1

191 9 9
                                    

"Dik, lu udah liat grup kemah buat Sabtu besok?" Tanya Cecil seraya menggebrak meja Dika.

Dika yang saat itu tengah asik bermain game lantas menatap Cecil dengan tatapan horor.

"Gara gara lu gue gagal savage! Sana ah, ganggu banget." Ujar Dika kesal.

Azka hanya melirik pertengkaran kedua sahabatnya dan ia memilih untuk tetap berkutat pada novel fantasinya.

"Ah, gaasik banget sih. Ayo, temenin gue liat." Ujar Cecil seraya menarik-narik lengan Dika.

Dika menghela napas panjang. Ia sudah terbiasa dengan sifat pemaksa pacarnya ini.

"Rev, cover gue dulu ya. Gue afk bentar." Ujar Dika.

"Santai." Ujar Reva, tanpa melihat ke arah Dika.

Dika memasukkan hp ke sakunya dan berdiri dari duduknya.

"Ayo, tuan putri." Ujar Dika penuh penekanan. Cecil tersenyum cerah.

Mereka berdua berjalan ke arah mading sekolah. Lumayan ramai, di sana juga terlihat beberapa siswa yang sedang asik melihat daftar nama kelompok untuk kemah Sabtu nanti.

"ASTAGAA! Gue sekelompok sama Anaisha. Sama Okta juga lagi. Ah gila gue seneng banget!" Ujar Cecil. Gadis itu melompat lompat karena rasa senangnya.

"Hmm.. iya iya." Ujar Dika. Ia sedang berusaha mencari namanya.

"Eh? Lu sekelompok sama Azka nih. Kita satu bis lagi. Asik banget dah!" Ujar Cecil seraya menunjuk salah satu nama.

"Hmm, udah ah yuk. Gue gak enak afk lama lama. Ntar kena omel lagi." Ujar Dika seraya mengajak Cecil untuk kembali ke kelas. Cecil menggerutu namun ia tetap menuruti Dika.

Sesampainya di kelas, Dika kembali asik dengan game bersama Reva dan teman-temannya. Sedangkan Cecil, gadis itu segera menghampiri Okta dan Anaisha.

"Guys, kita sekelompok loh!" Ujar Cecil senang.

"Sekelompok? Kemah?" Tanya Anaisha seraya melempar tatapan bingung. Cecil mengangguk.

"Ada di mading. Tadi lumayan ramai yang liat. Untung gue berhasil nemu nama gue sama kalian." Ujar Cecil bangga.

"Ngapain capek-capek ke mading? Di grup angkatan ada kok." Ujar Okta santai. Cecil menatap Okta kaget. Sejurus kemudian ia terduduk lemas--merasa usahanya tadi telah sia-sia.

Anaisha dan Okta yang melihat aksi sahabatnya hanya tertawa kecil.

°°°
Kelas sudah sepi, bel pulang telah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Namun, Okta, Anaisha, dan Azka masih setia duduk di kelas untuk merencanakan hal apa saja yang akan mereka persiapkan untuk kemah nanti. Lebih tepatnya, hanya Okta dan Anaisha. Sedangkan Azka, laki-laki itu masih asik dengan novelnya di pojok kelas.

"Kayaknya gaperlu bawa sunblock deh, di hutan kan mataharinya ketutup pohon." Ujar Okta.

"Perlu, pohon gak akan nutupin semua sinar matahari." Ujar Anaisha.

"Oh iya ya." Ucap Okta kemudian tertawa.

"Ngomong ngomong, di bis nanti si Cecil duduk sama Dika atau mau sama kita?" Tanya Okta.

Anaisha mengangkat bahunya.

"Tanya Azka aja. Kalo dia duduk sama Dika, berarti Cecil sama kita." Ujar Anaisha. Okta mengangguk. Ia segera menghampiri Azka dengan semangat.

"Azka!" Ujar Okta ketika ia telah berada tepat di hadapan Azka.

Azka hanya bergumam menanggapi.

Walzin WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang