5

31 6 0
                                    

Anaisha, Dika, Cecil, Okta, dan Azka sedang bersiap-siap menuju istana. Mereka memutuskan untuk melepas jaket karena mereka rasa tidak akan sedingin itu karena diluar matahari sudah merekah.

"Apakah kalian sudah siap?" Tanya Arthur.

"Iya, sudah." Jawab mereka.

Sebelum berangkat, mereka izin pamit kepada Mizzy terlebih dahulu.

"Bi, terimakasih sudah menerima kami." Ucap Okta seraya memeluk Mizzy."

"Iya sama-sama, nak." Ucap Mizzy, lalu ia berbisik kepada Okta, "kuatlah, aku tahu itu tidak mudah, tapi kau akan mendapatkan yang terbaik untukmu."

"Terimakasih bi, maaf merepotkan, kami pamit dulu." Ucap Anaisha. Lalu mereka memeluk Mizzy satu per satu.

"Bibi, aku izin pamit mengantarkan mereka ke istana." Ucap Arthur.

"Iya, antarkan mereka dengan hati-hati." Ucap Mizzy.

Mereka pun berangkat menuju istana. Selama di perjalanan Arthur memimpin diikuti Okta, Cecil, Anaisha, Dika, lalu Azka. Mereka berjalan menyusuri hutan.

"Kalian tahu? Di malam hari hutan ini sangat indah." Ucap Arthur.

"Sebagian besar makhluk di hutan ini tidur saat siang dan beraktivitas saat malam hari, mereka mengeluarkan cahaya indah bila udara malam terasa lembab." Lanjutnya.

"Benarkah? Lain kali aku ingin melihatnya." Ucap Okta.

"Tentu, kau harus melihatnya." Ucap Arthur sambil tersenyum.

"Tunggu, gue mau ikat tali sepatu." Ucap Cecil. Ia duduk di atas batu.

Arthur melihat sekitarnya, di sekitarnya terdapat banyak batu. Ia tersadar dan memperingatkan Cecil.

"Cecil, jangan duduk disitu." Seru Arthur. Tetapi, terlambat. Cecil sudah duduk di atas batu itu. Anaisha segera menarik Cecil bangkit. Okta, Dika, Cecil, dan Azka bingung.

"Batu itu hidup..." Ucap Anaisha pelan.

"Apa??" Ucap teman-temannya terkejut.

Benar saja, batu itu mulai bergetar dan bangkit.

Okta, Dika, Cecil dan Azka sangat terkejut. Sedangkan Anaisha, entah kenapa ia merasa ia sudah tau bahwa batu itu hidup, sehingga ia tidak terkejut.

"Itu.... troll?" Tanya Okta.

"Siapa yang mendudukiku?!" Troll itu terlihat marah.

Mereka terdiam.

"Hei! Jawab aku!" Troll itu semakin marah.

"Maaf, Tuan Uta, teman-temanku bukan berasal dari sini, mereka tidak tahu engkau sedang tidur." Ucap Arthur menenangkan troll yang dipanggil Tuan Uta.

"Arthur?" Tuan Uta menenang setelah melihat Arthur.

"Heii Arthur, sudah lama tidak bertemu." Nada Tuan Uta berubah 180°.

Tuan Uta segera mendekati Arthur dan memeluknya. Arthur harus berjongkok karena perbedaan tinggi mereka yang sangat jauh.

"Ada perlu apa engkau disini Arthur?" Tanya Tuan Uta ramah.

"Teman-temanku tersesat dan tak tahu jalan pulang, aku ingin mengantarkan mereka ke istana untuk meminta bantuan." Arthur menjelaskan.

Tuan Uta memperhatikan Okta, Anaisha, Cecil, Dika, dan Azka satu per satu.

"Mereka temanmu yang sudah mengganggu tidurku?" Sindir Tuan Uta.

Anaisha yang menyadarinya langsung berkata, "maaf Tuan Uta, kami tidak tahu engkau sedang tidur."

"Benarkah? Sepertinya lebih tepatnya teman-temanmu tidak tahu aku sedang tidur." Ucap Tuan Uta.

Walzin WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang