" Maafin lio kak. " balas lio dengan pelan.
" Pilih egois kamu atau kebahagiaan Rachel. " jawab datar mutiya.
" Kamu harus tau lio, penyakit aleyna itu belum sembuh, jadi jangan berfikir untuk menyembunyikan semua ini. " lanjut mutiya
" lio sudah janji kepada diri lio, kalo lio akan membuat rachel bahagia seumur hidup dan membuat ia akan sembuh total. "
" Dan, syarat yang kamu setuju. Apa, kamu akan menetapinya sesuai yang kamu menepati janji terhadap rachel ? "
" Pilih satu pilih pergi jauh meninggalkan aleyna, atau aleyna akan gue siksa sampai kapan pun sehingga penyakitnya akan makin ganas. "
" Aku akan menetapi sesuai syarat itu, kak. Aku gak mau melihat Rachel yang hidup sengsara oleh kakak tirinya karena diriku apalagi ia mengidap penyakit itu, kak. " balas lio yang masih ingat syarat didalam pikirannya.
Ia gak mau melihat rachel tersiksa karena dirinya, dan ia tidak mau penyakit rachel akan menambah.
" Jadi, apa kamu akan tetap mengatakan sejujurnya kepada rachel, sebelum terlambat lio ! " ucap tegas mutiya.
" kamu tahu, apa akibatnya saat kamu terlambat membicarakan ini semua. " lanjut mutiya dengan nada yang memulai pelan.
" Lio, akan berusah menjelaskan kepada rachel tetapi tidak sekarang. "
" Ingat Dalam seminggu itu waktu mu berarda di New york "
" Dan, gunakanlah waktu dirimu bersama rachel sebelum kau akan pergi, itu lio. "
" Baik. Dalam seminggu, lio akan memberikan cinta teraikhir lio kepada rachel sebelum lio akan pergi ke indonesia. "
" Jangan berikan rachel harapan cinta kepada mu lagi. Karena, membuat ia akan susah move-on lio. Usahakan selama itu, kau cari cowok yang sangat ferpect menjadi pendamping rachel yang akan menggantikan dirimu. "
" Tapi, kak aku belum siap mencari pendamping rachel selain diriku. "
" Lio, kalo kalian jodoh kemungkinan besar kalian akan dipertemukan kembali. Jadi, jangan khawatir itu lio, karena Jodoh itu gak akan kemana-mana. "
" Tak gendong kemana-mana, mutiya lagi bucin cieee "-
" Berisik lu thor, mending lho nulis aja gak usah nyanyi gak jelas. " - mutiya.
" kakak ngapain ke new york bukannya kakak kerja di jerman. " tanya lio yang baru sadar alasan kakanya itu datang ke new york. Apa, kakak akan mengawasi ku ?
" Ouh... Apa jangan-jangan kakak pasti disuruh papah untuk menjaga lio. Sudahlah, kak. Lio kan udah besar bukan balita lagi yang harus diawasin. " jawab lio dengan percaya diri membuat mutiya memutarkan bola matanya dengan malas.
" Siapa juga yang mau ngawasin bucin. Yang ujung-ujungnya aku juga yang jadi nyamuk diantara kalian berdua. "
" Terus apa ? "
Mutiya yang tidak menggubris perkataan lio, lasung menjalankan mobil nya dengan kecepatan rata-rata.
Lio yang tidak digubris oleh kakak sulungnya membuat bibir memajukan beberapa senti. Terlihat kesan seperti bocah yang tidak diizinkan memakan ice cream.
Mutiya yang sempat melihat kelakuan lio yang mirip bocah hanya menggelengkan kepala.
" Rachel, kok bisa, ya. Mau jadi pacar sama bocah lemot ? " batin mutiya.
Disisi lain, sosok gadis cantik remaja keluar dari cafe dengan berwajah datar.
Ia berjalan mendekati mobil mahal nya, lasung masuk kedalam jok pengemudi. Dan menyalakan mesin dan melajukan dengan kecepatan diatas rata-rata meninggalkan kawasan cafe dirinya tersebut.
Gadis yang tak lain aleyna. Ia keluar cafe, karena ia tidak mau orang lain akan melihatnya kalo dirinya habis menangis yang mengingat memory masa lalu nya.
Sepanjang jalan, gadis itu menyetir mobil yang sambil menangis yang tak henti-hentinya membuat ia tidak fokus untuk menyetirnya. Sehingga ia membelok kiri yang sebuah kawasan taman new york yang paling terindah di kota tersebut.
Mobil termerek dan termahal itu yang sudah terpakir di taman tersebut. Tanpa aba-aba ia lasung keluar dari mobil itu, lasung berlari secepat kilat menunju sebuah kursyi kayu yang panjang yang sudah tidak diisi orang lain.
Gadis itu pun lasung duduk, dan menatap langit malam yang sangat indah dengan tatapan air mata yang masih berlinang di wajah cantiknya.
Disana terlihat bintang dan bulan yang sangat menyinari kota new york membuat kota itu terlihat terang dan indah.
Ia tidak menyesal pergi ke new york yang menurut seperti tempat sugra.
Ia sangat bahagia bisa tinggal di kota yang sangat indah. Apalagi dimalam hari, sangat indah pemandangan malam tersebut, maupun jarang orang yang berkilaran.
Ia merasa kota ini yang menyembuhkan dirinya untuk melupakan masalahanya sebentar, maupun kota ini tidak sepenuhnya melupakan memory nya yang membuat ia membenci keluarganya.
Aleyna yang terasa hp iphonenya berdering membuat ia yang lasung menghapus air mata tersebut, dan secepat kilat ia lasung mengambil hp iphone dan lasung mengakatnya tanpa melihat nama terterang dilayar hp iphone aleyna.
" Hallo. " ucap aleyna yang berusaha dingin supaya tidak ada orang yang akan mencurigainya.
" Aleynaaaaaaaaa. " teriak keras dari semberang sana membuat aleyna terspontan kejut dan mengelus telinganya yang sangat sakit dengan suara toa tersebut.
" Buset... Suara lu, itu tak bisa dikecilkan kah. Telinga gue sakit tau, dengar toa lu yang gak jelas. " kesal gue.
" Sorry na. Gue kesal sama lu, sudah tengah malam, lu belum pulang. Apa, lu masih pacaran sama kertas itu. Sekalian aja lho tidur aja sama kertas gak usah pulang ! "
" Okay. Besok gantian lho yang gak usah balik lagi ke mansion gue lagi titik ! "
" Yeeeee... Jangan na, gue becanda tadi. Gue cuma khawtir lu, aja. Gue cuma beri tahu, jangan terlalu fokus terhadap pekerjaan lu, tapi pikirkan kesehatan lu. Ini sudah tengah malam, mending lu pulang jangan mampir kemana-mana lagi. Ingat, besok lu sekolah bukan ke kantor. Biar gue aja yang urusin. Okay. See youuu adikyuuu." tutup sambungan dari gadis seberang sana.
Aleyna hanya mendengar itu tersenyum simpul.
" Gue tahu, kalo ada orang yang masih sayang gue maupun bukan darah daging. ";-)
Skip~
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleyna ✔
Random" Jawab ! Siapa Alena sebernanya, mah pah ? " " Apa, jangan-jangan selama ini Alena bukan anak kandung mama papah." " Kenapa diam ! Jawab pertanyaan alena." " Bang Dion, bang dirga kenapa diam saja, bantu bujuk mama, dan papah jawab jujur semuanya."...