Part 10

777 82 6
                                    


Sedan hitam berhenti di depan gedung rumah sakit. Membuat Wang ZhuoCheng yang sedang membuka pintu mobil berhenti. Kepala bersurai hitam menoleh, menatap sedan yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

Tangan yang semula menggenggam handel pintu kembali mendorong agar tertutup lagi. Alis pemuda itu menukik samar. Penasaran.

Orang yang di dalam keluar. Menampakkan satu kaki menjulur dari pintu yang terbuka, setelahnya benar-benar menunjukkan diri.

"Oh, si Es rupanya," gumam Wang ZhuoCheng.

Ya, itu adalah Wang YiBo. Lelaki berpostur tegap itu melangkah memasuki Rumah Sakit, hingga tenggelam di balik pintu yang tertutup otomatis. Sukses membuat Wang ZhuoCheng menyeringai samar.

Pemuda itu menyandarkan punggung di body mobil hitam miliknya dengan kaki sedikit menyilang, kedua tangan terlipat di dada.

"Ah, kita lihat drama apa lagi yang akan terjadi." Wang ZhuoCheng terkekeh pelan, angkuh.

Sementara itu Xuan Lu masih menenangkan Xiao Zhan di dalam pelukan. Mengusap sayang punggung gemetar tersebut hingga pemuda manis berhenti terisak.

Xiao Zhan perlahan melepaskan diri dari Xuan Lu. Menatap mata wanita bermantel putih redup.

Jari-jari lembut terangkat untuk membingkai sebelah pipi Xiao Zhan, mengusapnya dengan hati-hati.

"Jangan menangis lagi. Kau harus kuat untuk dunia yang kejam ini bagaimanapun keadaannya." Xuan Lu tersenyum cantik dengan mata yang tertuju pada manik kecokelatan milik sang Adik sepupu.

Xiao Zhan menggangguk, tersenyum tipis. Benar. Ia harus kuat, tidak boleh lemah. Kalau ia lemah, siapa lagi yang menjadi kekuatan ibunya? Ia tidak boleh seperti ini, demi Nyonya Yiuan ia harus seperti baja. Kuat.

Xuan Lu membalas senyuman tersebut tak kalah manis lalu mengusap pelipis Xiao Zhan.

"Sekarang, ayo, kita pulang ke rumah. Sementara ini kau tinggal bersamaku dan juga ZhuoCheng." Yang diangguki oleh pemuda itu.

Xuan Lu menenteng kembali tas di dekat kakinya, membawa benda tersebut ke tangan. Keduanya berbalik ingin pergi, tetapi saat tubuh telah mengarah lurus, mereka terdiam di tempat. Terlebih lagi dengan Xiao Zhan, pemuda manis ini membeku saat di mana retina cokelatnya menemukan pigur sosok lelaki yang mati-matian ia jauhi berdiri beberapa langkah di depan.

Wang YiBo tersenyum tipis sekali, nyaris tak terlihat. Kaki melangkah berderap pelan, menimbulkan decitan antar alas sepatu dan ubin putih. Menjadi melodi tersendiri di telinga Xiao Zhan.

Maka setelah keduanya berhadapan, Xiao Zhan membuang pandangan ke segala arah. Tungkai milik pemuda manis mundur selangkah, kembali menciptakan jarak.

Xuan Lu memandang Wang YiBo dengan seutas senyum di bibir.

"YiBo," panggil wanita itu pada lelaki Wang.

Wang YiBo yang semula hanya terfokus pada Xiao Zhan menoleh ke Xuan Lu, ia membungkuk sekilas untuk menghormati.

"Kau ke sini? Ingin bertemu Zhan-zhan, ya?" Xuan Lu bertanya, ramah.

Wang YiBo mengangguk, kembali lagi memfokuskan manik hitamnya menatap Xiao Zhan yang hanya diam sambil memainkan ujung mantel lengannya, kebesaran.

"Ah, begitu. Baiklah, sepertinya kalian ingin berbicara sesuatu? Oke, aku tinggal dulu."

Xuan Lu mengerti, wanita itu sangat-amat mengerti. Maka dari itu ia bergegas meninggalkan keduanya di lorong Rumah Sakit tersebut walau ia tadi sempat ditahan Xiao Zhan untuk tetap bersamanya di sini.

Akhirnya tinggallah dua anak adam itu di sana dengan sunyi melingkupi keduanya.

"Ingin bicara apa?" Xiao Zhan yang lebih dulu bersuara, memecahkan keheningan. Karena demi Tuhan, ia tak sanggup berlama-lama bersama Wang YiBo.

"Aku ingin kau."

Xiao Zhan langsung menatap Wang YiBo. Kedua mata mereka bertemu dalam atsmofir senyap. Membuat salah satu dari mereka tertawa sumbang.

"Jangan main-main. Aku tidak punya waktu untuk omong kosong."

"Aku tidak main-main atas perkataanku. Aku ingin kau, Sean Xiao Zhan."

Xiao Zhan menggigit pipi dalam, bibir pemuda manis terkatup tak bersuara. Tubuh meremang saat nama lengkapnya terucap dari lisan lelaki Wang.

Xiao Zhan perlahan melangkah mendekat, berdiri di depan Wang YiBo sejajar.

Plak!

Tamparan keras terdengar saat tangan kiri menambrakan diri pada pipi kanan Wang YiBo. Xiao Zhan bergetar di tempatnya berpijak, tetapi raut wajah pemuda manis tidak menunjukkan rasa perih di hati setelah menampar pipi Wang YiBo.

Diam.

Keduanya diam. Wang YiBo tanpa ekspresi memandang sendu Xiao Zhan.

"Sudah kukatakan untuk menjauh dariku. Aku tidak ingin kau berada di hadapanku lagi. Aku peringatkan padamu, Wang YiBo, tidak usah lagi mendatangiku. Aku tidak ingin kau ... mengerti?" Xiao Zhan berucap pelan namun tegas membuat lidah Wang YiBo keluh.

Selesai berujar. Xiao Zhan pergi. Membiarkan setetes air jatuh dari mata.

-
-
-

Tbc.

 Hai, ada yg nunggu? :v

Sebenernya ini alur aku maju-mundurin. Gimana? Greget gk? Gk ya? Yudah :"

Jangan lupa pencet bintanya dan komen panjang2 yes.

Klo mau di up cepet2:)

A Good Friend [YiZhan] (Hiatus)Where stories live. Discover now