4

46 6 3
                                    

"Hey, kau mau membawa kami ke mana?" Tanya Dika. Ini sudah terhitung lima belas menit sejak Arthur meminta mereka berlima mengikutinya.

"Sudah kubilang, kita akan pergi ke rumahku. Kalaupun aku tidak mengajak kalian, kurasa sekarang kalian sudah basah kuyup akibat hujan." Ujar Arthur.

Dika terdiam mendengar ucapan Arthur.

"Terima kasih, Arthur." Ujar Okta lemah.

Laki-laki bermata biru itu tersenyum pada Okta.

"Sama-sama" Ujar Arthur.

"Kenapa di sekitar sini sepi? Apa yang tinggal di sini hanya sedikit?" Tanya Cecil.

"Ini sudah malam, nona berambut pendek. Tentu saja semuanya sudah tidur. Beberapa mahluk di malam hari juga tidak terlihat." Ujar Arthur. Cecil hanya ber-oh ria.

"Kenapa pula di sini sangat gelap? Apa kau bisa melihat jalan di depan dengan jelas?" Tanya Dika.

"Aku sudah terbiasa. Kalau kalian tidak keberatan, maukah kalian memperkenalkan nama kalian satu persatu? Aku agak sulit bicara kalau tidak tau nama." Ujar Arthur.

"Nama gue Dika, ini Cecil. Yang itu namanya Azka." Ujar Dika.

"Yap, kalau dia Anaisha. Dan yang sedang sakit, namanya Okta." Ujar Cecil.

Arthur mengangguk mengerti.

"Baiklah, sebentar lagi kita sampai di istana. Kuharap kalian bisa menjaga sopan santun di wilayah ini. Orang orang sini agak sensitif." Ujar Arthur.

"Apa kau juga begitu?" Tanya Dika. Arthur terkekeh seraya menggeleng.

"Tidak, aku selalu santai menghadapi semua orang." Ujar Arthur.

°°°
"Astaga, Arthur, kenapa kau membawa mereka ke sini? Kau kan tau di sini--"

"Ayolah, bibi. Gadis yang satu itu butuh pertolongan, ia sedang sakit. Yang lainnya kehujanan, mereka juga butuh baju dan teh hangat. Aku tidak tega melihat mereka diam di hutan saat hujan lebat." Ujar Arthur. Perempuan pendek dan gemuk itu menghela napas.

"Baiklah, biar bibi bantu. Tapi setelah itu, kau harus segera membantu mereka kembali ke tempat asalnya." Ujar perempuan itu.

Arthur mengangguk.

"Halo, namaku Mizzy. Boleh aku tau siapa nama teman kalian yang sedang sakit?" Tanya Mizzy.

"Namanya Okta." Ujar Cecil.

"Boleh aku memeriksanya? Kalian tenang saja, aku tidak akan menyakiti Okta. Aku hanya akan membantu, seperti kata Arthur." Ujar Mizzy.

Azka menatap Mizzy waspada. Ia siap untuk melempar benda keras apapun bila Mizzy berani menyakiti temannya.

Seakan tau pikiran Azka, Anaisha menggenggam tangan Azka.

"Dia baik, aku bisa melihat dari aura tubuhnya." Bisik Anaisha.

Azka menatap Anaisha bingung.

"Sejak kapan lu bisa membaca aura?" Tanya Azka. Anaisha mengangkat bahunya.

"Terlihat begitu saja dengan jelas." Ujar Anaisha.

Mizzy tersenyum setelah memeriksa Okta.

"Aku akan memberinya ramuan, kalian semua ikuti Arthur. Dia akan memberi kalian baju hangat dan secangkir teh." Ujar Mizzy.

"Ayo, ikuti aku. Tenang saja, Okta aman di sini bersama bibi. Kalian bisa percaya padaku." Ujar Arthur meyakinkan.

Keempat orang itu mengangguk dan mulai mengikuti Arthur.

Walzin WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang