2

13.2K 568 68
                                    

Cantik iya, manis iya, tapi cuek juga iya.

~Reyhan
______________________________________________

Tok ... tok ... tok ....

Suara ketukan pintu itu, membuat seseorang yang berada di dalam kamar membuka pintunya. Aksinya di pagi hari, tak ternah terlupakan. Menguji kesabaran orang yang mengetuk pintu, adalah hobbynya.

"De—" Ucapan Arsen terhenti ketika Fahira membuka pintu kamarnya.

Gadis yang tadi membuka pintu, berpura-pura seakan melihat sekelilingnya, memastikan apakah ada orang di sekelilingnya. "Perasaan ada yang ngetuk pintu deh, kok gak ada orang ya," gumamnya.

"Hm ...."

"Tuh 'kan. Ih, pagi-pagi kok serem gini, ya."

Arsen yang mulai geram dengan tingkah adik semata wayangnya itu, langsung mencubit kecil hidung adiknya. Fahira yang dicubit pun, meringis kesakitan.

"Awh ... Kakak! Sakit. Lepasin gak!" kesal Fahira sambil berusaha melepas tangan Arsen dari hidungnya yang memerah.

"Makanya kalo ngomong jangan sembarangan. Kamu pikir, Kakak ini hantu?"

"Mirip sih," cicitnya tetapi masih terdengar oleh Arsen.

"Apa kamu bilang?!"

"Ha? Enggak, itu ... anu ... apa sih, tadi itu Fa bilang, kakak itu ganteng banget mirip artis hehe ..." alibinya sambil cengengesan.

Arsen yang tau bahwa adiknya berbohong, langsung ingin mencubit pipi adiknya lagi. Namun, Fahira sudah ngacir lebih dulu sebelum sempat Arsen mencubitnya. Karena ia tau, jika kakaknya itu kesal padanya. Dan pasti saja hidung atau pipinya yang menjadi sasaran.

"Bunda! Tolong ... Ada hantu!" teriak Fahira sambil tertawa dan sedikit berlari menuruni tangga. Sedangkan Zahra yang mendengarnya, sudah tau kelakuan kedua anaknya setiap pagi. Zahra adalah ibu dari Fahira dan juga Arsen.

"Astaghfirullah ... Adik siapa, sih?" ucap Arsen sambil geleng-geleng kepala melihat sikap adiknya.

Arsen berjalan menuruni tangga menuju meja makan. Disana sudah terdapat Ayahnya, Bundanya, dan Adiknya yang super nyebelin. Arsen duduk di sebelah Fahira yang baru saja selesai meminum susu coklatnya.

"Astaghfirullah, kok kursinya gerak sendiri." Lagi-lagi Fahira menguji kesabaran Arsen.

"Terus aja dek, terus," ketus Arsen.

Fahira terdiam ketika mendengar ucapan Kakaknya. Biasanya jika Arsen berbicara dingin kepadanya, itu tandanya Arsen sedang marah karena selalu dijahili olehnya.

Selama memakan sarapan, tak henti-hentinya Fahira melihat wajah Arsen yang berubah cuek. Fahira takut jika Kakaknya benar-benar marah padanya.

"Yah, Bun, Arsen berangkat, assalamu'alaikum," ucap Arsen sambil berdiri kemudian berpamitan pada Ayah dan Bundanya. Fahira pun juga ikut berpamitan, karena ia berangkat sekolah dengan Arsen.

Selama di perjalanan, Arsen tidak berbicara apapun. Hal itu membuat Fahira semakin merasa bersalah atas perbuatannya.

"Kak Sen ..." panggilnya ragu. Lalu di jawab dengan deheman oleh Arsen.

"Kakak marah ya? Maaf ya, Kak. Fa gak maksud bikin kakak marah. Plis ... maafin Fa ya? Kakak jangan marah dong, Fa bercanda doang." Kali ini mata Fahira berkaca-kaca, karena ia tidak suka dan tidak mau jika Arsen bersikap dingin seperti sekarang ini.

Cuek? Bodo amat!! [TERBIT - Tersedia versi E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang