---
Saat dirasa Sang ibu tak lagi memberontak, wanita yang berada di dalam dekapannya mulai tenang, Xiao Zhan melonggarkan pelukan.
Wajahnya menunduk ingin melihat rupa sang wanita, tangan terangkat untuk menyingkirkan rambut yang menjuntai menutupi muka pucat milik Nyonya Xiao. Ia menatap ibunya yang telah tertidur atau bisa dikatakan pingsan.
Mata Xiao Zhan memerah, air sebening kristal jatuh ke pipi mulus tanpa cacat pemuda bergigi kelinci, menangis tanpa suara.
Lalu kedua tangannya bergerak ke sisi di mana ia bisa membopong tubuh lunglai ibunya naik ke atas kasur yang berantakan. Menarik selimut saat tubuh itu dibaringkan di tempatnya, menyelimuti wanita yang telah melahirkan sosoknya ke dunia.
Xiao Zhan berjalan ke arah barang-barang yang berserakan di ruangan ini, ia memunguti pecahan vas bunga yang tadi Nyonya Xiao lempar.
Hatinya kembali teriris.
Terkadang ia berpikir; haruskah ini terjadi padanya? Apa salah dirinya hingga mendapat hukuman seperti ini? Sungguh, Xiao Zhan lelah bertahan kalau pada akhirnya ialah yang sakit.
Mengusap air mata di pipi, pemuda itu berdiri setelah selesai memungut pecahan beling dari vas yang berserakan di lantai. Kemudian pergi membawa pecahannya keluar kamar.
***
Insiden sore itu telah berlalu dua hari setelahnya. Kini Xiao Zhan sedang berada di dapur, membuat sarapan untuknya dan juga Nyonya Xiao.
Wanita itu sudah lebih tenang, tidak lagi mengamuk, hanya saja tatapannya masih kosong.
Nampan diangkat, yang berisikan sup hangat serta segelas air putih dan beberapa bulir obat. Xiao Zhan berjalan ke arah kamar Nyonya Xiao.
Pintu dibuka pelan, menimbulkan suara decitan dari engsel yang bergerak ke dalam. Dengan senyum di bibir, ia melangkah mendekati ranjang di mana ibunya termenung dengan ekspresi mati, tak hidup, walau dirinya bernapas.
Xiao Zhan menempatkan diri di sisi kiri ranjang, nampan yang ia bawa ia letakkan di atas pangkuan.
"Ibu, ayo sarapan. Aku sudah membawakanmu sup," katanya lembut.
Nyonya Xiao hanya diam, pandangan lurus ke depan tak menghiraukan Xiao Zhan yang menatapnya pedih.
"Aku suapi ya?"
Tangan kanan memegang sendok, mengangkat sendok ke arah Nyonya Xiao dan berujar kembali, "Ibu?"
Wanita itu menoleh menatap anak lelaki dengan sorot kosong.
Tanpa aba-aba atau peringatan, ia menepis tangan Xiao Zhan dari depan wajahnya.
"Pergi!"
Ucapan yang keluar dari bibir kering itu menusuk dada Xiao Zhan, membuat ia terdiam.
"Tapi-"
"Kubilang pergi!"
Kedua tangan mendorong tubuh pemuda yang masih setia pada tempatnya terduduk, membuat nampan yang ada di pangkuan sang anak terjatuh dan mangkuk sup tumpah di atas lantai berserta gelas berisi air putih.
Xiao Zhan terdorong menjauh, refleks mendaratkan tubuh di pecahan mangkuk sup di ubin yang basah, telapak tangan pun jadi sasarannya, terluka.
Ia meringis melihat tangannya berdarah, bukan hanya satu melainkan kedua telapaknya.
Nyonya Xiao berdiri dari atas ranjang menatap Xiao Zhan tidak suka.
"Enyah!" teriaknya, mulai hilang kendali.
Wanita itu mulai mengacaukan kembali isi kamar tersebut. Membanting apa saja yang tertangkap oleh matanya yang tentu arah.
Xiao Zhan tak tinggal diam, ia berdiri dari jatuh berusaha untuk menenangkan Nyonya Xiao yang mengamuk.
"Ibu, aku mohon sudah! Aku mohon!"
Tetap saja wanita itu meraung, membanting segala benda-benda di sekitarannya, bantal dan apa yang terjangkau tak luput dari amukannya.
Saat Xiao Zhan ingin menghentikan tangan yang hendak melempari barang lagi, tanpa sengaja tangan wanita ini menampar Xiao Zhan hingga tersungkur membentur ujung meja.
Yang lebih dulu membentur adalah kepala belakang milik Xiao Zhan.
Merasakan sakit di kepala belakang, Xiao Zhan terkejut merasakan cairan kental merembes di telapaknya yang dingin. Perlahan membuatnya membeku.
Di saat bersamaan, pintu kamar terbuka menampilkan sosok Wang YiBo bersama Wang ZhuoCheng.
Keduanya terpaku di tempat.
"Wang YiBo, ZhuoCheng ...."
Gelap lebih dulu menyapa pemuda Xiao.
"Xiao Zhan!" seru Wang ZhuoCheng buru-buru ke arah di mana Xiao Zhan terkapar dengan darah mengucur deras dari kepala belakang.
Nyonya Xiao lemas sedetik berikutnya, ia terduduk dengan air mata menganak sungai di kedua pipi yang tirus.
Wang YiBo bergerak lebih gesit dari pada Wang ZhuoCheng, pemuda itu telah lebih dulu menghampiri Xiao Zhan yang pingsan, mengangkat tubuh lemas pemuda bergigi kelinci keluar dari kamar Nyonya Xiao.
"Bibi, apa yang telah kau lakukan?!"
Nyonya Xiao meringsek ke ujung tembok, memeluk kedua lutut dan menangis.
"Aku tidak melakukannya! Bukan aku! Tidak, bukan aku!" jerit Nyonya Xiao sambil kedua tangan menjambak rambutnya yang berantakan.
-
-
-Tbc.
YOU ARE READING
A Good Friend [YiZhan] (Hiatus)
FanfictionXiao Zhan terjebak dalam rasa yang tak ingin ia adakan di hati untuk Wang YiBo. Pemuda bergigi kelinci bimbang dengan apa yang ada untuk Wang YiBo-Si Tampan berwajah dingin-ia tak tahu kalau 'teman baik'nya menyimpan sejuta rasa untuknya. Di saat Wa...