16

27 4 0
                                    

Okta, Anaisha, Cecil, Dika, Arthur, dan Azka menemukan tanah yang cukup lapang di bawah pohon rindang. Tempat yang cukup bagus untuk menikmati makan siang mereka. Menu makan mereka tentu saja sandwich tapi kali ini dengan isian yang berbeda dari sandwich yang mereka makan tadi pagi.

Mereka duduk melingkar dan mulai menyantap sandwich mereka masing-masing.

Anaisha menggigit sandwich miliknya dengan raut wajah bingung.

"Lu kenapa, Sha?" Tanya Cecil, ia menyadari raut wajah Anaisha yang terlihat sedang berpikir.

"Gue bingung, tadi itu..gue gabisa lihat rupa raksasanya dengan jelas di bayangan. Gak kayak kalajengking kemarin." Ujar Anaisha.

"Memangnya waktu itu kamu bisa melihat kalajengking itu dengan sangat jelas?" Tanya Arthur. Anaisha mengangguk.

"Tapi, tadi gue sama sekali gak bisa melihat rupa mereka. Gue cuma tahu mereka bertubuh besar dan hembusan nafasnya sangat kuat. Jadi, tadi gue sedikit menyimpulkan bahwa itu hewan raksasa." Ujar Anaisha. Semuanya mengangguk paham.

"Mungkin karena kau kelelahan." Ujar Dika.

"Iya, petualangan kali ini memang sangat menguras otak dan tenaga." Ujar Cecil.

Mereka terdiam sejenak.

"Arthur, Kenapa putri yang hilang dibawa lari sejak kecil?" Tanya Azka.

"Setahuku ia dikejar oleh sekumpulan pasukan kerajaan terdahulu yang tentunya jauh dari kata baik daripada kerajaan sekarang." Ucap Arthur

Mereka terkejut.

"Mengapa mereka mengejarnya?" Tanya Azka.

Arthur mengedikkan bahunya. Ia juga tidak tahu alasannya. Kerajaan tidak pernah memberi tahu informasi tentang itu.

"Apa mungkin pasukan yang ada di bayanganku adalah pasukan yang mengejar putri?" Tanya Anaisha.

"Bisa jadi." Ucap Arthur.

Setelah menghabiskan makan siang, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Mereka terus berjalan lurus.

"Bagaimana mungkin ada raksasa di hutan dekat kerajaan?" Tanya Dika.

"Iya, apa raksasa itu tidak pernah keluar dan menyerang kerajaan?" Tanya Cecil.

"Aku tidak tahu, selama ini kerajaan selalu aman terkendali. Aku bahkan tidak pernah berniat untuk mencari tahu tentang hutan ini. Sebab, dari awal bibiku selalu berkata bahwa aku harus menjauhi wilayah ini." Ujar Arthur.

"Kenapa?" Tanya Azka.

"Rumornya hutan ini sangat berbahaya. Dahulu, pasukan kerajaan pernah ada yang berusaha untuk mencari putri. Namun, mereka semua tidak pernah kembali sampai saat ini." Ujar Arthur. Okta bergidik ngeri.

"Kuharap kita tidak bernasib seperti mereka." Ujar Okta.

"Berhenti." Ucap Anaisha. Ia menahan teman-temannya ketika melihat jalan mereka tertutup oleh sulur-sulur tumbuhan.

"Astaga, apa lagi ini." Ujar Dika.

Anaisha mengamati sulur tersebut beberapa saat, begitu juga dengan Arthur. Ia merasa pernah melihat sulur seperti ini sebelumnya.

"Abrus altissima" Ujar Arthur.

"Apa itu?" Tanya Cecil.

"Tumbuhan ini sangat berbahaya. Mereka bisa mematikan manusia hanya karena tersentuh sulurnya." Ujar Anaisha. Arthur mengangguk.

"Satu-satunya jalan teraman, kita tidak melewati tumbuhan ini." Ujar Arthur.

"Tidak bisa, semua jalan tertutupi oleh sulurnya." Ujar Anaisha seraya menunjuk sulur-sulur tumbuhan yang tumbuh dengan liar.

Walzin WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang