Lighthouse, 8 November 2014
Pulau Nokori, 20.00 P.M.
Ayumi’s POV
"Wah anginnya seger banget ini...." aku bergumam pelan seraya memandangi hamparan laut yang tenang. Rambutku yang panjang sepinggang berarai-arai terhembus angin malam. Tanganku yang tadinya bertaut satu sama lain kemudian beralih ke salah satu kantong coat coklat yang tengah terkibas bebas dan mengambil headset. Kebetulan banget, reff lagunya Gavin De Graw tengah berputar.
If you ask me how I'm doing
I would say I'm doing just fine
I would lie and say that you're not on my mind
But I go out and I sit down at a table set for two
And finally I'm forced to face the truth
Aku terus menutup mata sejenak. Menghayati liriknya sambil mendendang pelan. Rasanya seperti flashback dengan cinta monyetku dulu.
Tsugure.
Ditempat ini, aku bertemu dengannya untuk terakhir kali.
Seperti apa ya dia sekarang?
Apa yang dia lakukan?
Dimana dia saat ini?
Apakah ia masih ingat denganku?
Apa ia sudah menikah?
Rasanya banyak sekali rentetan pertanyaan berlabuh dibenak.
Selang 3 menit mendengarkan lagu itu sampai habis, kedua manik mataku lalu beralih kearah kapal-kapal yang letaknya sekitar 20 meter dari lighthouse. Tampak para nelayan yang sedang membuat persiapan untuk berlayar. Ada yang tengah menggantungkan jaring di atas atap kapal, ada yang tengah mengangkat box bahkan ada yang tengah merebahkan tubuh mereka disana.
Tak berapa lama, pandanganku terganggu oleh suara handphone yang ber-ringtone “Shake it off” oleh Taylor Swift itu. Dengan cepat aku melepaskan headset yang tengah disangkutkan di telinga.
Aringga calling. Oh si tiang narsis. Dengan segera kutekan tombol “answer”.
“Ya halo--” belum selesai aku menjawab, kata-kataku diputus.
“Hei jangan kelayapan malem-malem! Gue tau! Lo mesti lagi di lighthouse kan ngelamunin gue hahahaha!” sapa orang yang diseberang. Ia Aringga Mahameru.
Ngomong-ngomong tentangnya, Aringga adalah teman dekatku semenjak aku bekerja di Fantasiana Resort Hotel yang telah dibangun 5 tahun yang lalu dipulau ini. Yap, Pulau Nokori perlahan berubah. Banyak turis yang mulai berdatangan disebabkan kentalnya diversiti disini. Terutama budaya Jepang yang masih dipakai walaupun dari segi bahasa, kami sudah sering menggunakan bahasa Indonesia. Namun, dengan alasan banyak kunjungan dari turis inilah alasan utama hotel ini dibangun. Hitung-hitung investasi!
Di perusahaan ini, aku ditugaskan menjadi salah satu supervisor dibagian Food and Beverage (F&B) Service Department. Aku pun sudah bergabung di hotel ini sekitar 3 tahun, tepat setelah menyelesaikan studi S1-ku di Yogyakarta. Dan ia sendiri? Aringga adalah cucu satu-satunya pemilik hotel yang luasnya sekitar 25 hektar ini. Yang secara tidak langsung menjadikannya assistant dari direktur utama perusahaan.
“Hahaha amit-amit ngelamunin elo, mending gue ngelamunin pesut dibedong.” gerutuku kesal. Temanku yang satu itu memang narsisnya nggak ketulungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in NOKORI (ON-HOLD)
Teen Fiction“Anak muda, kalian baik-baik saja kan?” “Kok bisa jatuh?” “Ada yang terluka tidak, Nak?” “Ini percobaan bunuh diri ya?!” Berbagai pertanyaan bertubi-tubi ditujukan kepada mereka berdua. Ayumi melirik kearah lelaki menyebalkan yang kini tengah tidur...