Mars 1

3.2K 228 41
                                    


Harum menyeruak bersama kepulan uap tipis dari secangkir americano di tangan. Dikecupnya pelan bibir cangkir dan biarkan sensasi pahit mengalir perlahan dalam mulut.

"Pagi, Kak Tae."

Pria muda dengan kemeja vertikal stripe menuruni tangga sambil melipat lengan baju menyapa riang sosok lain di ruang keluarga.

"Pagi Jung, apa tidurmu nyenyak?"

"Haahh ..."

Helaan napas menjawab tanya. Pemuda bernama Jungkook itu duduk dan beri tatap sebal pada lawan bicara.

"Apa semua psikolog selalu menanyakan hal yang sama? Apa tidak ada pertanyaan lain seperti—Jung apa kau ingin Ducati Monster?"

Taehyung meneguk habis kopinya dan tersenyum simpul memandang wajah gusar sang adik.

"Kau kan sudah punya, jadi buat apa bertanya."

"Tapi aku belum punya yang merah, Kak. Setelah kupikir, sepertinya warna itu lebih cocok buatku."

"Tapi siapa dulu yang pilih warna hitam? Bukankah kau tuan muda Jungkook? Harusnya kau bersyukur. Masih banyak di luar sana—"

"Iya, Kak. Iya! Tolong hentikan ceramahmu!" sergah Jungkook cepat.

Sang kakak hanya diam, biarkan adiknya menggerutu namun entah di menit keberapa, raut wajah Jungkook berubah sendu.

"Kak."

"Hmm, ada apa?"

"Kenapa anak itu selalu ada dalam mimpiku, ya? Sayang, aku tak bisa melihat wajahnya. Dia ketakutan dan menangis histeris memeluk wanita yang mungkin ibunya. Kasihan sekali, perempuan itu sudah tak bernyawa."

"Mimpi hanya bunga tidur," jawab Taehyung tenang.

"Tapi seperti nyata. Aku bahkan bisa rasakan sakitnya. Seakan—" Jungkook jeda kalimatnya lalu tumpukan wajah di lipatan tangan, "akulah anak itu."

"Tak usah dipikirkan. Lupakan saja mimpimu. Kau tidak kuliah?" tanya Taehyung alihkan pembicaraan.

"Hari ini tak ada kelas tapi aku ada janji dengan temanku. Oh, kemana ayah dan kak Joon? Apa mereka berdua tak pulang tadi malam?"

"Ada urusan penting yang belum tuntas. Oya, Jung. Ayah bilang akan memberi pengawal untuk menjagamu. Keadaan sedang genting saat ini."

Jungkook tertawa tertahan sambil tegapkan tubuh. Ada raut mengejek di paras tampannya.

"Aku tak perlu pengawal. Kakak kan tau kemampuanku. Bahkan aku lebih hebat darimu."

Taehyung hela napas, sadar sebuah penolakan bernuansa arogansi jadi jawaban sang adik. Namun ia berharap ada keajaiban yang menyapa relung hati Jungkook untuk menerima tawaran sang ayah, tapi tampaknya hanya sebatas asa.

"Tsk! Aku tak tau darimana asal keras kepalamu itu. Tapi, ingat, selalu waspada!" pinta Taehyung pada Jungkook yang beranjak pergi.

"Tenanglah, Kak. Takkan terjadi apa pun padaku."

"Hati-hati, Jung," pesan Taehyung melepas kepergian sang adik yang melajukan motor hitamnya, menyisakan derum yang perlahan sirna.

.
.
.

Mentari menyapa angin yang berhembus, menyapu jalanan kota dengan terik menyengat.
Hal itu dirasakan juga sosok yang mengendarai mobil membelah jalanan kota Seoul. Hatinya yang panas dipenuhi emosi yang setiap saat akan meledak.

"Tahan dia! Jangan biarkan pengkhianat itu lepas. Lima menit lagi aku sampai!"

Bugh

Stir berlapis kulit ular itu menjadi pelampiasan emosi pengendaranya.

"Ayah, aku sudah menemukan jahanam itu. Tunggu kabar baikku."

Pria dua puluh tujuh tahun ini menekan tombol headset bluetooth di telinganya, lajukan mobil dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota yang padat.

.
.
.

"Jadi kau menjebakku."

Pria berpostur tinggi dengan pakaian hitam dan masker menutup sebagian wajah berkata sinis.

"Menyerahlah, kau tak kan bisa lari dari sini."

"Menyerah?" Suara nan berat bertanya sarat ejekan. "Tak ada kata itu dalam kamus hidupku, Tuan Kang! Seharusnya kau lah yang lari dariku karena setelah ini— hidupmu tak kan pernah tenang."

Brakk!

Pintu plat besi terbuka kasar, seorang pria dengan garis wajah tegas dan tatapan mengintimidasi masuk disambut hormat beberapa orang di dalamnya.

"Tuan Joon, itu dia orangnya."

Namjoon, panggeran dragon mafia, putra pertama Lee, terkenal dingin dan tak mengenal kata ampun pada musuhnya. Dia mengisi masa kecilnya berlatih menguasai berbagai teknik bela diri menjadikan ia petarung yang disegani sekaligus ditakuti lawannya.

"Oh, Jadi kau yang bocorkan rahasia organisasi," tanya Namjoon datar. Aura mencekam seketika selimuti gudang tua itu.

"Ya. Aku akan hancurkan organisasi yang kau banggakan— dan juga ayahmu!"

"Hapus mimpimu, karna kau tak akan lagi melihat matahari terbenam nanti," balas Namjoon lantang.

Tanpa aba-aba, keduanya saling serang, tangkis dan pukul tanpa jeda. Nampaknya kali ini Namjoon menemukan lawan yang seimbang.

Srett

"Aakh, shit!" umpat Namjoon pelan.

Sebilah pisau tiba-tiba saja mengiris bahunya. Lawan tarungnya itu bermain licik.

"Main curang rupanya," ejeknya. Raut wajah sulung mafia Lee berubah garang. "Kita selesaikan sekarang juga!"

Pria jangkung ini kembali menyerang dengan pukulan yang berhasil membuat lawannya terhuyung mundur namun dengan reflek yang bagus ia kembali menguasai tubuh, membalas dengan gerakan sarat emosi. Pria itu menghunus belati ke arah dada kiri Namjoon yang dengan mudah berkelit lalu membalik keadaan dengan mencengkeram kuat tangan si pria dan mengarahkan pisau itu ke tubuhnya.

Ringis kesakitan yang tertahan keluar dari bibir si pengkhianat. Tubuhnya merosot jatuh ke lantai meregang nyawa.

"Hanya segitu saja kemampuanmu, hah?" tanya Namjoon sarkas lalu berjongkok menatap musuh yang menahan darah keluar dari luka di perutnya namun cairan merah itu terus mengalir di sela jarinya.

"Aku akan biarkan kau mati perlahan di tempat ini," bisik Namjoon masih dengan nada datarnya.

"Kunci ruangan dan biarkan dia membusuk! Itu hukuman yang pantas untuk seorang penjahat!"

Namjoon hendak pergi namun tangan si pria menahan langkahnya.

"Hyung ..."

Namjoon terpaku, suara dan panggilan itu sangat familiar.

"TIDAK MUNGKIN!" batinnya bergejolak.

Dengan tangan yang bergetar Namjoon membuka masker dan wajah di balik penutup itu membuatnya histeris.

"Tidak ... TIDAK. Ini tidak mungkin. Jung, Jungkook!



tbc
09112019

Membawa kisah baru. Bry harap kalian suka. Bingung?
Semua akan terjawab.

Tapi maaf akan slow update ya :")
Borahae

MARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang