Part 2

441 57 6
                                    


Mulai hari ini Jinho harus meninggalkan rumahnya untuk bekerja di tempat barunya. Sebenarnya ia sedikit berat untuk melangkah pergi karna ia takut kenangan satu-satu dari mendiang ibunya akan hilang karna Ayahnya yang tidak bisa menjaganya, Tapi ia bertekad untuk tetap mempertahankan rumah itu. Meskipun mungkin akan di ambil oleh orang lain ia akan merebutnya kembali.

Jinho menjijing tasnya yang berisi pakaian dan barang-barang yang penting baginya, Jinho tidak membawa banyak barang karna memang tidak ada yang harus di bawa lagi dari rumahnya.

Jinho menaiki taksi yang sudah di pesan oleh Hui, ia sempat kaget karna tiba-tiba ada taksi yang berhenti di hadapannya dan menyuruhnya naik setelah mengatakan bahwa ini sudah di pesan oleh Hui.

Setelah perjalanan sekitar 25 menit akhirnya Jinho sampai di rumah yang terlihat sangat mewah. Rumah ini tidak terletak di pusat kota, justru ada di sekitar perbukitan. Jarak gerbang dan rumah sekitar 100 meter bahkan gerbangnya sangat besar. Rumah ini benar-benar tertutup dari dunia luar, bagi Jinho rumah ini seperti di dongeng. seperti kastil yang tidak dapat terterlihat oleh orang luar.

Jinho turun dari taksi dan berdiri di depan pintu besar rumah ini, Jinho melihat kesekelilingnya yang terlihat sangat sepi hanya ada satu tukang kebun saja. Jinho mencari apakah di sisi pintu ada bel atau tidak tapi ternyata tidak ada. Jinho mendekati pintu itu dan mengetuknya. Meskipun ia tidak yakin bahwa orang yang di dalam bisa medengarnya atau tidak.

Setelah menunggu sekitar 5 menit, pintu itu terbuka dan ternyata itu Hui.

"Akhirnya kau sampai juga." Jinho membungkuk pada Hui dan setelah itu Hui mengajak Jinho masuk.

Jinho kembali terkagum setelah melihat kedalam rumah ini, rumah yang terlihat sangat mewah semuanya disini terlalu besar dan mewah bagi Jinho, Jinho sedikit berpikir apakah ia juga akan bekerja membereskan rumah ini.

"Jinho, langsung saja. kamarmu ada disana, Setelah kau bertemu dengan Hongseok, kau boleh ke kamarmu."

"Tuan Hui, dimana Tuan Hongseok?" Terdengar suara langkah kaki dari arah dapur dan terlihat seorang pria yang sedang berjalan sambil memakan makanan di dalam toples.

"Hongseok-ah.. Kemari." Pria bernama Hongseok itu berjalan menghampiri Hui dengan masih mengunyah dan menurut Jinho itu terlihat lucu.

"Ini Jinho yang akan menggantikanku untuk merawatmu." Jinho langsung membungkuk 90° pada Hongseok.

"Percuma, besok juga aku tidak akan ingat padanya."

"Kau menyuruhku untuk berhenti merawatmu, dan aku tidak mungkin membiarkanmu sendirian disini."

"Kan aku sudah bilang, kenapa kau mau repot mengurusku padahal biarkan saja aku mati perlahan." Jinho menggigit bibirnya setelah mendengar perkataan Hongseok. Ia jadi sedikit takut sekarang.

Hui memijit pelipisnya memang Hongseok ini sedikit keras kepala, dan ini yang membuat terhambatnya proses penyembuhannya. "Kau bahkan sudah hidup sampai berumur 25tahun itu artinya tuhan tidak mengizinkan kau untuk mati."

"Lalu aku harus meminum obat-obatan itu sampai berumur 50 taun?"

"Maka dari itu mulai sekarang kau harus mau berusaha untuk sembuh."

"Selama 10 tahun aku hidup dengan suasana yang membosankan, setiap bangun tidur aku lupa segalanya yang terjadi kemarin dan Aku hanya ingin mati saja Hui." Hongseok mengatakan itu dengan yang pelan.

Hui merangkul tubuh Hongseok "Setidaknya beri kesempatan dia untuk merawatmu, jika kau sudah benar-benar tidak sanggup aku tidak akan memberikanmu obat-obatan itu lagi."

Setelah mendengar perkataan Hui, Hongseok melihat ke arah Jinho. Ia menatap Jinho dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan perlahan menghampiri Jinho.

[END] Black OrchidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang