Bab 1

66 11 6
                                    

"Varo!! Balikin hp gue!" teriak seorang gadis sambil berlari mengejar lelaki yang mengambil ponselnya dengan sengaja.

"Ayo, Shei! Kejar gue!" sahut lelaki itu sambil terus berlari membawa ponsel gadis tersebut.

Gadis itu berhenti karena ia merasa dadanya sudah sesak karena berlari mengejar lelaki yang membawa lari ponselnya itu.

"Tau ah! Gue capek!"

Lelaki itu merasa bahwa gadis pemilik ponsel yang ia bawa sekarang berhenti mengejarnya segera melihat ke belakang. Dan benar saja gadis itu sedang menunduk sambil memegangi dadanya yang sesak karena berlari.

Ia langsung berlari ke arah gadis itu untuk melihat keadaannya. "Payah lo, Shei! Gitu aja udah capek."

"Enak aja lo! Kalo bukan karena hp gue ada sama lo, gue gak bakalan ngejar lo gak jelas kayak gini."

"Nih! Gue balikin hp lo. Jangan nunjukin wajah melas lo, gue jadi tambah suka." ucap sang lelaki sambil menyerahkan ponsel gadis itu, setelah itu ia menepuk pelan kepala gadis itu. Kemudian berlalu meninggalkan gadis itu.

Gadis itu terdiam saat lelaki itu menepuk pelan kepalanya, dan hanya memandangi lelaki itu saat ia berbalik meninggalkannya.

***

Setelah ponselnya kembali, ia segera mengecek notif whatsapp di ponselnya. Terdapat satu pesan yang belum ia baca, segera ia buka pesan tersebut dan langsung membalasnya.

Dimana?


Di koridor

Perpus
Cepet!!

Oke

Sheila segera memasukkan ponselnya ke saku seragam yang ia kenakan, dan segera menuju ke perpustakaan untuk menemui orang yang menyuruhnya kesana.

Setelah sampai di perpustakaan, ia langsung masuk dan mencari seseorang yang sudah menunggunya.

Melihat lelaki yang sibuk dengan game yang ada ponselnya, ia segera menghampiri lelaki itu dan duduk disampingnya.

"Kenapa?"

"Ngapain di koridor?"

Sheila menjawab pertanyaan lelaki itu sambil memalingkan wajahnya.
"Habis dari toilet, terus lo nyuruh gue kesini."

"Tumben nggak sama Vanya?"

"Tadi udah gue ajak, tapi dia nggak mau katanya mau nonton drakor. Emang kampret tuh anak!"

"Temen lo itu."

"Iya sih. Eh! Ngapain lo nyuruh gue kesini?"

"Biasalah, temenin gue ngegame."

"Kayak gak ada orang lain aja yang mau nemenin lo ngegame." ucapnya dengan nada kesal sambil melirik lelaki yang masih asik dengan game di ponselnya itu.

"Emang gak ada lagi yang mau nemenin gue ngegame, cuma lo doang yang mau. Karena itu gue nyuruh lo buat nemenin gue ngegame."

"Miris banget hidup lo."

"Biarin sih! Yang penting gue masih hidup dan masih bisa liat lo disini."

"Gombal nih?"

Lelaki itu terkekeh. "Bercanda doang."

"Jangan kayak gitu ah! Keliatan kalo itu bukan lo banget." ucap sang gadis sambil menatap lelaki itu tak suka.

Lelaki itu langsung duduk menyamping lalu menarik kursi yang Sheila duduki hingga menghadap ke arahnya. Ia mendekatkan kepalanya ke arah Sheila sambil menatapnya lembut.

"Lo sukanya kalo gue kayak gimana?"

"Y-ya kayak biasanya aja." ucap Sheila sambil tergagap menatap mata lelaki itu.

"Emang biasanya gue gimana?"

"Ya gitu lah pokoknya."

"Jangan gugup gitu dong, Shei! Muka lo jadi keliatan jelek banget." ucap lelaki itu sambil terkekeh pelan dan menjauhkan sedikit jaraknya dari Sheila.

"Artha!" ucap sang gadis dengan wajah yang memerah karena kesal.

Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya sambil bertanya dengan tenang. "Apa? Hm?"

"Ngeselin banget sih lo!"

"Biasa aja dong, gitu aja ngambek. Dasar bocah!"

"Bodo amat!" ucap sang gadis dengan wajah kesal sambil membenarkan kursinya menghadap ke depan.

"Nanti pulang sekolah mampir ke caffe depan kompleks mau nggak?"

Rumah Artha dan Sheila memang berada disatu kompleks bahkan rumah mereka bersebelahan.

Mereka berdua memang sering pergi ke caffe depan kompleks, meski hanya sekedar menikmati kopi lalu berbincang hal yang tidak jelas, hingga merasa bosan lalu kembali pulang

Sheila hanya menoleh sekilas ke arah Artha dan kembali menghadap ke depan.

"Gak mau nih? Beneran?" ucap Artha sambil menggoda Sheila.

"Traktir kan?" ucap Sheila dengan malu-malu.

"Iya, mumpung gue lagi baik."

"Oke, nanti pulang ke caffe dulu."

"Yaudah sekarang ke kelas dulu, udah mau bel."

Mereka berdua akhirnya meninggalkan perpustakaan lalu menuju ke kelas mereka yaitu kelas XII-MIPA 6.

***

Vote and comment

TBC

ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang