"Kenapa kamu dek? Dari sampai tadi kok diem muluk.." Tanya mbak Tiara pada ku. Ia ikut duduk di sofa bersama ku.
Aku menggeleng, "Tidak ada mbak..., aku hanya lelah."
"Apa ada masalah? Cerita saja."
Aku menggeleng lagi, rasanya aku tidak perlu bicara dengan mbak Tiara. "Gak papa mbak, sepertinya aku perlu istirahat"
"Kau sakit?"
"Hanya pusing sedikit, kurang tidur mungkin. Aku ke kamar ya mbak.." mbak Tiara mengangguk, aku langsung berdiri menuju kamar ku.
Jujur aku masih berfikir tentang anak kecil yang memanggil Eriol ayah, apa Shifa dan Eriol menikah dan punya anak lalu tanpa sepengetahuan Eriol istrinya berselingkuh?. Ada apa dengan ku? Aku lebih bingung dengan diri ku yang terganggu karena kehidupan ErioL.
Sudahlah aku kesini mau berlibur bukan menambah pusing ku. Lebih baik aku mencari hiburan. Mungkin berkeliling mall sebentar bisa mendinginkan otak ku.
Setelah bersiap-siap, aku kembali menemui mbak Tiara untuk izin. Mama sedang pergi arisan sedangkan mas Dhani masih saja belum pulang kerja.
Mbak Tiara sedang menonton tv di sofa, ternyata saat ku dekati mbak Tiara tertidur. Pasti dia capek sekali mengurus babynya, harusnya mas Dhani membantu. Sudahlah, tidak usah berpamitan kasihan, biar mbak Tiara istirahat.
Akhirnya aku pergi ke mall menggunakan taxi, ada beberapa barang yang ingin ku beli. Sudah lama sekali aku tidak menghabiskan uang ku. Sekali kali aku ingin shoping menikmati jerih payah ku.
Pukul 4 sore aku sampai di mall, segera aku memilih apa yang ingin ku beli. Aku membeli beberapa dress, sepatu, make up dan beberapa cemilan untuk orang rumah. Lumayan dengan belanja begini bisa merefresh otak ku. Andai saja ada Monik, maka acara shoping ku bisa seru abis.
Sekarang sudah hampir pukul 6, lama juga aku belanja. Aku sedang di kafe dekat restoran, disini terkenal dengan kuenya yang enak-enak. Aku memesan secangkir kopi dan kue brownis kesukaan ku, aku berada di lantai dua, karena ini tempat kesukaan ku dan Monik dulu. Aku duduk di samping jendela kaca hinga aku bisa menikmati pemandangan kota jakarta yang hampir gelap. Lampu di gedung-gedung tinggi itu mulai berkelap-kelip, entah kenapa itu sangat indah.
Kafe malam ini tidak terlalu ramai, suasananya sungguh tenang. Aku sangat suka suasana ini, aku benar-benar menyukai tempat ini. Tempat ini memancarkan suasana masa lalu ku yang indah bersama Monik.
"Arielin...."
Reflek aku menoleh ke sumber suara, siapa yang memanggil ku?
"Kamu El kan?"
Mata ku kini membulat sempurna, aku sangat terkejut, sungguh. Aku masih tidak percaya bisa bertemu dia disini. Ada apa sebenarnya dengan takdir Tuhan?.
Aku mengalihkan pandangan ku dan berusaha menormalkan keterkejutan ku. Aku sebaiknya berpura-pura tidak mengenalnya.
Tiba-tiba dia mengambil duduk di depan ku dan menatap ku dalam. Oh ada apa dengan pria ini, padahal aku tidak mempersilahkan dia duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
RomancePerjodohan yang membuat ku terjebak dalam pernikahan ini. Pernikahan yang seharusnya di isi oleh komitmen bukan penghianatan. Diisi denga kasih sayang bukan hanya sekedar abaian. Diisi dengan kebahagiaan bukan rasa sesak di dada yang begitu menyakit...