama Hui itu meminum tehnya sebelum melanjutkan kata-katanya. Hui memandang Jinho lekat-lekat memandangi setiap jengkal yang ada pada diri Jinho.

"Changgu, kau tepat sekali membawanya. Kebetulan temanku butuh seseorang untuk menemani dan merawatnya."

"Ma-maksudnya?" Changgu kaget karna sebelumnya Hui tidak memberitahu pekerjaan macam apa. Tapi karna di iming-imingi bayaran besar jadi ia menawarkan ini pada Jinho.

Oh ya sebelumnya Hui dan Changgu saling mengenal karna Changgu pernah menyelamatkan istrinya Hui. Changgu menarik tubuh istrinya Hui yang hampir saja jatuh dari lantai 5 sebuah mall. Dari sana Hui merasa hutang budi dan menawarkan imbalan pada Changgu. Hui memang memberikan sejumlah uang dan menawarkan jika Changgu membutuhkan pertolongan. Dan Changgu memutuskan untuk menanyakan apakah ada pekerjaan untuk temannya yaitu Jinho.

[END] Black OrchidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang