チャプターIII

207 44 1
                                    

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.20 pagi waktu setempat.

Minho baru saja bangun dari tidurnya. Ia melirik ke arah jam dan langsung melompat dari ranjang.

Ia terlambat!

Kelas akan dimulai pukul 07.30 pagi, itu artinya ia hanya memiliki waktu sepuluh menit untuk bersiap.

Semalam, pekerjaannya baru selesai sedikit larut. Bahkan ia belum sempat membersihkan tubuh karena begitu sampai di apartemennya, ia langsung mengistirahatkan tubuhnya di atas ranjang miliknya yang nyaman.

Sekitar lima menit, ia telah selesai bersiap. Kemudian berangkat ke sekolah dengan segera.

Ia berlari menuju halte bus yang berada tak jauh dari gedung apartemennya. Namun sangat disayangkan, bus baru berangkat saat ia tiba.

Tidak mungkin ia berlari mengejar bus itu.

Dan juga, lebih tidak mungkin lagi jika ia berlari ke sekolahnya. Sekolahnya cukup jauh jika ditempuh dengan berlari.

Yang ada, hal tersebut hanya akan membuatnya lelah.

Minho melirik jam tangannya. Sudah tidak ada waktu yang tersisa. Jam pelajaran mungkin sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah.

Jadi, hal yang ia lakukan adalah pergi menuju cafe. Lebih baik ia membantu kerja para rekannya daripada hanya diam mematung di halte seperti orang bodoh.

Baru saja ia ingin melangkahkan kaki, tangan kirinya ditahan dari belakang oleh seseorang.

Membuatnya harus menoleh.

Oh, anak laki-laki itu lagi.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Minho diam. Enggan menjawab pertanyaan seorang Han Jisung.

"Hey, jawab."

Sepertinya Pemuda Han itu tidak akan menyerah begitu saja. Ia terus melayangkan pertanyaan kepada Minho.

"Kau tidak sekolah?"

Jujur saja, Minho merasa risih karena selalu bertemu dengan anak laki-laki itu di mana saja. Anak itu seperti mengikutinya ke mana pun ia pergi, seperti tidak ada pekerjaan yang lebih penting lainnya.

Atau mungkin ia adalah hantu?

Dengan cepat Minho menggelengkan kepalanya. Mengusir pikiran bodohnya.

"Kenapa?"

"Kau selalu ada di mana saja. Kau mengikutiku?"

Han Jisung tersentak.

"Jangan asal menuduh!"

Lelaki bermarga Lee itu tertegun ketika menatap wajah Han Jisung. Ia baru menyadari bahwa raut wajah sang lawan bicaranya itu terlihat sangat pucat.

寂しい (Lonely) • Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang