Arielin on
"Bunda, ayo.. " ajak Meisha pada ku. Kami sedang membagi-bagikan masakan mama, dan ini rumah terakhir.
Langkah ku mematung karena sekarang aku berada di depan rumah tetangga ku yang paling dekat. Tetangga yang membuat ku terbangun di tengah malam gara-gara desahan istrinya. Ah tapi belum tentu juga wanita itu istrinya atau malah sebaliknya.
Aduh kenapa pikiran ku macam-macam. Gila kamu El, mau naena sama siapapun tu tetangga juga bukan urusan ku.
"Bunda kenapa bengong sih?" suara Meisha menyadarkan ku.
"Ah iya, maaf bunda jadi bengong. Yaudah yuk ketuk pintunya dulu."
"Iya bun. "
Tok tok
Tangan kecil Meisha pun mengetuk pintu. Tak lama terdengar suara langkah kaki. Dan..
Ceklek..
Seorang wanita muncul dari balik pintu. Sepertinya dia seorang pembantu, bajunya aja acak-acakan gitu. Cuma pakai daster tipis dan rambutnya berantakan. Super berantakan seperti singa, ya ampun emang gak ada pembantu lain apa, dia terkesan pemalas dengan pakaian seperti itu.
"Huaaah ada apa ya?"
Euuuh lihatlah dia bicara sambil menguap, tidak punya sopan, bahkan dibalik daster tipis itu aku berani jamin dia gak pakai pakaian dalam. Oh tuhan lihatlah sekarang dia menggaruk rambutnya yang seperti singa itu, issshhh banyak kutunya pasti. Ya Tuhan jangan sampai Meisha tertular.
Saat ku lihat Meisha, ternyata wajahnya sebelas dua belas dengan ku, jijik.
Ku tarik pelan bahu Meisha hingga sedikit berjauhan, Meisha menatapku seolah paham maksud ku. Ia pun menyerahkan bungkusan yang ia pegang pada ku.
"Emm maaf mbak, saya tetangga baru di samping mbak. Saya cuma mau nganter ini, makanan masakan mama saya. Diterima ya mbak.. " ujar ku sesopan mungkin.
"Oh kamu yang menempati rumah itu toh. Wah selamat datang ya, dan terimakasih atas makananya. Semoga betah tinggal di komplek ini." ujarnya ramah pada ku.
Syukur deh, sifatnya tidak seburuk penampilannya. Tapi aku masih penasaran, ini pembantu apa pemilik rumah? Ah pasti pembantu. Mana mungkin orang kaya bentuknya kayak gini.
"Wah ini anak kamu ya..?" tanyanya saat melihat Meisha. Ku lirik Meisha, terlihat ia tersenyum takut-takut. Ya pastinya dia takutlah, melihat orang penampilannya seperti orang gila.
"Ah iya mbak." jawab ku sambil tersenyum, Meisya memang sudah ku anggap sebagai anak ku. Akupun juga tidak harus menjelaskan detailnya.
"Wah cantik sekali, namanya siapa dek?" tanyanya.
Meisha masih terlihat takut-takut, ia bersembunyi di belakang ku.
"Maaf ya mbak, dia pemalu. Oh ya namanya Meisha dan saya El." ujar ku mengulurkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
RomancePerjodohan yang membuat ku terjebak dalam pernikahan ini. Pernikahan yang seharusnya di isi oleh komitmen bukan penghianatan. Diisi denga kasih sayang bukan hanya sekedar abaian. Diisi dengan kebahagiaan bukan rasa sesak di dada yang begitu menyakit...