Secara rutin, usai pulang kerja, Galih menyempatkan waktu datang ke workshop dan mengerjakan proyek kapal. Malam ini, dia menghabiskan malamnya untuk memperbaiki kapal bersama Slamet.
"Udah datang dari tadi, Met?" tanya Galih kepada Slamet.
"Aku belum pulang bahkan," jawab Slamet.
"Ini aku bawakan nasi bungkus buat kalian," kata Bekti sembari menyodorkan plastik hitam kepada Slamet.
"Okeee.. Ayo, Bro, makan dulu," ajak Slamet pada Galih.
Galih hanya terdiam dan kaget dengan kedatangan ketiga temannya tersebut.
"Tenang, Lih. Kita semua sudah tahu kalau ternyata selama ini kamu yang menyempurnakan proyek kapal," kata Bekti seolah tahu pertanyaan di benak Galih.
"Maaf kalau selama ini kami berburuk sangka padamu, Lih. Ternyata yang menyelesaikan mesin, body hingga propeller itu kamu, dibantu Slamet," kata Rizal.
"Setelah Slamet menceritakan semua, kami sepakat untuk mengubah jadwal workshop. Kita semua akan memperbaiki dan menyempurnakan proyek waktu malam," kata Rahardi menambahkan.
Melihat kekompakan teman-temannya, Galih semakin bersemangat. Ia terkesan pada timnya yang benar-benar solid.
"Oke, waktunya memang singkat, tapi aku tetap optimis dan yakin, kita pasti bisa menyelesaikan proyek kapal ini. Dua minggu lagi pasti kita siap berlomba dan bersaing dengan kapal-kapal lainnya. Kalau selama ini kampus kita cuma jadi finalis, maka tahun ini beda. Kita akan buktikan kalau kita bisa dan mampu membuat kapal yang baik dan tercepat," kata Galih berapi-api.
Teman-teman Galih mengangguk-angguk, sepakat.
Mereka pun mulai memperbaiki kondisi kapal yang sempat gagal dalam uji coba. Kendala-kendala saat kapal mulai terapung di air dievaluasi. Rahardi bertugas membongkar body kapal beserta mesinnya. Slamet mendapat jatah membongkar rangkaian propeller dan pipa porosnya. Bekti memeriksa antena dan remote control. Rizal bertugas sebagai notulen. Sementara itu, Galih yang memimpin workshop malam ini.
"Body kapal dari fiber emang berat. Ditambah lagi, desain interior kapal yang juga berbahan fiber menambah beban body kapal. Itu alasan body kapal sebagian tenggelam, air pun masuk ke bagian mesin kapal dan kapal berhenti," jelas Galih timnya sembari mempraktekkan perjalanan air masuk ke bagian mesin kapal.
"Lalu siasatnya gimana?" tanya Slamet.
"Aku terinspirasi prinsip kerja surfboard. Papan itu terbuat dari poliuretan atau polistiren busa yang ditutupi dengan lapisan fiberglass, kain, dan polyester atau resin epoksi. Itu yang membuat surfboard menjadi ringan dan kuat terapung meskipun diberi beban tubuh sang peselancar. Prinsip itu yang akan aku aplikasikan ke kapal kita."
"Mengaplikasikan prinsip kerja surfboard pada kapal race?" tanya Rahardi sangsi.
"Iya. Jadi begini, dengan kata lain, agar kapal terapung, berarti kita harus pakai bahan yang tidak terlalu berat. Bahan fiber yang kita gunakan sudah benar untuk body kapal. Namun, kita siasati, untuk interior kapal, tidak pakai fiber lagi, tapi styrofoam."
"Kalau pakai styrofoam nanti tidak terlihat bagus dan seperti aslinya, Lih," ungkap Bekti.
"Bisa kok. Meski cuma pakai styrofoam, kita tetap bisa buat kesannya jadi mewah. Caranya, kita bentuk jadi bentukan tiga dimensi yang mirip aslinya terus diwarnai dengan cat khusus styrofoam. Masalah mewah dan elegan itu tergantung kemampuan kita memadu padankan warna," jelas Rizal.
YOU ARE READING
BEE
RomanceGalih berada di titik terendah dalam kehidupannya setelah kepergian Rambi. Dengan kondisi kuliah Galih yang berantakan, teman-teman bandnya bubar, dia semakin menjauh dari teman dan keluarganya, membuat Slamet Bayu, teman Galih, prihatin dengan kond...