"Sudah selesai makannya?" Tanya Nino seraya merapikan bajunya.
"Sudah." Ujar mereka semua.
"Baju kakek rapi sekali, seperti ingin kencan." Canda Cecil. Nino tertawa.
"Kita akan bertemu dengan orang penting. Bagaimana mungkin aku berpenampilan kusam di depan mereka?" Ujar Nino.
"Orang penting?" Tanya Anaisha. Nino mengangguk.
"Mereka mungkin bisa membantu kalian dalam perjalanan selanjutnya." Ujar Nino.
"Atau mungkin sebaliknya. Kurasa Dion tidak akan membiarkan gadis bertalenta itu untuk pergi." Lanjut Nino dalam hati.
"Aku sedikit lega mendengarnya." Ujar Dika.
"Baiklah, kalau kalian semua sudah selesai kita bisa berangkat sekarang." Ujar Nino. Mereka semua mengangguk setuju.
Mereka berjalan di tengah hutan. Nino memimpin perjalanan bersama Dika di sampingnya yang terus bertanya tentang kehidupan Nino di hutan. Tampaknya, Dika sudah mulai akrab dengan kakek tua itu.
Anaisha menyejajarkan dirinya dengan Okta. Ia menahan Okta agar mereka dapat berjalan di barisan paling belakang.
"Ta, gue mau ngomong sama lu." Ujar Anaisha. Ia memelankan suaranya.
"Tunggu, sebelum itu gue mau tanya. Bukannya karpet di rumah lu beludru semua? Terus kemarin--"
"Hah..gue pikir lu ga sadar. Iya, karpet di rumah gue beludru semua." Ujar Anaisha memotong ucapan Okta hingga membuat Okta bingung.
"Terserah lu mau percaya atau enggak, tapi semua yang ada di rumah tua itu palsu." Ujar Anaisha.
"Maksudnya?" Tanya Okta.
"Nah, anak-anak. Perhatikan langkah kalian baik-baik. Di depan banyak terdapat lubang kecil yang kalau kalian injak, maka kalian akan tersedot ke dalam tanah." Ujar Nino menjelaskan.
Anaisha dan Okta saling bertatapan. Mereka sama-sama berpikir bahwa Nino seakan-akan tau bahwa mereka berdua sedang bicara serius.
"Maksudnya--"
"Okta, Anaisha, kalian tidak mau masuk ke dalam tanah, bukan? Perhatikan langkah dan jangan dulu mengobrol." Ujar Nino memotong ucapan Anaisha. Anaisha tercekat.
"Pria itu memiliki kemampuan mendengar yang sangat tinggi. Astaga, kuharap ia tidak mendengar percakapanku dengan Azka tadi malam." Batin Anaisha.
Azka, Dika, Cecil, dan Arthur menatap ke arah Anaisha dan Okta yang berada di paling belakang. Mereka semua seakan berkata, 'Ada apa?'.
Anaisha hanya bisa menggeleng dan tersenyum.
°°°
"Nah, kita sudah sampai." Ujar Nino.Mereka semua menatap sekitar.
"Sampai? Tempat ini tidak ada bedanya seperti hutan lebat yang sejak tadi kita lewati." Tanya Azka.
"Iya, memang tidak ada bedanya. Tapi, kita tidak boleh masuk begitu saja tanpa izin lebih dulu. Jadi, lebih baik biar aku saja yang masuk. Kalian tunggu di sini." Ujar Nino.
"Baiklah." Ujar Okta. Nino berjalan meninggalkan mereka.
"Guys, gue punya firasat gak bagus." Ujar Anaisha.
"Apa?" Tanya Cecil.
"Kalian harus percaya sama gue, kali ini kita gak boleh terpisah. Kita harus bisa saling jaga satu sama lain, kalian bisa kan?" Tanya Anaisha, raut wajahnya terlihat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walzin World
AdventurePerjalanan mereka dimulai ketika matahari terbenam. Saat semua orang memilih untuk lelap dalam mimpi, mereka harus berjuang untuk bisa keluar dan tetap hidup dari dunia yang asing bagi mereka, Walzin World. Akankah mereka berhasil? Adventure × roman...