BAB 11 (Kertas Kosong)

147 21 1
                                    

"Ketinggalan ponsel itu bagaikan separuh jiwa gue ikut tertinggal." -Refina Anjani

***

Nada sudah siap dengan seragam sekolahnya pagi ini. Dengan tas ranselnya yang sudah siap di punggung, dia berjalan ke luar rumah. Namun, bukan sekolah tujuannya kali ini. 

Gadis itu menaiki angkot dengan arah yang berlawanan dengan sekolahnya. "Rumah sakit jaya kasih, Bang," ujar Nada begitu menaiki angkot tersebut.

Ya, bukan sekolah tujuannya, melainkan rumah sakit. Dirinya berniat membolos sekolah hari ini. Moodnya sedang sangat tidak baik untuk pergi ke sekolah. Dirinya juga sangat merindukan Mamanya yang masih dirawat di rumah sakit.

Senyumnya begitu merekah saat dirinya sudah sampai di depan rumah sakit tersebut. Sudah tidak sabar bertemu sang Ibunda tercinta.

Nada masuk ke dalam sebuah ruangan tanpa mengetuk pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nada masuk ke dalam sebuah ruangan tanpa mengetuk pintu. Senyuman itu begitu hangat menyambut kedatangan Nada. Senyuman yang sangat dirindukannya.

"Nada, kok malah ke sini?" ujar pemilik senyum indah itu, Irma.

Nada membalas senyum Mamanya. "Nada males sekolah ah, mau nemenin Mama seharian aja," ujarnya yang tiba-tiba langsung memeluk Mamanya.

"Anak Mama masih manja ya ...."

Nada melepas sepatunya dan langsung naik ke ranjang. "Nada mau tidur sebelah Mama," ujarnya yang sudah berbaring tepat di sebelah Irma.

Irma langsung memiringkan badan dan menghadap putrinya itu. "Gimana kabar sekolah Nada? Maaf ya, Mama jadi nggak bisa bikinin bekal Nada," ujar Irma yang mulai menampakkan wajah kesalnya, kesal pada diri sendiri mungkin.

"Lancar kok, nggak ada apa-apa, kemarin Nada makan bakso bareng temen-temen, hehe ...." Nada tersenyum palsu, padahal dirinya tidak begitu menikmati bakso kemarin akibat Sinta dan Yudha yang datang dan mengacaukan harinya.

"Wah, temen-temen yang ke rumah kemarin?" tanya Irma penasaran dan senang jika putrinya memiliki beberapa teman dekat.

Nada mengangguk dan melemparkan senyum lagi pada Mamanya.

Irma mengelus rambut putrinya itu, "Nada, kalau ada masalah cerita aja sama Mama."

"Eng-nggak ada kok, Ma." Nada mengelak sambil menggelang.

"Bohong."

Nada terdiam, Mamanya memang sangat tahu ketika melihat ekspresi seorang Nada. Dan seorang ibu, kadang memang sangat tahu bagaimana keadaan anaknya.

"Pokoknya, apapun itu, Nada harus tetap percaya diri, Nada kuat, Nada harus berterima kasih kepada diri sendiri, dan yang penting jangan lupa bersyukur apapun keadaannya. Mama tahu, Nada pasti tidak mau cerita sama Mama, tapi satu yang kamu perlu tahu, Mama siap menjadi pendengar setia Nada, pasti. Mama tunggu kamu cerita ya!"

Endless Origami [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang