Mars 4

1.6K 208 62
                                    

MASA INI

Beberapa pengawal berjaga di setiap akses keluar masuk UGD, dan lainnya mematung mengamati gerak-gerik sang tuan muda.

Namjoon sandarkan tubuh ke dinding sesekali mengintip kaca kecil di pintu UGD, namun yang dilihat hanya lalu lalang perawat dan tirai hijau yang menutup akses dari tubuh sang adik.

Pria itu hela napas dan dengan kasar mengacak rambutnya.

"Tuan muda, istirahatlah. Biarkan dokter mengobati luka Anda."

Sosok berumur mendekat mengalungkan tangan pada bahu sang pemuda dan mengajaknya duduk di kursi tunggu.

"Tidak usah Paman Jang. Lukanya tidak dalam. Lagipula darahnya sudah berhenti. Aku baik saja," ujarnya menatap nanar kedua tangan bernoda darah kering.

"Tuan muda ...."

Panggilan paman Jang kembalikan Namjoon dari lamunan.

"Tuan muda Jungkook pasti baik saja. Beliau anak yang kuat. Saya yakin tidak akan terjadi apa pun padanya."

Tenang, ucapan paman Jang sedikit melegakan hati Namjoon.
Lelaki yang telah mengabdikan diri pada sang Dragon mafia lebih dari dua dekade ini paham benar sosok lelaki di sampingnya. Di balik sikap dinginnya, Namjoon adalah sosok penyayang. Pangeran dragon ini tak pernah gentar menghadapi musuh walau dalam keadaan terdesak sekali pun, namun bila menyangkut keselamatan kedua adiknya, hatinya akan lemah.

"Aku selalu menjaga adikku bahkan tak seorang pun kuijinkan menyakiti sehelai rambut. Tapi-"

Namjoon tarik napas panjang, kendalikan rasa sakit yang menyayat hatinya.

"Aku sendiri yang melukai dan hampir saja membunuhnya."

"Tuan muda tidak tahu kalau orang itu tuan muda Jungkook. Anda hanya melakukan tugas menumpas seorang pengkhianat," sergah Paman Jang.

"Jungkookku bukan pengkhianat, Paman! Aarrgh!" Namjoon menggeram marah meremas kuat rambutnya.

"Joon!"

Dua orang berpakaian formal berjalan tergesa diikuti beberapa pengawal di belakangnya. Paman Jang berdiri menunduk hormat pada sosok berkharisma di depannya.

"Tuan Lee, Tuan muda Taehyung."

"Apa yang terjadi?" tanya Lee tak sabar.

"Ayah, tenanglah." Taehyung menyela. "Kak Joon, baik saja, kan?"

Namjoon mengangguk sekilasan menjawab tanya si adik.

"Aku menikamnya, Yah. Aku hampir saja membunuh Jungkook," Namjoon tatap ayah dan adiknya. Terlihat jelas pemuda ini berusaha menahan tangisnya.

"Maafkan saya Tuan Lee. Pengkhianat itu memperkenalkan dirinya sebagai Master A. Dia mengetahui banyak rahasia Dragon Mafia dan -" namun suara getir memutus percakapan.

"Maaf, keluarga pasien Lee Jungkook? Kami perlu donor darah." Seorang perawat menyela dengan terburu.

"Saya siap," Taehyung dan Tuan Lee dengan sigap mengajukan diri.

"Tidak! Aku saja," Namjoon menyela.

"Kondisimu tak memungkinkan. Kau terluka, Joon!" debat Lee.

"Ijinkan aku, Ayah. Setidaknya ini akan mengurangi rasa bersalahku. Ambil darahku sebanyak yang dibutuhkan. Asalkan adikku selamat, mati pun aku rela."

.
.
.

Di sudut semesta, biru langit bermahkota senja membias jingga. Mewarnai hari yang berlalu cepat.

Di sisi lain rumah sakit di sebuah kamar bernuansa ivory sesosok pemuda terlelap di bawah alam sadarnya dengan bias pucat yang menghias wajah tampannya.

Tuan Lee dengan setia genggam jemari yang tertidur, salurkan kehangatan ke tangan dingin bungsunya.

Namjoon telah membersihkan diri dan kini duduk terpaku di sofa berpetualang dengan pikirannya sendiri.
Taehyung memilih membaca buku tebalnya, sesekali melirik kakak dan ayah yang berkutat dengan dunianya.

"Ada sosok baru Jungkook yang tak pernah kita ketahui."

Taehyung buka topik pembicaraan yang sukses alihkan atensi dua orang lainnya.

"Maksudmu, tak hanya Jimin?" tanya Lee meyakinkan.

Taehyung anggukan kepala, ragu namun sorot matanya siratkan kepastian.

"Kurasa juga begitu," Namjoon membenarkan. "Suara, bahkan tatap matanya, tak pernah ku lihat ada pada Jungkook apalagi Jimin."

"Berarti, pengkhianat itu adalah sisi Jungkook yang lain." Lee hembuskan napas panjang, ciumi jemari Jungkook yang dalam gengaman.

"Ini berbahaya," ujar Lee berat. Ada beban kasat mata yang tiba-tiba sesakkan dada. "Karna musuh terbesar kita-"

"Jungkook." Namjoon menyela. Lalu dengan tercekat berkata, "dan kita tak mungkin melawan apalagi melukainya."

Suasana seketika hening. Tiga pria bertalian darah itu kembali disibukkan dengan bermacam argumen yang berseliweran di benak mereka. Sebuah lenguhan menyeret ketiganya kembali dalam realita.

Si bungsu tersadar, kerjapkan mata berulang.

"Hei, Little Dragon ayah sudah bangun," sapa lembut Lee.

Jungkook masih menatap bingung.

"Kau di rumah sakit, Jung." Taehyung jawab kegundahan adiknya.

Jungkook kembali memutar bola matanya, berkedip beberapa kali seakan berpikir keras tuk mengingat.

"Ayah! Kak!" ucapnya terlonjak buat yang terpanggil fokus pada apa yang akan di ucapkannya.

"Ducati-ku! Aku meninggalkannya di kafe!"



tbc
22112019

Pasti ada yang mulai paham kondisi Jungkook. Ayo unjuk komen :")

Jangan bosan ya, Mars bakalan sering maju mundur ganteng alurnya.

Makasih

MARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang