8

31 5 0
                                    

Anaisha, Okta, Cecil, Dika, Arthur, dan Azka keluar dari tempat yang tersembunyi itu dan memutuskan untuk beristirahat sebentar di bawah pohon.

"Sekarang kita harus bagaimana?" Tanya Cecil.

"Kita tetap harus mencari tumbuhan itu." Ucap Anaisha.

"Lu serius? Kita bahkan gatau dimana tumbuhan itu." Ucap Dika.

"Ya mau gimana lagi? Kita harus kembali ke dunia manusia, bukan?" Ucap Anaisha.

"Lu pikir aja, kita gak tahu apa-apa tentang dunia ini. Dan sekarang kita disuruh cari bunga yang bahkan gaada satupun warga disini tahu di mana." Ucap Dika kembali.

"Yaudah, lu tenang dulu." Ucap Anaisha berusaha menenangkan Dika.

"Tenang?! Gimana bisa tenang kalau tau kita gak akan kembali ke dunia manusia. Lu itu terlalu positif tau gak!" Ucap Dika mulai kesal.

"Kita bakal pulang, gue yakin. Kita harus kerja sama seperti yang Tuan Groof bilang tadi." Ucap Anaisha dengan tenang.

"Cih, lu percaya sama tuan itu? Gimana lu bisa yakin kita bakal pulang? Jangan-jangan lu nyembunyiin sesuatu ya? Dari kemarin tingkah lu aneh, tahu gak? Gimana lu bisa tahu yang diduduki Cecil waktu itu adalah troll? Gimana lu bisa tahu kalau Tuan Avon bakal keluar dari lubang? Lu bisa jelasin itu semua gak?!" Dika sudah berada di puncak emosinya.

Anaisha yang mendengarnya terkejut. Dia bahkan tidak tahu mengapa dia seperti itu. Anaisha pun terdiam.

"Dik, kok lu jadi emosi sih?! Apa salahnya sih berusaha!" Okta membela Anaisha.

"Lu juga! Kalau bukan karena lu kita gak akan ada di sini, kalau lu gak egois kita gak akan ada di sini!" Ucap Dika.

Okta sangat terkejut dengan perkataan Dika. Dia seketika terdiam. Anaisha baru ingin membela Okta ketika Azka akhirnya berkata,

"Dik, omongan lu udah keterlaluan, tahu gak?"

Seketika Dika langsung bungkam. Cecil langsung menenangkan Okta dengan menepuk pundak Okta dan berkata,

"Ta, gak usah dipikirin kata-kata Dika, dia emang suka gak mikir kalau lagi emosi."

"Udah, ayo kita lanjut. Matahari hampir tenggelam. Kalau sudah gelap, kita akan sulit mencari bunga itu." Ucap Arthur menengahi.

Akhirnya, mereka berenam kembali berjalan menyusuri hutan dengan kesunyian di antara mereka. Okta terus memikirkan perkataan Dika, begitu pun Anaisha.

"Bener juga sih, kenapa gue bisa tau semuanya ya. Kalo dipikir, gue juga gatau penyebabnya. Semuanya kayak muncul gitu aja di kepala" Pikir Anaisha.

Mereka masuk ke hutan yang lebih dalam. Mereka terus mencari bunga misterius itu. Arthur memimpin perjalanan mereka diikuti Okta, Anaisha, Azka, Cecil dan Dika.

Cecil melambat dan menyetarakan langkahnya dengan Dika, sehingga mereka agak jauh dari barisan depan.

"Lu kenapa ngomong gitu sih tadi?" Ucap Cecil pelan.

Dika diam. Cecil tahu bahwa Dika masih kesal. Kemudian Cecil memegang tangan Dika.

"Gue tahu lu lagi kesal, tapi gara-gara lu Okta dan Anaisha jadi galau tuh." Ucap Cecil.

"Gue juga kelepasan." Dika akhirnya berbicara.

Kemudian Cecil menoleh ke Dika. Dika pun berbalik menoleh. Lalu, Cecil melepaskan tangannya dari tangan Dika dan ia menjitak kepala laki-laki itu.

"Ya salah lu juga sih, pokoknya nanti lu harus minta maaf ke mereka." Ucap Cecil.

Kemudian Cecil kembali berjalan di depan Dika. Dika tersenyum.

Walzin WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang