Seorang laki-laki penjaga pintu berseragam hitam, bergegas membuka gerbang saat sebuah mobil putih mengkilat datang, dari arah jalanan. Lalu mengangguk hormat pada laki-laki berjas biru di belakang kemudi. Saat mobil berhenti sempurna, seorang perempuan muda berseragam merah jambu datang menyongsong.
"Selamat sore, Tuan," sapanya penuh hormat.
Laki-laki pertengahan tiga puluhan dengan rahang kokoh, mata tajam dan alis lebat yang seakan menyatu di tengah dahi, mengangguk kecil.
"Apa Nyonya sudah baikkan?" tanyanya sambil keluar dari pintu mobil.
"Sudah, Tuan. Sekarang sedang beristirahat di teras samping."
Laki-laki itu menyerahkan tas hitam yang dia ambil dari mobil kepada pelayan berseragam. Tangannya bergerak untuk mengendurkan dasi. Masuk ke rumah diiringi pelayan dan langsung menuju teras samping yang menghadap langsung ke kolam renang.
Untuk sejenak dia terpaku di dekat pot besar yang tertanam bunga palem. Menatap seorang perempuan amat cantik yang terbaring di kursi malas. Rambut sang perempuan tergerai indah menutupi pundak. Pancaran matahari senja terpantul ke wajah dan menyinarkan kehangatan.
Sementara di samping perempuan itu, ada seorang pelayan berseragam yang sibuk membantunya memotong kuku. Pelayan itu menyadari kehadiran laki-laki yang berdiri di dekat pot. Seketika dia menganggukkan kepala dan menyapa sopan.
"Selamat sore, Tuan Aaron."
Aaron mendekat, menatap sekilas pada pelayan yang ia kenali sebagai pelayan pribadi istrinya. Lalu mengecup dahi perempuan yang masih berbaring. "Apa kabarmu, Sayang? Sakit lagi hari ini?"
Perempuan itu tersenyum. "Hanya kecapean kayaknya. Kamu tumben pulang cepat?"
"Aku khawatir." Aaron meraih dan meremas pelan jemari istrinya.
"Aku baik-baik saja, ada Nara yang menjagaku." Sang istri menunjuk ke arah pelayan yang masih menggunting kuku kakinya.
Aaron mengangguk pada pelayan dengan rambut dikucir kuda. Dan beralih ke istrinya. "Perlu ke dokter?"
"Nggak usah. Aku ingin bicara sesuatu yang penting denganmu."
Alana memberi tanda pada sang pelayan yang bergegas pergi meninggalkan dia dan sang suami. Ia bangkit dari kursi, menghadap pada suaminya.
"Mama Denita datang barusan."
Keterkejutan mewarnai wajah Aaron. "Mamaku? Ada apa?"
Alana memejamkan mata. Lalu berucap pelan. "Menginginkan seorang pewaris bagi keluarga Bramasta."
"What? Kenapa selalu hal itu yang diungkitnya?" sergah Aaron panas.
"Please, jangan marah, Sayang. Aku cukup tahu diri tentang keadaanku. Kita menikah hampir lima tahun. Wajar kalau mereka menginginkan anak." Alana menatap suaminya dengan mimik sedih. Kemurungan yang meredupkan kecantikan di wajah. Ia meremas jari-jemarinya yang kurus. Mencoba meredakan kegalauan. Wajah pucat terbias matahari senja, seperti ada banyak hal membebani.
Aaron menarik napas panjang melihat kegelisahan istrinya. "Itukah, yang membuatmu drop?"
Alana menggeleng. "Bukan, aku memikirkan hal lain." Ia meraih tangan suaminya dan mengecupnya. "Ingatkah kamu usulku dulu?"
"Soal ibu pengganti?"
"Iya, Sayang. Demi keluarga kita."
"Nggak, aku nggak mau. Kamu pikir aku bisa meniduri perempuan lain hanya demi anak!" Serta-merta Aaron bangkit dari kursi yang semula ia duduki. Berdiri memandang matahari senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA
RomanceAaron Bramasta, atas dorongan dan restu istrinya yang sedang sakit, menikahi Nara, seorang asisten rumah tangga untuk mendapatkan keturunan. *** Atas persetujuan Alana yang punya penyakit bawaan, Aaron akhirnya setuju menikahi Nara demi mendapatkan...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi