Derit pintu besi putih menampar gendang telinga kedua pemuda di dalamnya. Orang yang membuka menatap Xiao Zhan dan Wang YiBo secara bergantian.
Ia terhenyak di tempat setelah mendengar sederet kalimat yang meluncur dari bibir Wang YiBo.
"Kau mencintai Xiao Zhan, YiBo?"
Suaranya tertahan di ujung tenggorokan, membuat Wang YiBo diam.
Wang ZhuoCheng melangkah, berhenti tepat di depan pemuda yang gini menatapnya.
Pemuda berjaket hitam tersebut memasukkan tangan di saku, dengan santai memandangi balik makhluk minim ekspresi di depannya.
"Cih," guman Wang ZhuoCheng. "Berani sekali kau menyatakan perasaanmu yang memalukan itu pada orang yang terbaring lemah di atas ranjang, huh ... apa otakmu kehilangan fungsi?"
Xiao Zhan memandang Wang ZhuoCheng dan Wang YiBo bergantian. Bibirnya tak bergerak sama sekali.
"Aku beritahu kau satu hal, YiBo. Xiao Zhan sudah bertunangan dengan ...."
"Cukup, ZhuoCheng!" potong Xiao Zhan cepat. Napas pemuda itu memburu, --menatap tajam ke arah Wang ZhuoCheng.
"Kenapa? Kau takut dia sakit hati lalu bunuh diri, begitu?"
Mata Xiao Zhan kembali berkabut, bibir itu terkatup seolah dilem secara rapat. Wang YiBo merasa pijakan pada kaki di lantai agak melemah. Ia beralih menatap pada orang di ranjang yang tak sekalipun menoleh ke arahnya, seakan pertahanan pemuda Xiao akan runtuh detik itu juga apa bila matanya bertemu dengan manik Wang YiBo.
"Apa benar?" Suaranya agak tercekat saat dikeluarkan, manik kelam itu masih mengunci Xiao Zhan di tempatnya. "Aku tanya padamu, Xiao Zhan, apa benar yang dikatakan oleh ZhuoCheng?! Jawab aku!"
Tubuh tersentak oleh bentakan yang lolos dari pita suara Wang YiBo di sampingnya.
Mata yang berkabut menutup dan mengalirlah sebulir air bening dari sana, menuruni pipi yang menirus.
"Diam berarti, 'Ya' ... oke, baiklah, aku paham." Wang YiBo tersenyum tipis sekali.
Mulai melangkah maju mendekat pada Xiao Zhan. Pemuda itu berdiri sangat dekat dengannya. Tangan pemuda tersebut bergerak mengambil tangan Xiao Zhan lalu memberikan benda yang tadi terlempar jatuh ke lantai tepat di atas telapak tangan.
Xiao Zhan mendongak dengan mata basah, menatap Wang YiBo yang terluka secara terang-terangan.
"Aku kembalikan apa yang kau berikan padaku ... selamat atas pertunanganmu."
Wang ZhuoCheng menjadi penonton di antara drama melankolis mereka berdua. Sebenarnya ia tak bermaksud berkata seperti tadi, ia hanya menguji dan ternyata ujiannya berdampak begini.
Diam-diam ia menghela napas.
Dasar, bodoh, ia membatin jemu.
Xiao Zhan menatap kalung di tangannya. Air mata itu menganak sungai setelah Wang YiBo melepaskan genggaman lalu pergi meninggalkan ruangan.
Pintu tertutup meninggalkan aroma senyap di sana. Meninggalkan kepingan hati antar keduanya yang sama-sama hancur. Wajah Xiao Zhan menunduk, bahu gemetar, isakan keluar dari bibir yang tergigit.
Wang ZhuoCheng agaknya merasa sedikit bersalah dengan tingkahnya tadi. Membeberkan satu fakta yang menampar telak bagi Wang YiBo dan menenggelamkan hati tergores milik Xiao Zhan di air cuka yang menimbulkan rasa perih menjalar di diri pemuda itu.
"Sudah kukatakan untuk tidak bermain dengan dia yang sudah jelas menyimpan rasa padamu, tapi kau tidak mendengarku dan malah asyik membiarkan rasa itu tumbuh lalu akhirnya kau tahu sendiri akibatnya bagaimana, 'kan?"
Xiao Zhan mengangkat wajah, ia mengunduskan tatapan tajam pada Wang ZhuoCheng.
"Kukira kau tahu perasaanku. Kukira kau yang mengerti aku, tapi ternyata tidak. Kenapa kau begini, hah?! Kau sadar apa yang telah kau ucapkan?! Sadar, tidak!"
Xiao Zhan berteriak ke Wang ZhuoCheng yang termangu di tempatnya. Pemuda itu tersengal oleh napasnya. Ia memandang Wang ZhuoCheng, tersirat terluka dalam di sana.
"Aku begini karena kau harus sadar! Wang YiBo tak pantas untumu. Dia tidak pantas bersanding denganmu, kau harus sadar, Xiao Zhan!"
Ucapan pemuda itu menyentak kembali kesadaran pemuda di atas ranjang.
"Aku hanya tidak ingin kau tambah hancur dengannya. Kau tahu sendiri, dia anak dari orang yang telah membuat orang yang kau sayang meninggal!"
Tangis Xiao Zhan bertambah jadi, ia menggeleng kuat. "Cukup! Pergi dari sini, ZhuoCheng!"
Ia berteriak dan menunjuk ke pintu, meminta agar pemuda tersebut keluar. Retinanya memerah memandang Wang ZhuoCheng, sedangkan pemuda itu tersenyum miring.
Akhirnya ia berbalik melangkah pergi meninggalkan Xiao Zhan sendiri di sana. Pemuda di ranjang membanting gelas di nakas samping, membuat pecahan itu berserakan di lantai.
Ia mengerang lalu menangis, meremas rambutnya dan mengacak rambut hitamnya kasar.
"Aku benci hidupku, Tuhan!" teriak Xiao Zhan pilu, memeluk tubuhnya sendiri.
-
-
-Tbc.
Part 9 masih dalam tahap pengetikan ya, Sayang :* (ttd : Yang Paling Cantek Sejagad, Author [dan asistennya])
YOU ARE READING
A Good Friend [YiZhan] (Hiatus)
FanfictionXiao Zhan terjebak dalam rasa yang tak ingin ia adakan di hati untuk Wang YiBo. Pemuda bergigi kelinci bimbang dengan apa yang ada untuk Wang YiBo-Si Tampan berwajah dingin-ia tak tahu kalau 'teman baik'nya menyimpan sejuta rasa untuknya. Di saat Wa...