Chap, 1. "Pindah rumah"

14.8K 461 4
                                    

Ku regangkan tubuh ku mencoba menghilangkan pegal yang menjalar, oh tuhan aku capek sekali, badan ku terasa linu semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku regangkan tubuh ku mencoba menghilangkan pegal yang menjalar, oh tuhan aku capek sekali, badan ku terasa linu semua. Ini karena aku mengurusi kepindahan rumah ku sendiri, huh menyebalkan keluarga ku tak ada yang mau membantu ku hanya karena alasan konyol. Orang tua mana yang menghukum anaknya karena menjanda terlalu lama? Sangat menyebalkan.

Ya

Benar

Aku Janda...

Terhitung 6 tahun ini aku menjada, ' Arielina seorang penulis novel kurang terkenal menikah dengan ceo terkenal berkat perjodohan di usia 20 tahun, dan menjada setelah 2 tahun pernikahannya dikarenakan perselingkuhanya', yah itulah berita yang beredar di internet sampai sekarang. Sialan bukan, enak saja aku di bilang kurang terkenal, ck kenapa pula mereka memberitakan ku jika aku tidak terkenal. Eh satu lagi isi berita itu seperti karangan, mengarang aku berselingkuh? Oh tuhan pingin aku potong tu jari-jari yang ngetik berita khayalan itu. Enak saja sejak kapan aku berselingkuh? Jelas-jelas dia lah yang berselingkuh. Tapi intinya kita berpisah karena tidak cocok, aku tidak peduli dengan penghianatanya. Karena memang kami tidak saling mencintai.

Ah sudahlah hari ini aku harus meletakan beberapa isi box itu pada tempatnya. Huh aku harus sarapan terlebih dahulu untuk mengisi tenaga ku.

Ku langkahkan kaki ku menuju dapur, wah dapur ini sangat cantik, sayang sekali diisi dengan benda-benda jadul. Perlengkapan masak saja belum komplit, emmm... Apa aku perlu membeli? Ah tidak-tidak uang ku sudah menipis, apalagi mama tidak akan meberi ku uang walaupun aku berlutut.

Tok-tok

Hah, siapa sih. Masih pagi juga. Menganggu sarapan ku saja.

Ceklek.

"Surprise...."

Apaan, kenapa dia datang. Mata ku ternodai dengan senyum meringis tak bersalahnya itu. Dia adalah Monik sahabat ku dari orok. Enam tahun dia pindah ke bali setelah menikah, aku yang di jakarta di tinggalkan dia tapi kami sering bertemu minimal satu bulan sekali. Berkat dia aku bisa pindah kesini karena berhasil membujuk mama.

"Kenapa kesini lu Mo...." ujar ku lalu melangkah meninggalkan Monik di depan pintu. Aku sedang kesal dengannya, aku sampai kemarin tapi dia baru datang sekarang. Maklum sih kalau rumahnya jauh, lah ini cuma beda komplek aja.

Ia langsung mengikuti ku dibelakang dengan kedua tangannya masih memegang erat plastik belanjaan. "El ishhhh, nyebelin deh bantuin ni bawa satu. Berat tahu...ini gua bawa berbagai sembako buat lu."

Aku tak menghiraukannya, kaki ku terus melangkah menuju dapur. Perut ku harus di selamatkan, sebelum cacing cacing di perut ku demonstrasi menggigiti perut ku. Aku kembali ke meja makan dan menikmati roti selai nanas ku.

"El malah diem aja sih lu, gak asik deh. Say thanks kek karena gua bawain sembako. Gua tahu pasti lu gak ada duit buat beli makan. Secara lo kan buang-buang uang untuk beli rumah ini, ck memang sih bagus tapi gak worth it." cerocos monik sembari meletakan plastik besar itu di atas meja makan.

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang