Memasuki minggu kedua pengerjaan proyek kapal, anggota tim bekerja lebih keras. Usai perancangan, mereka akan mengerjakan mesin dan body kapal. Slamet, Rahardi, Bekti, dan Rizal selalu datang tepat waktu untuk mengerjakan proyek. Mereka mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Galih.
Sesuai kesepakatan, perancangan desain kapal akan dikerjakan Rizal dan Bekti karena berasal dari Jurusan Teknik Perkapalan. Perakitan electrical component dipegang Rahardi, mahasiswa Teknik Elektro, sedangkan Slamet dan Galih bertugas mengerjakan body dan mesin kapal.
Siang itu, Slamet mengendarai motornya dari parkiran fakultas menuju bengkel kapal. Dia yang membawa kunci ruang workshop. Sesampainya di sana, suasana masih sepi.
Slamet mengambil kunci dari bawah karpet pembersih lantai, kemudian dia memasuki ruangan workshop. Tidak ada yang aneh dengan ruangan itu. Tetap bersih, rapi, dan kertas desain juga masih terpampang di atas meja gambar. Slamet menyiapkan beberapa electrical component dan bahan fiber untuk merakit kapal.
Saat melintas di depan meja gambar, Slamet berhenti sambil mengerutkan dahi.
"Perasaan kemarin gambarnya gak kayak gini," Slamet bergumam sambil melihat gambar itu lekat-lekat.
Rahardi datang sambil membawa sekotak perlengkapan untuk merakit kapal. Dengan terhuyung-huyung, dia meletakkan kotak itu di tengah ruangan workshop.
"Hufft, berat. Ngapain kamu, Met?" tanyanya sambil menghampiri Slamet.
"Ini, kemarin desain kita gak kayak gini kan?" tanya Slamet.
"Yang mana?" tanya Rahardi sembari memperhatikan gambar itu dengan seksama. " Gak juga, sama aja kok."
"Lihat perhitungan garis ini! Kemarin kita menggambar sumbu A bertemu sumbu B dengan hasil perbandingan yang beda sesuai teori yang kita pakai. Tapi kenapa ini tidak sesuai?" kata Slamet sambil menyentuh ujung dagunya.
"Mungkin kemarin Rizal dan Bekti menemukan hasil penghitungan lain yang lebih akurat. Makanya setelah kita pulang, mereka ubah desain ini," kata Rahardi.
"Semalam kita pulang bareng-bareng, Di. Gak ada yang di ruang workshop sampai malam," bantah Slamet.
"Sudah, jangan dipikirin! Nanti tanya Rizal dan Bekti kalau mereka sudah datang," ujar Rahardi.
Rizal dan Bekti datang bersamaan sambil membawa setumpuk buku teori perakitan kapal yang dipinjam dari perpustakaan.
"Hai!" seru Bekti bersemangat. "Ayo kita mulai!"
"Eh, semalam ada yang balik ke workshop?" tanya Slamet kepada mereka berdua.
Rizal dan Bekti saling tatap dengan ekspresi kebingungan. Mereka menatap Slamet sambil menggelengkan kepala.
"Lha kan kita semua pulang bareng. Kenapa, Met?" tanya Rizal.
"Lihat," kata Slamet sambil menunjuk ke arah kertas gambar.
Rizal dan Bekti mendekati kertas gambar itu dan memeriksanya.
"Ada yang berubah dari rancangan kita kemarin?" tanya Rizal, menyadari ada sesuatu yang berbeda dari gambar tersebut.
"Iya. Kupikir kalian berdua yang ubah. Aku sendiri kaget dengan rancangan ini. Rahardi juga gak tahu," kata Slamet.
"Tapi kalau aku lihat, penghitungan gambar ini lebih sempurna daripada penghitungan kita kemarin," komentar Bekti.
"Ah, yang bener?" tanya Rahardi penasaran dan melihat hasil gambar tersebut.
"Iya, liat bagian sisi ini," katanya sembari menunjuk beberapa garis yang terlihat berbeda, "Kalau saja pakai penghitungan kita sebelumnya, pasti ada bagian kapal yang gak sempurna. Ada yang miring."

YOU ARE READING
BEE
RomanceGalih berada di titik terendah dalam kehidupannya setelah kepergian Rambi. Dengan kondisi kuliah Galih yang berantakan, teman-teman bandnya bubar, dia semakin menjauh dari teman dan keluarganya, membuat Slamet Bayu, teman Galih, prihatin dengan kond...