Part 1

1.8K 124 4
                                    


Cuaca hari ini tidaklah cukup mendukung, langit yang tadinya cerah sekarang berubah warna-mengelabu. Terdengar helaan napas dari pemuda yang mendongak menatap ke luar jendela, matanya menatap awan di atas-telah menumpahkan muatannya-satu tangan menopang dagu bosan.

"Sampai kapan aku terjebak di sini?" Lirihan keluar dari rungunya.

Kembali mendengkus jengkel.

Mata beningnya perlahan mengarah ke bawah, menatap ponsel yang mati karena kehabisan daya; menggerutu dalam hati mengutuk hari ini yang begitu sial.

Kedua telinga menangkap suara derap kaki menghentak ke ubin menuju ke arah ruang kelas yang ia tempati saat ini. Kepala menoleh ke pintu masuk yang sunyi, mata memicing menanti siapa sosok yang muncul di ambang pintu bercat cokelat tua. Tampangnya masih acuh tak acu, tetapi hatinya was-was.

"Dugaanku tidak pernah salah," ujar orang itu sambil mengibas tangan ke baju yang basah.

Memasuki ruangan yang sepi lebih dalam, menarik kursi terdekat, lalu mendaratkan diri di bangku; sebelah pemuda berambut hitam.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Xiao Zhan.

Pemuda yang sedang melipat ujung kemeja di lengan terhenti; menoleh ke sang Penanya dengan raut datar-memilih untuk tak menjawab-ia melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda; menggulung kemeja hingga siku.

"Menunggu hujan reda."

"Lalu kenapa harus di sini? Di kelasku?"

Wang YiBo meletakkan kedua lengan di atas meja, menautkan jari karena udara dingin yang membuat kulitnya terasa beku.

"Ini kelasku juga kalau kau lupa."

Xiao Zhan merotasikan mata. Terlalu malas berdebat dengan manusia tak berperasaan seperti Wang YiBo.

"Ayo, pulang," ajaknya.

"Tidak mau."

"Aku disuruh ZhuoCheng mengantarmu."

Xiao Zhan mendengkus. "Lalu? Aku tidak mau pulang denganmu. Pulang saja sendiri."

Pemuda Wang mencoba sabar menghadapi orang di sebelah; menghela napas pendek setelah itu. Memang susah membujuk orang berwatak keras seperti Xiao Zhan ini. Terkadang membuat emosi naik drastis, tetapi Wang YiBo tidak mau menunjukkannya. Dalam kata lain lebih memilih bersikap tenang.

"Baiklah, kalau tidak mau." Ia berdiri dari duduk tak peduli lagi dengan ekspresi yang terpasang di wajah Xiao Zhan.

"E-eh, tunggu-tunggu!" Langsung buru-buru berdiri-menyambar tas dan ponsel yang mati.

Wang YiBo melirik dari balik pundak. Melihat tingkah Xiao Zhan yang labil. Tadi katanya tidak mau, sekarang mala menghentikannya. Dasar!

Saat mereka sudah mendekati pintu, suara guntur dan kilatan datang secara mengejutkan-membuat Xiao Zhan mundur ke belakang tubuh Wang YiBo; refleks memejamkan mata dengan tangan mencekeram bisep pemuda dingin.

Wang YiBo yang mendapat refleks-an dari Xiao Zhan tersebut membeku. Seperti ada sengatan yang menjalar ke dirinya saat di mana jari pemuda manis memeluk lengannya. Mata hitam itu melirik pemuda yang sekarang masih gemetar di tempat sambil tetap setia meremas tangannya.

"Tidak apa-apa, ada aku." Pelan namun mampu membuat Xiao Zhan tenang.

Xiao Zhan perlahan membuka mata, iris bening menatap mata hitam Wang YiBo; juga balik menatapnya. Sejurus kemudian, jari-jari kecil melepaskan cengkeraman pada lengan Wang YiBo.

Kembali berdiri tegak seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa beberapa menit lalu. Dengan dagu terangkat pongah, kakinya melangkah keluar dari kelas meninggalkan Wang YiBo yang menatap punggungnya tanpa ekspresi.

Pemuda bersurai hitam dengan poni dibela tengah itu mengikuti Xiao Zhan di depannya, berjalan dengan tangan terlipat di dada. Dalam hati terhibur melihat pemuda bergigi kelinci sempat salah tingkah. Ada senyum kecil terbit di bibir Wang YiBo lalu menggeleng kecil.

Sementara itu Xiao Zhan yang berjalan di depan mengumpat dalam hati. Apa-apaan itu tadi?! Kenapa pipinya terasa panas! Tuhan, ampuni dosaku! Makinya dalam hati.

Kakinya sedikit menghentak saat melangkah juga tangan yang mencengkeram tali tas kuat-kuat. Wang YiBo tetap diam melihat tingkah menggemaskan Xiao Zhan.

"Berjalanlah dengan hati-hati. Lantainya basah," ucap Wang YiBo memperingati.

Xiao Zhan mencibirkan bibir. "Tidak usah bawel-"

Wang YiBo melihat salah satu kaki Xiao Zhan menginjak genangan air; refleks berlari dan menangkap pinggang pemuda yang hampir mendaratkan bokong di lantai-sebelum benar-benar terjatuh.

Mata membelalak dengan kedua tangan langsung memeluk leher pemuda bermarga Wang. Harus kukatakan; bahwa kejadian di kelas tadi terulang, mata mereka bertemu tatap dalam sunyinya sore berlangit mendung tanda hujan yang telah mereda.

-

-

-

Tbc.

A Good Friend [YiZhan] (Hiatus)Where stories live. Discover now