チャプターIX

146 32 2
                                    

Sekolah diliburkan. Bukan tanpa alasan, melainkan karena salju mulai turun.

Salju pertama di tahun 2015 ini.

Minho memilih untuk pergi ke cafe tempat ia bekerja. Mungkin akan banyak pengunjung yang datang.

Ia beranjak dari ranjangnya lalu mencari pakaian hangat yang akan dipakainya hari ini. Setelah itu, ia menuju kamar mandi.

Sekitar lima belas menit, Minho sudah rapih.

Ia berjalan ke dapur. Hendak membuat sarapan.

Hanya dua lembar roti yang diberi selai cokelat dan segelas susu hangat untuk mengawali harinya ini.

Minho duduk sambil menikmati sarapannya.

Sudah hampir lima tahun Minho hidup seperti ini.

Sebenarnya ia kesepian.

Tiba-tiba, ucapan Juyeon kemarin di sekolah terlintas di pikiran Minho.

"Kau tadi berbicara dengan siapa?"

"Aku tadi mengejar saat kau pergi keluar kelas dan mendapati kau berbicara sendiri di koridor."

Ia belum sempat bertanya maksud dari teman sebangkunya itu.

Minho melirik ke arah jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

Dengan cepat, ia menghabiskan sarapannya itu.

Kemudian ia memakai sepatunya.

Setelah benar-benar siap, ia berangkat.

Ketika sampai di halte, ingatannya tentang Han Jisung yang memanggilnya di tempat itu terlintas.

Tanpa disadari, ia tersenyum sendiri.

Minho merasa bahagia di dekat Han Jisung.

Pertama kalinya ia bertemu anak laki-laki itu di perpustakaan beberapa minggu yang lalu.

Han Jisung yang sedang berpatroli, tidak jadi menuliskan nama Minho di buku pelanggaran.

Ia sudah menganggap Han Jisung seperti adiknya sendiri.

Teringat saat mereka berangkat bersama ke sekolah.

Dan juga kejadian kemarin saat ia ingin tidur, malah mendapati Han Jisung sedang tiduran di lapangan tanpa memakai pakaian hangat.

Minho sangat khawatir saat tidak menemukan Han Jisung di manapun.

Dan secara tiba-tiba, Han Jisung muncul di hadapannya saat ia akan kembali ke kelas.

Ucapan Juyeon kembali terlintas.

Ingin sekali ia bertanya.

Akhirnya, ia duduk di halte. Ia merogoh saku celana untuk mengambil handphonenya dan mencari kontak Juyeon di grup kelas kemudian langsung menghubunginya.

Tak lama, panggilan tersambung.

'Ada apa?'

"Perihal ucapanmu kemarin,"

Minho mengulum bibirnya sebelum melanjutkan kalimatnya.

'Ucapan yang mana?'

"Kau bilang, aku berbicara sendiri di koridor?"

Hening, tidak ada jawaban dari Juyeon.

"Juyeon?"

'Ah, iya. Ku lihat kau berbicara sendiri,'

Minho menunggu jawaban Juyeon.

'Kau menyebut nama seseorang. Aku tidak tahu itu siapa, tetapi nama itu sepertinya tidak ada di sekolah kita.'

Ia terdiam. Berusaha memahami apa yang dijelaskan temannya itu.

'Aku bahkan bertanya pada beberapa teman. Tidak ada yang mengenalnya.'

Minho benar-benar diam. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Tetapi setelah melirik jam tangannya, ia tersadar kembali.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, Juyeon."

Ia memutus sambungan.

Dan segera pergi dari halte menuju cafe.

Saat akan menyeberangi jalan, Minho mendapati seseorang seperti Han Jisung sedang melambaikan tangan kepadanya.

Begitu lampu merah menyala, ia segera melangkahkan kakinya menuju seberang jalan.

Namun, secara tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah mobil yang sedang menuju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

Han Jisung terkejut ketika melihat Minho terpental beberapa meter dengan darah yang menggenang.

Sebelum kesadaran Minho menghilang, ia melihat Han Jisung yang berlari ke arahnya dengan ekspresi wajah yang menyiratkan kekhawatiran dan kesedihan.

Minho sempat tersenyum kecil dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dengan mata yang tertutup secara perlahan.

寂しい (Lonely) • Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang