Sore itu, Pak Haryo, Jati, dan Panji datang bersamaan ke bengkel kapal. Rahardi, Bekti, Rizal, dan Slamet sudah bersiap dengan kapal hasil rancangan mereka. Hanya satu sosok yang belum datang, Galih.
Slamet telah menghubungi Galih lewat SMS dan telepon, Galih berjanji akan datang sore itu.
"Sudah siap diuji coba?" tanya Pak Haryo membuka obrolan.
"Sudah, Pak. Semua komponen sudah masuk. Tinggal dicoba di air," jawab Rahardi.
"Sudah lengkap semua anggota timnya?" tanya Panji.
"Belum, Bang. Galih belum datang. Sebentar lagi juga datang, tunggu sebentar," kata Slamet.
"Dia masih jarang ikut workshop?" tanya Jati.
Teman satu timnya tidak ada yang menjawab. Mereka hanya saling bertukar.
"Ada apa dengan Galih?" tanya Pak Haryo lagi.
"Gak apa-apa, Pak. Galih memang sering terlambat karena dia kerja," jawab Slamet berusaha menenangkan.
"Telat atau gak pernah datang?" sindir Jati.
"Selamat sore semua," sapa Galih dari pintu belakang bengkel.
Semua mata tertuju pada sosok yang baru datang. Slamet dan teman-temannya merasa lega.
"Maaf, Pak, saya terlambat. Saya baru pulang kerja," kata Galih kepada Pak Haryo.
Pak Haryo tampak senang melihat kedatangan Galih. Dua senior pengawas, Panji dan Jati, melihat kedatangannya dengan tatapan tajam dan awas.
"Oke. Baiklah, kita mulai uji cobanya," kata Pak Haryo sembari mendekati kapal motor hasil pengerjaan Galih dan tim.
Semua perlengkapan telah disiapkan. Remote control dipegang Rahardi sebagai juru kemudi. Rizal menyiapkan kapal yang akan diuji coba. Bekti mengeluarkan beberapa obeng dan peralatan lain untuk memperbaiki kapal sebagai antisipasi apabila ada kesalahan teknis. Galih dan Slamet berdiri dengan tangan terlipat di depan dada dengan berdebar-debar menunggu hasil kapal yang akan diuji coba tersebut.
Sore itu, bendungan buatan di belakang bengkel tampak tenang. Angin yang bertiup pelan membuat permukaan air tidak bergelombang. Kapal mulai diapungkan di atas air. Hampir sepertiga body-nya tenggelam. Galih semakin cemas. Kondisi seperti itu pasti akan mempengaruhi kecepatan kapal melaju di atas air.
Antena ditarik ke atas. Mesin dinyalakan. Rahardi mulai mengemudikan kapal melalui remote control. Mesin motor masih terdengar halus. Dari deru suara mesinnya, kapal ini cukup meyakinkan melaju dengan pesat.
Namun, ternyata kapal itu tidak melaju dengan kecepatan tinggi. Sesekali kapal hampir oleng karena sebagian body-nya tenggelam di air. Dalam radius beberapa meter, mesin kapal mendadak mati. Kapal tidak lagi melaju.
Dengan sigap, Slamet langsung terjun ke bendungan mini yang tinggi airnya mencapai pinggang orang dewasa. Dia masuk air dan bergerak ke tengah bendungan untuk mengambil kapal yang terhenti di sana, kemudian membawanya ke tepian.
Galih meraih kapal yang dibawa Slamet dan membantunya keluar dari bendungan tersebut. Segera Galih dan tim melihat kondisi kapal tersebut. Ternyata banyak air masuk ke dalam mesin. Itu yang menyebabkan mesin mati dan kapal berhenti melaju.
"Ini karena body-nya terlalu berat. Belum melaju saja, sepertiga body sudah kelihatan tenggelam. Memang bahan fiber ini cukup berat. Kita harus cari alternatif lain," kata Rahardi sembari membongkar kapal tersebut.
"Uji coba hari ini gagal total," cibir Panji.
"Makanya, kalau workshop itu anggotanya harus lengkap. Kerja satu, kerja semua, jangan cuma anak buah aja yang dikerahkan, ketuanya enak-enakan," sindir Jati menambahkan dengan nada meninggi.
YOU ARE READING
BEE
RomanceGalih berada di titik terendah dalam kehidupannya setelah kepergian Rambi. Dengan kondisi kuliah Galih yang berantakan, teman-teman bandnya bubar, dia semakin menjauh dari teman dan keluarganya, membuat Slamet Bayu, teman Galih, prihatin dengan kond...